BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto


قُلۡ يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ كَلِمَةٖ سَوَآءِۢ بَيۡنَنَا وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيۡ‍ٔٗا وَلَا يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ ٦٤
Artinya: “Katakanlah: ‘Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’. (Ali ‘Imraan: 64)

Seruan ini mencakup ahlul kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka.

Firman-Nya (قل ياأهل الكتاب تعالوا إلي كلمة) (“Katakanlah: ‘Wahai orang-orang ahlul kitab, marilah kita berpegang pada suatu [ketetapan]’”) maksud dari kata “kalimat” adalah sebuah kalimat yang memberikan sebuah pengertian, demikian pula yang dimaksud dalam ayat ini.

Firman-Nya (سواء بيننا وبينكم) (“Yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu.”) kemudian Allah Ta’ala menyifatinya dengan firman-Nya ini. Yang artinya sama dan seimbang antara kami dan kalian.

Firman-Nya (ألا نعبد إلا الله ولا نشرك به شيئا) (“Bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyekutukan Dia dengan suatu apapun.”) kemudian hal itu ditafsirkan melalui firman Allah Ta’ala ini. Artinya tidak menyekutukannya dengan berhala, salib, patung, thaghut, api dan hal lainnya. Tetapi kita memurnikan ibadah itu hanya kepada Allah Ta’ala semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan inilah misi seluruh Rasul Allah. Dia berfirman dalam Surah An-Nahl ayat 36 yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]: ‘Beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah thaghut itu.’”

Firman-Nya (ولا يتخذ بعضنا بعضا أربابا من دون الله) (“[Dan tidak pula] sebagian kita menjadikan sebagian lain sebagai rabb-rabb selain Allah.”) Ibnu Juraij berkata, “Maksudnya sebagian kami tidak mentaati lainnya dalam bermaksiat kepada Allah Ta’ala.” Sedangkan ‘Ikrimah berkata, “Sebagian kami tidak bersujud kepada sebagian yang lain.”

Firman-Nya (فإن تولوا فقولوا اشهدوا بأنا مسلمون) (“Jika mereka berpaling maka katakanlah: ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri [kepada Allah].”) maksudnya jika mereka berpaling dari kesamaan dan seruan ini, maka bersaksilah bahwa kalian akan tetap berada pada Islam yang telah disyariatkan oleh Allah Ta’ala bagi kalian.

Telah disebutkan dalam Syarh Al-Bukhari ketika ia meriwayatkan dari jalan Az-Zuhri, dari Ibnu ‘Abbas, dari Abu Sufyan dalam kisahnya ketika menghadap sang Kaisar, lalu Kaisar bertanya kepadanya tentang nasab, sifat, dan perangai Rasulullah serta apa yang didakwahkannya. Maka ia pun menceritakan semua secara gamblang dan tuntas, padahal pada saat itu Abu Sufyan masih musyrik dan belum memeluk Islam. Peristiwa itu terjadi setelah perjanjian Hudaibiyah, sebelum pembebasan kota Makkah. Sebagaimana hal tersebut dinyatakan dalam hadis. Demikian pula pada saat ia ditanya, “Apakah ia itu suka berkhianat?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak, selama ini kami tidak mengetahui darinya bahwa dia berbuat seperti itu.” Kemudian Abu Sufyan berkata: “Aku tidak dapat menambahkan suatu berita apapun selain dari itu.” Tujuan diketengahkan kisah ini ialah, bahwa diperlihatkannya surat Rasulullah kepadanya, di mana Abu Sufyan membacanya ternyata isinya:

"بِسْمِ اللهِ الرَّحمَنِ الرَّحِيم، مِنْ مُحَمَّدٍ رَسُولِ اللهِ إلَى هِرَقْلَ عَظِيمِ الرُّومِ، سَلامٌ عَلَى مَنْ اتَّبَعَ الْهُدَى. أَمَّا بَعْدُ، فَأَسْلِمْ تَسْلَمْ، وَأَسْلِمْ يُؤْتِكَ اللهُ أَجْرَك مَرَّتَيْنِ فَإِن تَوَلَّيْتَ فإنَّ عَلَيْكَ إِثْمَ الأريسيِّين، وَ {يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ}
Artinya: “Dengan Nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Dari Muhammad Rasulullah untuk Heraclius, pembesar Romawi. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk, Amma ba’du, Masuklah Islam, maka anda akan selamat. Masuklah Islam, niscaya Allah memberi anda pahala dua kali. Jika anda berpaling, maka anda akan memikul dosa kaum Arisiyyin. “Wahai Ahlul Kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan kita tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai rabb-rabb selain Allah. “Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mareka, `Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).'” Muhammad bin Ishaq dan ulama lainnya telah menyebutkan bahwa permulaan Surah Ali-‘Imran sampai pada ayat 80-an lebih adalah diturunkan berkaitan dengan utusan Najran. Sedangkan Az-Zuhri berkata, “Mereka itu adalah orang yang pertama kali menyerahkan jizyah.”


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)