قُلۡ
مَن كَانَ عَدُوّٗا لِّـجِبۡرِيلَ فَإِنَّهُۥ نَزَّلَهُۥ عَلَىٰ قَلۡبِكَ بِإِذۡنِ
ٱللَّهِ مُصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيۡهِ وَهُدٗى وَبُشۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ٩٧
Artinya: “Katakanlah, "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimudengan seizin Allah; membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.”
Asbabun Nuzul ayat ini yaitu: “Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abdullah bin Salam mendengar akan tibanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di saat dia berada di tempat peristirahatannya. Lalu ia menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata: ‘Sesungguhnya saya akan bertanya kepada tuan tentang tiga hal. Tidak akan ada yang mengetahui jawabannya kecuali seorang nabi: (1) apa tanda-tanda pertama kali kiamat, (2) makanan apa yang pertama kali dimakan oleh ahli surga, (3) mengapa si anak menyerupai bapaknya atau kadang-kadang menyerupai ibunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Baru saja Jibril memberitahukan hal itu padaku.’ Abdullah bin Salam berkata: ‘Jibril?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: ‘Iya’. Abdullah bin Salam berkata: ‘Dia itu malaikat yang termasuk musuh kaum Yahudi.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacakan ayat ini sebagai teguran kepada orang-orang yang memusuhi Malaikat pesuruh Allah Ta’ala.” Lebih lanjut beliau menuturkan, “Tanda kiamat yang pertama kali adalah api yang menggiring manusia dari timur ke barat. Sedangkan makanan yang pertama kali dimakan oleh penghuni surga adalah hati ikan paus. Dan jika mani laki-laki mendominasi mani perempuan, maka anaknya kan menyerupainya. Dan jika mani perempuan lebih mendominasi, maka anaknya akan menyerupainya. Lalu Abdullah bin Salam mengatakan, “Aku bersaksi bahwasanya tiada Ilah selain Allah, dan engkau adalah utusan Allah Ta’ala. Ya Rasulullah, sesungguhnya orang Yahudi itu adalah kaum pendusta. Jika mereka mengetahui keislamanku sebelum engkau menanyai mereka, maka mereka akan mendustaiku.” Lalu orang-orang Yahudi datang, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada mereka, “Menurut kalian, orang macam apakah Abdullah bin Salam itu?” Mereka menjawab, “Ia adalah orang yang terbaik di antara kami putra orang yang terbaik di antara kami, pemuka kami dan putra pemuka kami.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bagaimana menurutmu jika ia memeluk Islam?” Mereka pun berucap, “Semoga Allah Ta’ala melindunginya dari perbuatan itu.” Maka Abdullah bin Salam keluar seraya berkata, “Aku bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.” Lebih lanjut Abdullah bin Salam berkata, “Inilah yang paling aku khawatirkan, Ya Rasulullah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang bersumber dari Anas. Dan di dalam Sahih Muslim, dari Tsauban dengan lafaz mendekati ini). Menurut Ibnu Hajar, di dalam Kitab Fathul Bari, berdasarkan susunan kalimatnya, ayat dibacakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini sebagai bantahan kepada kaum Yahudi, dan tidak seharusnya turun bersamaan dengan peristiwa tersebut. Dan inilah yang paling kuat. Di samping itu, ada keterangan lain yang sah bahwa turunnya ayat ini pada peristiwa lain, dan bukan pada peristiwa Abdullah bin Salam ini.
Asbabun Nuzul lainnya yaitu: “Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa serombongan kaum Yahudi datang menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Mereka berkata: ‘Hai Abal Qasim! Kami akan menanyakan lima perkara kepada tuan. Apabila tuan dapat memberitahukannya, tahulah kami bahwa tuan adalah seorang nabi.’ Selanjutnya hadis itu menyebutkan, yang isinya antara lain mereka bertanya: (1) tentang apa yang diharamkan oleh Bani Israil atas dirinya, (2) tentang tanda-tanga kenabian, (3) tentang petir dan suaranya, (4) tentang bagaimana wanita dapat melahirkan laki-laki dan dapat juga wanita, (5) tentang siapa sebenarnya yang memberi kabar dari langit. Dan pada akhir hadis itu disebutkan bahwa mereka berkata: ‘Siapa sahabat tuan itu?’, yang dijawab oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: ‘Jibril’. Mereka berkata: ‘Apakah Jibril yang biasa menurunkan pedang, pembunuhan dan siksaan? Itu musuh kami. Jika tuan mengatakan Mikail yang menurunkan rahmat, tanam-tanaman dan hujan, tentu lebih baik.’ Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa tersebut.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi dan An-Nasai dari Bakr bin Syihab, dari Sa’id bin Jubair, yang bersumber dari Ibnu Abbas)
Asbabun Nuzul lainnya yaitu: “Dalam suatu riwayat dikemukakan, pada suatu hari Umar datang kepada Yahudi yang ketika itu sedang membaca Taurat. Umar kaget karena isinya membenarkan apa yang disebut di dalam Alquran. Ketika itulah datang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan mereka, dan berkatalah Umar kepada Yahudi: ‘Aku minta agar engkau menjawab pertanyaanku ini dengan sunguh-sungguh dan jujur. Apakah kamu tahu bahwa sesungguhnya beliau itu Rasulullah?’ Guru mereka menjawab: ‘Memang benar kami tahu bahwa sesungguhnya beliau itu Rasulullah.’ Umar berkata: ‘Mengapa kamu tidak mau mengikutinya?’ Mereka menjawab: ‘Ketika kami bertanya tentang penyampai kenabiannya, Muhammad mengatakan ‘Jibril’. Dialah musuh kami yang menurunkan kekerasan, kekejaman, peperangan dan kecelakaan.’ Umar bertanya: ‘Malaikat siapa yang biasa diutus kepada nabimu?’ Mereka menjawab: ‘Mikail, yang menurunkan hujan dan rahmat.’ Umar bertanya: ‘Bagaimana kedudukan mereka itu di sisi Rabb-nya?’ Mereka menjawab: ‘Ya satu di sebelah kanan-Nya dan yang lain di sebelah kiri-Nya.’ Lalu Umar berkata: ‘Tidak sepantasnya Jibril memusuhi pengikut Mikail, dan tidak patut Mikail berbuat baik kepada musuh Jibril. Sesungguhnya aku percaya bahwa Jibril, Mikail dan Rabb mereka akan berbuat baik kepada siapa yang berbuat baik kepada mereka, dan akan berperang kepada siapa yang mengumumkan perang kepada mereka.’ Kemudian Umar mengejar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menceritakan hal itu. Tetapi sesampainya para Nabi, beliau bersabda: ‘Apakah engkau ingin aku bacakan ayat yang baru diturunkan kepadaku?’ Umar menjawab: ‘Tentu saja, Ya Rasulullah.” Kemudian beliau membaca ayat ini. Umar berkata: ‘Ya Rasulullah, Demi Allah Ta’ala, saya tinggalkan kaum Yahudi tadi dan menghadap tuan justru untuk menceritakan apa yan kami percakapkan, tetapi rupanya Allah a’ala telah mendahului saya.” (Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rahawaih di dalam Musnadnya dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari Asy-Syu’bi. Sanad hadis ini sahih sampai Asy-Syu’bi, hanya saja Asy-Syu’bi tidak bertemu dengan Umar. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari selain Asy-Syu’bi. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari As-Suddi dan Qatadah yang bersumber dari Umar, keduanya munqathi’)
Asbabun Nuzul lainnya yaitu: “Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa seorang Yahudi berkata ketika ketemu dengan Umar bin Al-Khaththab: ‘Sesungguhnya Jibril yang disebut-sebut oleh sahabatmu itu (Rasulullah) adalah musuh kami.’ Berkatalah Umar: ‘Barangsiapa yang memusuhi Allah, Malaikat-Nya, Rasul-Nya, Jibril dan Mikail, sesungguhnya Allah Ta’ala memusuhinya.’ Maka turunlah ayat ini bersesuaian dengan apa yang diucapkan Umar.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Abd Ar-Rahman bin Laila. Sumber ini saling menguatkan dengan sumber lainnya)
Imam Abu Ja’far Ath-Thabari mengatakan, para ulama tafsir telah sepakat bahwa ayat ini turun sebagai jawaban terhadap pernyataan orang-orang Yahudi dari kalangan Bani Israil, yang mengaku bahwa Jibril adalah musuh mereka, sedangkan Mikail sebagai penolong mereka. Sebagian ulama mengemukakan pengakuan mereka itu berkenaan dengan perdebatan yang terjadi antara mereka dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai masalah kenabian beliau. Abu Kuraib memberitahu kami, dari Yunus bin Bukair, dari Ibnu Abbas, ia menceritakan ada sekelompok orang Yahudi mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu mereka berkata, “Wahai Abu Qasim, beritahukanlah kepada kami perkara yang kami tanyakan kepadamu, yang tidak diketahui kecuali oleh seorang Nabi.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Tanyakanlah segala hal yang kalian kehendaki, tetapi berjanjilah kepadaku sebagaimana Ya’qub telah mengambil janji dari anak-anaknya. Jika aku memberitahukan kepada kalian dan kalian mengetahui bahwa itu benar, maka kalian harus mengikutiku memeluk Islam.” Mereka menjawab, “Janji itu milikmu.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Beritahukan kepada kami empath al yang kami tanyakan kepadamu: Makanan apa yang diharamkan oleh Israil, atas dirinya sendiri sebelum diturunkannya kitab Taurat? Beritahukan bagaimana air mani laki-laki dan air mani perempuan, dan bagaimana mani itu bisa menjadi anak laki-laki dan perempuan? Beritahukan juga kepada kami mengenai nabi yang ummiy ini yang terdapat di dalam kitab Taurat dan siapakah malaikat yang menjadi penolongnya?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hendaklah kalian berpegang teguh pada janji Allah Ta’ala jika aku memberitahukan kepada kalian, maka kalian harus mengikutiku.” Kemudian mereka pun memberikan ikrar dan janjinya kepada beliau. Lebih lanjut beliau bersabda, “Aku bersumpah demi Allah Ta’ala yang menurunkan Taurat kepada Musa ‘alaihi as-salam apakah kalian mengetahui bahwa Israil Ya’qub pernah menderita sakit parah, dan penyakitnya menahun. Pada saat itu ia bernazar jika Allah Ta’ala menyembuhkannya dari penyakit yang dideritanya itu, ia akan mengharamkan makanan dan minuman yang paling ia sukai untuk dirinya sendiri. Dan makanan yang paling ia sukai adalah daging unta, sedangkan minuman yang paling disukainya adalah susu unta.” Mereka berkata, “Ya Allah, benar.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ya Allah, saksikanlah mereka.” Selanjutnya beliau bersabda, “Aku bersumpah demi Allah Ta’ala yang tiada Ilah selain Dia yang menurunkan Taurat kepada Musa ‘alaihi as-salam, tidaklah kalian mengetahui bahwa air mani laki-laki itu pekat dan berwarna putih, sedangkan air mani perempuan itu encer dan berwarna kekuningan. Mana dari keduanya yang lebih mendominasi, maka baginya anak dan kemiripan dengan seizin Allah Ta’ala. Jika sperma laki-laki lebih mendominasi daripada ovum perempuan, maka dengan izin Allah Ta’ala akan lahir anak laki-laki. Dan jika ovum perempuan lebih mendominasi, maka akan lahir anak perempuan dengan izin Allah Ta’ala.” Mereka menjawa, “Benar.” Lalu beliau bersabda, “Ya Allah, saksikanlah mereka. Dan aku bersumpah atas nama Allah yang telah menurunkan Taurat kepada Musa ‘alaihi as-salam, apakah kalian mengetahui bahwa Nabi yang ummi itu tidur dengan memejamkan mata tetapi hatinya tidak tidur.” Mereka berkata, “Benar.” Selanjutnya beliau bersabda, “Ya Allah Ta’ala, saksikanlah mereka.” Setelah itu mereka pun mengatakan, “Sekarang beritahukan kepada kami, siapa malaikat yang menjadi penolongmu. Hal ini yang akan menentukan, kami akan mengikutimu atau berpisah darimu.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya penolongku adalah malaikat Jibril, dan Allah Ta’ala tidak akan mengutus seorang nabi pun melainkan ia sebagai penolongnya.” Mereka menyahut, “Inilah yang menjadikan kami berpisah darimu. Jika penolongmu itu selain malaikat Jibril, niscaya kami akan mengikutimu dan membenarkanmu.” Kemudian beliau pun bertanya, “Apa yang menyebabkan kalian tidak mau mempercayainya?” Mereka pun menjawab, “Karena ia adalah musuh kami.” Pada saat itu Allah Ta’ala menurunkan ayat ini.
Firman-Nya (قل من كان عدوا لجبريل فإنه نزله على قلبك بإذن الله), Mujahid berkata, orang-orang Yahudi mengatakan, “Wahai Muhammad, Jibril itu tidak turun melainkan dengan kekerasan, peperangan dan pembunuhan, dan ia adalah musuh kami.” Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Ikrimah mengatakan, “Jibr, Mika dan Israf adalah hamba lil (Allah Ta’ala) (dalam bahasa Ibrani). Ayat ini artinya barangsiapa yang memusuhi Jibril, maka hendaknya ia mengetahui bahwa Jibril adalah Ruhul Amin yang turun dengan membawa Dzilrul Hakim (Alquran) dari Allah Ta’ala ke dalam hatimu dengan izin-Nya. Ia adalah salah satu daripada Rasul Allah dari golongan para malaikat. Dan barangsiapa memusuhi seorang Rasul, berarti ia telah memusuhi seluruh Rasul. Sebagaimana orang yang beriman kepada seorang Rasul, maka hal itu mengharuskannya beriman kepada seluruh Rasul, dan sebagaimana halnya orang yang kufur kepada salah seorang Rasul, berarti ia telah kufur kepada seluruh Rasul sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nisa ayat 150 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasulrasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, "Kami beriman kepada yang sebagian (dari rasul-rasul itu), dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain).” Dengan demikian, Allah Ta’ala telah menetapkan mereka benar-benar sebagai orang kafir, karena mereka beriman kepada sebagian rasul dan ingkar kepada sebagian lainnya. Demikian pula halnya orang yang memusuhi Jibril, maka ia adalah musuh Allah Ta’ala, karena Jibril tidak turun membaca perintah atas kemauannya sendiri, tetapi atas perintah Rabb-nya sebagaimana firman-Nya dalam Surah Maryam ayat 64 yang artinya: “Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu.” Dan Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam Kitabnya, dari Abu Hurairah, ia menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ عُثْمَانَ بْنِ كَرَامَةَ،
حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ، حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلاَلٍ،
حَدَّثَنِي شَرِيكُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي نَمِرٍ، عَنْ عَطَاءٍ، عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
" إِنَّ اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ
بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا
افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ
حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ،
وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ
الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي
لَأُعِيذَنَّهُ "
Artinya: “Allah Ta’ala berfirman, “Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi. “ (HR. Al-Bukhari)
PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########