BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

وَلَقَدۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ وَقَفَّيۡنَا مِنۢ بَعۡدِهِۦ بِٱلرُّسُلِۖ وَءَاتَيۡنَا عِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَيَّدۡنَٰهُ بِرُوحِ ٱلۡقُدُسِۗ أَفَكُلَّمَا جَآءَكُمۡ رَسُولُۢ بِمَا لَا تَهۡوَىٰٓ أَنفُسُكُمُ ٱسۡتَكۡبَرۡتُمۡ فَفَرِيقٗا كَذَّبۡتُمۡ وَفَرِيقٗا تَقۡتُلُونَ ٨٧

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al-Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) se­sudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putra Maryam dan Kami mem­perkuatnya dengan ruhul qudus. Apakah setiap datang kepada kalian seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak se­suai dengan keinginan kalian, lalu kalian menyombongkan diri; maka beberapa orang (di antara mereka) kalian dustakan dan beberapa orang (yang lain) kalian bunuh?”

Firman-Nya (ولقد آتينا موسى الكتاب) artinya, Allah Ta’ala telah mencap Bani Israil dengan sifat melampaui batas, ingkar, melanggar perintah dan sombong terhadap para Nabi. Mereka ini hanya menuruti hawa nafsu. Lalu Allah Ta’ala mengingatkan bahwa Dia telah menurunkan Al-Kitab kepada Musa ‘alaihi as-salam yaitu Taurat. Tetapi orang-orang Yahudi itu mengubah, menukar dan melanggar perintah-Nya. Sepeninggal Musa, Allah Ta’ala mengutus para Rasul dan Nabi yang menjalankan hukum berdasarkan syariat-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Maidah ayat 44 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan me­melihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadap­nya.”

Firman-Nya (وقفينا من بعده بالرسل) menurut As-Suddi, dari Abu Malik meriwayatkan, “Artinya Kami (Allah) susulkan di belakang mereka sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Mukminun ayat 44 yang artinya: ‘Kemudian Kami mengutus para rasul Kami berturut-turut.’ Hingga Dia menutup para Nabi Bani Israil itu dengan Isa putra Maryam yang datang dengan mengganti beberapa hukum Taurat.” Oleh karena itu, Allah Ta’ala memberinya beberapa keterangan, yaitu mukjizat. Menurut Ibnu Abbas, di antara mukjizatnya itu adalah menghidupkan orang mati, membuat bentuk seekor burung dari tanah lalu ditiupkan padanya roh sehingga benar-benar menjadi burung dengan seizing Allah Ta’ala, menyembuhkan orang sakit, dan mampu memberitahu hal-hal yang bersifat ghaib dan diperkuat dengan Ruhul Qudus, yaitu Malaikat Jibril. Semuanya itu merupakan bukti yang menunjukkan kepada mereka kebenaran apa yang dibawa oleh Isa. Namun meski begitu, Bani Israil semakin gencar mendustakannya. Kedengkian dan keingkaran mereka pun semakin parah, disebabkan mereka menyelisihi sebagian isi Taurat. Sebagaimana firman-Nya tentang Isa dalam Surah Ali Imran ayat 50 yang artinya: “Dan untuk menghalalkan bagi kalian sebagian yang telah diha­ramkan untuk kalian dan aku datang kepada kalian dengan mem­bawa suatu tanda (mukjizat) dari Tuhan kalian.”

Firman-Nya (وأيدناه بروح القدوس) maksudnya, Ruhul Qudus yang dimaksud di sini adalah Malaikat Jibril sebagaimana ditegaskan Ibnu Mas’ud dalam menafsirkan ayat ini. Dan pendapat ini diikuti pula oleh Ibnu Abbas, Muhammad bin Ka’ab, Ismail bin Khalid, As-Suddi, Rabi’ bin Anas, Athiyyah Al-Aufi dan Qatadah. Demikian juga kaitannya dengan firman-Nya dalam Surah Asy-Syu’araa’ ayat 193-194 yang artinya: “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang­orang yang memberi peringatan.” Dalilnya adalah hadis yang diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menaruh sebuah mimbar di masjid untuk Hasan bin Tsabit, dan ia selalu membela Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam (dengan bait-bait syairnya), maka beliau pun berdiri seraya berdoa:

"اللَّهُمَّ أَيِّدْ حَسَّانَ بِرُوحِ الْقُدُسِ كَمَا نَافَحَ عَنْ نَبِيِّكَ"

Artinya: “Ya Allah, perkuatlah Hassan dengan Ruhul Qudus (Malaikat Jibril), sebagaimana dia berjuang membela Nabi-Mu.” (HR. Al-Bukhari)

Demikian juga hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari secara muallaq juga Abu Dawud serta At-Tirmidzi. Imam At-Tirmidzi mengatakan, hadis ini hasan sahih, dari Abu Az-Zanad. Sedangkan dalam kitab Shahihaini (Al-Bukhari dan Muslim) diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Umar bin Al-Khaththab pernah melewati Hassan, ketika ia sedang membawa syair di dalam masjid. Kemudian ia pun memperhatikannya, maka Hassan berkata kepadanya, “Aku telah membaca syair di dalamnya dan di sana terdapat orang yang lebih baik darimu.” Setelah itu Umar menoleh kea rah Abu Hurairah seraya berkata, “Demi Allah Ta’ala, apakah engkau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Ya Allah Ta’ala, perkenankanlah bagiku, perkuatkanlah ia dengan Ruhul Qudus.” Ia menjawab, “Ya, pernah.” Dalam beberapa riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berkata kepada Hassan, “Balaslah celaan mereka, dan Jibril bersamamu.” Melalui sebuah syair, Hassan pernah berkata:

وَجِبْرِيلٌ رَسُولُ اللَّهِ يُنَادِي ... وَرُوحُ الْقُدُسِ لَيْسَ بِهِ خَفَاءُ

Artinya: “Jibril adalah utusan Allah Ta’ala, ada bersama kita. Dan dia adalah Ruhul Qudus yang tidak diragukan lagi.”

Dalam kitab Sahih Ibnu Hibban ada sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

"إِنَّ رُوحَ الْقُدُسِ نَفَخَ فِي رُوعِي: إِنَّ نَفْسًا لَنْ تَمُوتَ حَتَّى تَسْتَكْمِلَ رِزْقَهَا وَأَجَلَهَا فَاتَّقَوُا اللَّهَ وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ"

Artinya: “Sesungguhnya Ruhul Qudus (Malaikat Jibril) telah menyampai­kan wahyu kepadaku, bahwa seseorang tidak akan mati sebelum menyempurnakan rezeki dan ajalnya. Karena itu, bertakwalah kalian kepada Allah dan berlakulah dengan balk dalam mencari (meminta).”

As-Suddi mengatakan, Al-Qudus artinya al-barakah. Sedang menurut Al-Aufi dari Ibnu Abbas, Al-Quddus artinya Ath-Thuhr (kesucian). Az-Zamakhsyari mengungkapkan, “Artinya dengan ruh disucikan seperti anda menyebut Hatim baik, orang jujur. Dan ruh ini disifati dengan Alquran. Hal itu seperti pada firman-Nya (وروح منه). Penyebutan khusus itu dimaksudkan sebagai penghormatan.

Firman-Nya (أفكلما جاءكم رسول بما لا تهوى أنفسكم استكبرتم ففريقا كذبتم وفريقا تقتلون) artinya, Bani Israil memperlakukan para nabi dengan perlakuan yang paling kasar dan kejam. Satu golongan mendustakannya, dan golongan yang lain membunuhnya. Semua itu tidak lain disebabkan karena para Nabi datang kepada mereka dengan membawa hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu dan pendapat mereka, serta mengharuskan mereka berpegang teguh pada hukum Taurat yang telah mereka ubah dengan tujuan menyelisihinya. Maka hal itu pun menyulitkan mereka, sehingga mereka mendustakan para nabi, bahkan membunuh sebagian dari mereka.

Firman-Nya (ففريقا كذبتم وفريقا تقتلون) menurut Az-Zamakhsyari artinya: “Dalam ayat ini Allah Ta’ala tidak mengatakan (وفريقا قتلتم) karena Dia bermaksud mengungkapkan juga untuk masa yang akan datang. Karena mereka berusaha untuk membunuh Nabi dengan racun dan sihir. Pada saat itu beliau menderita sakit yang menyebabkan kematiannya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"مَا زَالَتْ أَكْلَةُ خَيْبَرَ تُعَاوِدُنِي فَهَذَا أَوَانُ انْقِطَاعِ أَبْهَرِي"

Artinya: “Makanan Khaibar (kambing yang diracuni orang Yahudi) masih menyakitiku, dan sekarang adalah saat terputusnya urat nadiku.” (HR. Al-Bukhari) 


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)