BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا وَذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ ٨٣

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kalian menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin; serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepa­da manusia, dirikanlah salat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kalian tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil darikalian, dan kalian selalu berpaling.”

Allah Ta’ala mengingatkan Bani Israil mengenai beberapa perkara yang telah diperintahkan kepada mereka. Dia mengambil janji dari mereka untuk mengerjakan perintah tersebut. Namun mereka berpaling dan mengingkari semua itu secara sengaja, sedang mereka mengetahui dan mengingatnya. Kemudian Allah Ta’ala menyuruh mereka agar beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dia juga memerintahkan hal itu kepada seluruh makhuk-Nya. Dan untuk itu pula (beribadah) mereka diciptakan. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Anbiya’ ayat 25 yang artinya: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kalian, me­lainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tu­han melainkan Aku, maka sembahlah Aku oleh kamu sekalian." Itulah hak Allah Ta’ala yang paling tinggi dan agung, yaitu hak untuk senantiasa diibadahi dan tidak disekutukan dengan sesuatu apapun, lalu setelah itu ha kantar sesama makhluk.

Firman-Nya (وبالوالدين إحسانا) adalah hak antar makhluk yang paling ditekankan dan utama adalah hak kedua orang tua. Oleh karena itu, Allah Ta’ala memadukan antara hak-Nya dengan hak kedua orang tua, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Luqman ayat 14 yang artinya: “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, dan hanya kepada-Kulah kembali kalian.” Dan Allah Ta’ala secara gambling dan jelas telah memerintahkan kita untuk senantiasa beribadah kepada-Nya dan berbakti kepada kedua orang tua. Dalam hadis yang diriwayatkan Ibnu Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: "الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "بِرُّ الْوَالِدَيْنِ". قُلْتُ: ثُمَّ أَيٌّ؟ قَالَ: "الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ".

Artinya: “Aku bertanya "Wahai Rasulullah, amal perbuatan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Salat pada waktunya." Akubertanya lagi, "Kemudian apa lagi?" Beliau menjawab,"Berbak­ti kepada kedua ibu bapak." Aku bertanya, "Kemudian apa la­gi?" Beliau menjawab, "Jihad di jalan Allah." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis sahih disebutkan:

أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَبِرُّ؟ قَالَ: "أُمَّكَ". قَالَ: ثُمَّ مَنْ (5) ؟ قَالَ: "أُمَّكَ". قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: "أباك. ثم أدناك أدناك"

Artinya: “Seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang ha­rus didahulukan aku berbakti kepadanya?" Beliau menjawab,"Ibumu." Lelaki itu bertanya, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ibumu." Lelaki itu bertanya lagi, "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab, "Ayahmu, kemudian orang yang paling dekat kekerabatannya denganmu, lalu orang yang dekat kekera­batannya denganmu."

Firman-Nya (لا تعبدون إلا الله) menurut Az-Zamakhsyari, ini merupakan khabar dengan makna thalab (tuntutan) dan hal itu lebih tegas atau kuat.

Firman-Nya (اليتامى) yaitu anak-anak yang masih kecil dan tidak memiliki orang tua lagi yang memberikan nafkah kepada mereka.

Firman-Nya (والمساكين) yaitu orang-orang yang tidak mampu menafkahi diri sendiri dan keluarganya.

Firman-Nya (وقولوا للناس حسنا) artinya, ucapkanlah kepada mereka ucapan yang baik dan sikap yang lembut. Termasuk dalam hal itu adalah amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat baik dan mencegah kemungkaran). Sebagaimana dikatakan oleh Al-Hasan Al-Bashri mengenai firman-Nya ini: “Termasuk ucapan yang baik adalah menyuruh berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar, bersabar, suka memberi maaf, serta berkata kepada manusia dengan ucapan yang baik. Yaitu setiap akhlak baik yang diridhai oleh Allah Ta’ala.” Terdapat hadis yang diriwayatkan dari Abu Dzar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

"لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَالْقَ أَخَاكَ بِوَجْهٍ مُنْطَلِقٍ "

Artinya: “Jangan sekali-kali kamu meremehkan suatu hal yang makruf (ba­jik) barang sedikit pun; apabila kamu tidak menemukannya, ma­ka sambutlah saudaramu dengan wajah yang berseri.” (HR. Imam Ahmad, Imam Muslim, At-Tirmidzi dan mensahihkan hadis ini)

Firman-Nya (وأقيموا الصلاة وآتوا الزكاة) menurut Ibnu Katsir, setelah Allah Ta’ala memerintahkan Bani Israil untuk berbuat baik kepada manusia dengan tindakan nyata, Dia menyuruh mereka mengucapkan ucapan yang baik kepada manusia. Dengan demikian Dia telah menyatukan antara kebaikan dalam bentuk tindakan nyata dengan kebaikan dalam bentuk ucapan. Setelah itu Dia menegaskan perintah untuk beribadah kepada-Nya dan berbuat baik kepada umat manusia dengan cara tertentu berupa salat dan zakat.

Firman-Nya (ثم توليتم إلا قليلا منكم وأنتم معرضون) menurut Ibnu Katsir: “Kemudian Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Bani Israil berpaling dari semuanya itu dan meninggalkannya di belakang mereka secara sengaja, setelah mereka mengetahui dan memahaminya. Hanya sedikit sekali dari mereka yang tidak berpaling.” Allah Ta’ala juga telah memerintahkan umat ini dengan hal serupa dalam Surah An-Nisa’ ayat 36 yang artinya: “Sembahlah Allah, dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, te­tangga yang dekat dan tetangga yang jauh, Leman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” Umat ini pun melakukan semuanya itu, yang belum pernah dikerjakan sama sekali oleh umat-umat lain sebelumnya. Segala puji dan karunia bagi Allah Ta’ala.

Menurut Sunnah, kita tidak boleh terlebih dahulu memberi salam kepada mereka (ahlul kitab). 


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)