BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika kalian berkata, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," karena itu kalian disambar halilintar, sedangkan kalian menyaksikannya.”
Allah Ta’ala berfirman: “Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian, yaitu ketika Aku membangkitkan kalian setelah peristiwa datangnya petir. Di mana kalian meminta untuk dapat melihat-Ku secara nyata dan kasat mata, suatu permintaan yang tidak akan sanggup kalian tanggung, dan juga makhluk sejenis kalian.”
Firman-Nya (وإذ قلتم ياموسى لم نؤمن لك حتى نرى الله جهرة) menurut Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Artinya, melihat-Nya secara jelas (kasat mata). Juga sama menurut Qatadah dan Rabi’ bin Anas. Abu Ja’far meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas: “Bahwa mereka itulah tujuh puluh orang yang dipilih Musa ‘alaihi as-salam. Mereka berjalan bersama Musa hingga akhirnya mereka mendengar sebuah firman, maka mereka pun berkata demikian. Kemudian, lanjut Rabi’ bin Anas, mereka mendengar suara yang menyambar, dan mereka pun mati.” Marwan bin Al-Hakam mengatakan dalam pidato yang disampaikannya dari atas mimbar di Mekkah: “Petir berarti suara keras dari langit.”
Firman-Nya (فأخذكم الصاعقة) menurut As-Suddi adalah api. Maka mereka pun mati, lalu Musa ‘alaihi as-salam bangkit dan menangis seraya memanjatkan doa, “Ya Rabbku, apa yang harus aku katakana kepada Bani Israil jika aku kembali kepada mereka, sedang Engkau telah membinasakan orang-orang terbaik di antara mereka.” Firman-Nya (وأنتم تنظرون) menurut Urwah bin Ruwaim adalah sebagian dari mereka ada yang disambar petir, dan sebagian lainnya menyaksikan peristiwa tersebut. Kemudian sebagian dari mereka dibangkitkan dan sebagian lainnya disambar petir (bergantian).
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
وَإِذۡ قُلۡتُمۡ يَٰمُوسَىٰ لَن نُّؤۡمِنَ
لَكَ حَتَّىٰ نَرَى ٱللَّهَ جَهۡرَةٗ فَأَخَذَتۡكُمُ ٱلصَّٰعِقَةُ وَأَنتُمۡ
تَنظُرُونَ ٥٥
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika kalian berkata, "Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang," karena itu kalian disambar halilintar, sedangkan kalian menyaksikannya.”
Allah Ta’ala berfirman: “Wahai Bani Israil, ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian, yaitu ketika Aku membangkitkan kalian setelah peristiwa datangnya petir. Di mana kalian meminta untuk dapat melihat-Ku secara nyata dan kasat mata, suatu permintaan yang tidak akan sanggup kalian tanggung, dan juga makhluk sejenis kalian.”
Firman-Nya (وإذ قلتم ياموسى لم نؤمن لك حتى نرى الله جهرة) menurut Ibnu Juraij meriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Artinya, melihat-Nya secara jelas (kasat mata). Juga sama menurut Qatadah dan Rabi’ bin Anas. Abu Ja’far meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas: “Bahwa mereka itulah tujuh puluh orang yang dipilih Musa ‘alaihi as-salam. Mereka berjalan bersama Musa hingga akhirnya mereka mendengar sebuah firman, maka mereka pun berkata demikian. Kemudian, lanjut Rabi’ bin Anas, mereka mendengar suara yang menyambar, dan mereka pun mati.” Marwan bin Al-Hakam mengatakan dalam pidato yang disampaikannya dari atas mimbar di Mekkah: “Petir berarti suara keras dari langit.”
Firman-Nya (فأخذكم الصاعقة) menurut As-Suddi adalah api. Maka mereka pun mati, lalu Musa ‘alaihi as-salam bangkit dan menangis seraya memanjatkan doa, “Ya Rabbku, apa yang harus aku katakana kepada Bani Israil jika aku kembali kepada mereka, sedang Engkau telah membinasakan orang-orang terbaik di antara mereka.” Firman-Nya (وأنتم تنظرون) menurut Urwah bin Ruwaim adalah sebagian dari mereka ada yang disambar petir, dan sebagian lainnya menyaksikan peristiwa tersebut. Kemudian sebagian dari mereka dibangkitkan dan sebagian lainnya disambar petir (bergantian).
PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########