BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

وَإِذۡ ءَاتَيۡنَا مُوسَى ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡفُرۡقَانَ لَعَلَّكُمۡ تَهۡتَدُونَ ٥٣

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan (antara yang benar dan yang salah), agar kalian mendapat petunjuk.”

Firman-Nya (وإذ آتينا موسى الكتاب) yaitu kitab Taurat. Dan (الفرقان) yaitu kitab yang membedakan antara yang hak dengan batil dan (membedakan pula antara) petunjuk dan kesesatan.

Firman-Nya (لعلكم تهتدون) yaitu peristiwa tersebut juga terjadi setelah mereka berhasil keluar dari laut, sebagaimana yang ditunjukkan oleh konteks ayat yang terdapat dalam Surah Al-A’raaf, juga firman-Nya dalam Surah Al-Qashash ayat 43 yang artinya: “Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rah-mat agar mereka ingat.” Ada yang berpendapat kata (و) pada ayat tersebut adalah tambahan, dan artinya, “Kami telah memberikan kepada Musa Kitab Al-Furqan.” Namun pendapat ini gharib. Ada juga pendapat yang menyatakan (و) itu adalah wawu athaf (kata sambung meskipun bermakna sama). Sebagaimana yang diungkapkan seorang penyair:

وَقَدَّمَتِ الْأَدِيمَ لِرَاقِشِيهِ ... فَأَلْفَى قَوْلَهَا كَذِبًا وَمَيْنَا ...

Artinya: “Dia menyerahkan kulit kepada orang yang akan mengukirnya. Ternyata kata-katanya hanya dusta dan bualan.”

Penyair lainnya mengatakan:

أَلَا حَبَّذَا هِنْدٌ وَأَرْضٌ بِهَا هِنْدُ ... وَهِنْدٌ أَتَى مِنْ دُونِهَا النَّأْيُ وَالْبُعْدُ ...

Artinya: “Aduhai Hindun, seandainya di suatu daerah ada Hindun, dan Hindun yang pasti akan datang kepadanya orang yang jauh dan orang yang bertempat tinggal jauh darinya.”

Al-kadzibu dan al-mainu pengertiannya sama, yaitu dusta. Salah seorang penyair bernama Antrah mengatakan:

حُيِّيتَ مِنْ طَلَلٍ تَقَادَمَ عَهْدُهُ ... أَقْوَى وَأَقْفَرَ بَعْدَ أُمِّ الْهَيْثَمِ ...

Artinya: “Aku teringat kepada suatu peninggalan yang telah lama, yang kini kelihatan kosong dan sepi sepeninggal Ummu Haitsam.” Jadi dusta dalam syair di atas juga bermakna kebohongan.


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)