BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

أَيَوَدُّ أَحَدُكُمۡ أَن تَكُونَ لَهُۥ جَنَّةٞ مِّن نَّخِيلٖ وَأَعۡنَابٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ لَهُۥ فِيهَا مِن كُلِّ ٱلثَّمَرَٰتِ وَأَصَابَهُ ٱلۡكِبَرُ وَلَهُۥ ذُرِّيَّةٞ ضُعَفَآءُ فَأَصَابَهَآ إِعۡصَارٞ فِيهِ نَارٞ فَٱحۡتَرَقَتۡۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمُ ٱلۡأٓيَٰتِ لَعَلَّكُمۡ تَتَفَكَّرُونَ ٢٦٦
Artinya: “Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masib kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah, Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya.”

Pada saat manafsirkan ayat ini, Imam Al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia menceritakan:

قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ يَوْمًا لِأَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فِيمَنْ تَرَوْنَ هَذِهِ الْآيَةَ نَزَلَتْ: {أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ} ؟ قَالُوا: اللَّهُ أَعْلَمُ. فَغَضِبَ عُمَرُ فَقَالَ: قُولُوا: نَعْلَمُ أَوْ لَا نَعْلَمُ . فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: فِي نَفْسِي مِنْهَا شَيْءٌ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ. فَقَالَ عُمَرُ: يَا ابْنَ أَخِي، قُلْ وَلَا تُحَقِّرْ نَفْسَكَ. فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: ضُرِبَتْ مَثَلًا لِعَمَلٍ. قَالَ عُمَرُ: أيُّ عملٍ؟ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: لِعَمَلٍ. قَالَ عُمَرُ: لِرَجُلٍ غَنِيٍّ يَعْمَلُ بِطَاعَةِ اللَّهِ. ثُمَّ بَعَثَ اللَّهُ له الشيطان فعمِل بالمعاصي حَتَّى أَغْرَقَ  أَعْمَالَهُ.
Artinya: “Pada suatu hari, Umar bin Khaththab pernah berkata kepada para sahabat lainnya: “Menurut kalian, berkenaan dengan siapa ayat ini turun, (“Apakah ada salah seorang di antara kalian yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur mengalir di bawahnya sungai-sungai?”) Mereka menjawab: “Allahu a’lam (Allah yang lebih mengetahui).” Maka Umar bin Khaththab pun marah seraya berkata: “Jawablah, kami mengetahui atau kami tidak mengetahui.” Maka Ibnu Abbas berkata: “Aku mengetahui sedikit mengenai hal itu, ya Amirul Mukminin.” Lalu Umar berkata: “Wahai keponakanku, katakanlah dan janganlah engkau meremehkan dirimu.” Kemudian Ibnu Abbas berkata: “Akan aku berikan perumpamaan dengan sebuah amal.” “Amal (perbuatan) apa?” Tanya Umar. Ibnu Abbas menjawab: “Seorang kaya yang beramal dengan ketaatan kepada Allah swt, kemudian Allah mengirimkan setan kepadanya, maka ia pun berbuat banyak maksiat sehingga semua amalnya terhapus.” (HR. Al-Bukhari 4538)

Hadis tersebut hanya diriwayatkan Al-Bukhari, namun sudah cukup memadai untuk menafsirkan ayat ini. Menjelaskan perumpamaan orang yang amal perbuatannya baik pada permulaan hidupnya, lalu setelah itu jalan hidupnya berbalik, di mana ia mengganti kebaikan dengan kejahatan -semoga Allah melindungi kita semua dari hal itu- sehingga amal perbuatannya yang pertama dihapuskan oleh perbuatannya yang kedua. Maka ketika dalam keadaan sulit, dan ia membutuhkan sesuatu dari amal perbuatannya yang pertama, ia tidak dapat memperolehnya sedikit pun. Ia dikhianati oleh sesuatu yang sangat dibutuhkannya.

Firman-Nya (وأصابه الكبر وله ذرية ضعفاء فأصابها إعصار فيه نار فاحترقت) maksudnya, api itu membakar buah-buahannya dan menumbangkan pohon-pohonnya. Keadaan apakah yang lebih parah dari keadaan ini? Firman-Nya (كذلك يبين الله لكم الآيات لعلكم تتفكرون) maksudnya mengambil pelajaran dan memahami perumpamaan berikut makna-maknanya serta menempatkannya pada maksud yang sebenarnya. Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-Ankabut ayat 43 yang artinya: “Dan perumpamaan perumpamaanini Kami buat untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)