BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

وَمَثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمۡوَٰلَهُمُ ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِ وَتَثۡبِيتٗا مِّنۡ أَنفُسِهِمۡ كَمَثَلِ جَنَّةِۢ بِرَبۡوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٞ فَ‍َٔاتَتۡ أُكُلَهَا ضِعۡفَيۡنِ فَإِن لَّمۡ يُصِبۡهَا وَابِلٞ فَطَلّٞۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ بَصِيرٌ ٢٦٥
Artinya: “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridlaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleb hujan lebat, maka kebun itu mengbasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Mahamelihat apa yang kamu perbuat.”

Firman-Nya (وتثبيتا من أنفسهم) ini merupakan perumpamaan orang-orang yang beriman yang menginfakkan hartanya untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala. Maksudnya, mereka benar-benar yakin dan teguh bahwa Allah Ta’ala akan memberikan pahala atas amal perbuatan mereka tersebut dengan pahala yang lebih banyak. Yang semakna dengan hal di atas makna sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadis sahih: “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah…” Artinya, ia beriman bahwa Allah Ta’ala yang telah mensyariatkannya dan ia mengharapkan pahala di sisi-Nya. Asy-Sya’abi mengatakan: “Artinya, percaya dan yakin.” Hal senada juga dikatakan Qatadah, Abu Shalih dan Ibnu Zaid dan menjadi pilihan Ibnu Jarir. Mujahid dan Al-Hasan mengatakan, “Artinya mereka benar-benar teguh ke mana menyerahkan sedekah mereka.”

Firman-Nya (كمثل جنة بربوة) maksudnya, seperti sebuah kebun di dataran tinggi. Demikian menurut jumhurul ulama. Rabwah berarti tanah tinggi. Ibnu Abbas dan Adh-Dhahhak menambahkan, “Dan di dalamnya mengalir sungai-sungai.” Ibnu Jarir mengatakan, “Rabwah terdapat dalam tiga bahasa yaitu tiga qira’ah (bacaan). Penduduk Madinah, Hijaz, dan Irak secara keseluruhan membacanya, Rubwah (dengan didhomah “ra” nya) dan sebagian penduduk Syiria (Ibnu Amir) dan Kufah (‘Ashim) membacanya, Rabwah (dengan difathah “ra” nya). Ada juga yang mengatakan, Rabwah ini merupakan bahasa Kabilah Tamim. Juga dibaca, ribwah (dengan dikasrah “ra” nya), dan disebutkan bahwa ini adalah qira’ah Ibnu Abbas.

Firman-Nya (أصابها وابل) waabilun berarti hujan lebat, sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya.

Firman-Nya (فآتت أكلها ضعفين) maka kebun itu menghasilkan buahnya berlipat-lipat jika dibandingkan dengan kebun-kebun lainnya.

Firman-Nya (فإن لم يصبها وابل فطل) Adh-Dhahhak mengatakan, “thallun” berarti gerimis. Dengan hujan lebat itu, kebun tersebut tidak akan pernah kering dan gersang, karena meskipun kebun itu tidak mendapatkan curahan hujan lebat, ia telah mendapatkan percikan gerimis. Dan air gerimis itu pun sudah cukup memadai. Demikianlah amal orang mukmin, tidak akan sia-sia, bahkan Allah Ta’ala menerimanya dan akan diperbanyak (pahalanya), serta dikembangkan sesuai dengan jerih payah orang yang beramal. Firman-Nya (والله بما تعملون بصير) maksudnya, tidak ada sesuatu pun dari amal hamba-hamba-Nya yang tersembunyi dari-Nya.


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)