BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
 
أَلَمۡ تَرَ إِلَى ٱلَّذِي حَآجَّ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ فِي رَبِّهِۦٓ أَنۡ ءَاتَىٰهُ ٱللَّهُ ٱلۡمُلۡكَ إِذۡ قَالَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ رَبِّيَ ٱلَّذِي يُحۡيِۦ وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا۠ أُحۡيِۦ وَأُمِيتُۖ قَالَ إِبۡرَٰهِ‍ۧمُ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَأۡتِي بِٱلشَّمۡسِ مِنَ ٱلۡمَشۡرِقِ فَأۡتِ بِهَا مِنَ ٱلۡمَغۡرِبِ فَبُهِتَ ٱلَّذِي كَفَرَۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ٢٥٨
Artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Rabbku ialah yang menghidupkan dan mematikan.” Orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu heran terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dhalim.”

Inilah orang yang mendebat Ibrahim mengenai Rabb-nya, yaitu Raja Babilonia yang bernama Namrudz bin Kan’an. Mujahid mengatakan: “Raja dunia dari barat sampai timur ada empat; dua mukmin dan dua kafir, raja mukmin adalah Sulaiman bin Daud dan Dzulkarnain. Sedangkan raja kafir adalah Namrudz dan Bukhtanashr. Wallahu a’lam.”

Firman-Nya (إلم تر إلى الذي حاج إبراهيم في ربه) maksudnya, melihat dengan hatimu, hai Muhammad yaitu keberadaan Rabbnya. Karena Namrud mengingkari adanya Rabb selain dirinya sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Fir’aun yaitu orang setelah Namrud kepada rakyatnya dalam Surah Al-Qashash ayat 38 yang artinya: “Aku tidak mengetahui Tuhan bagi kalian selain diriku.”

Firman-Nya (آتاه الله الملك) yang membuatnya berbuat sewenang-wenang, kekufuran yang sangat, dan penentangan yang keras adalah kelaliman dan lamanya masa ia berkuasa. Dikatakan bahwa ia berkuasa selama empat ratus tahun. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman dalam ayat ini.

Firman-Nya (ربي الذي يحي ويميت) Namrud meminta kepada Ibrahim dalil yang menunjukkan keberadaan Rabb yang dia serukan kepada-Nya, maka Ibrahim bertutur menggunakan kalimat ini. Maksudnya, dalil yang menunjukkan keberadan-Nya adalah keberadaan segala sesuatu yang tidak pernah ada sebelumnya dan ketiadaannya setelah itu. Semua itu menunjukkan adanya pelaku dan pencipta secara pasti, karena segala sesuatu tidak akan ada dengan sendirinya. Melainkan harus ada pencipta yang menciptakan keberadaannya dan Dialah Rabb yang Ibrahim menyerukan ibadah hanya kepada-Nya semata, Rabb yang tiada sekutu bagi-Nya.

Firman-Nya (قال أنا أحي وأميت) pada saat itu Namrud, si pendebat mengatakan bahwa dia pun bisa menghidupkan dan mematikan. Qatadah, Muhammad bin Ishaq, As-Suddi, dan ulama lainnya mengatakan: “Kemudian Namrud mendatangkan dua orang yang akan dihukum mati. la menyuruh membunuh salah seorang dari keduanya dan memberikan ampunan kepada yang lain dan tidak membunuhnya. Dan itulah makna menghidupkan dan mematikan (menurut anggapannya).”

Firman-Nya (فإن الله يأتي بالشمس من المشرق فأت بها من المغرب) ketika Namrud memperlihatkan kesombongannya itu, Ibrahim berkata kepadanya dengan kalimat tersebut. Maksudnya, jika benar apa yang engkau katakan tadi, bahwa engkau dapat menghidupkan dan mematikan, maka yang dapat menghidupkan dan mematikan itu adalah yang mengendalikan segala yang ada, menciptakan zatnya dan menaklukkan planet-planet berikut peredarannya. Matahari ini selalu muncul setiap hari dari timur, jika engkau benar-benar Tuhan sebagaimana yang engkau katakan, maka terbitkanlah matahari itu dari barat.” Maka ketika Namrud mengetahui ketidakmampuannya dan bahwa tidak sanggup berbuat apa-apa dengan kesombongan itu, ia pun tercengang, membisu tidak dapat berbicara sepatah kata pun. Dan hujjah pun telah jelas (tegak) atas dirinya. Firman-Nya (والله لا يهدي القوم الظالمين) maksudnya, Allah Ta’ala tidak mengilhami mereka untuk mendapatkan suatu alasan, justru hujjah mereka tidak dapat berkutik di hadapan Rabb nereka. Mereka layak mendapatkan kemurkaan dan siksaan yang pedih. 


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)