BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡحَيُّ ٱلۡقَيُّومُۚ لَا تَأۡخُذُهُۥ سِنَةٞ وَلَا نَوۡمٞۚ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ مَن ذَا ٱلَّذِي يَشۡفَعُ عِندَهُۥٓ إِلَّا بِإِذۡنِهِۦۚ يَعۡلَمُ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيهِمۡ وَمَا خَلۡفَهُمۡۖ وَلَا يُحِيطُونَ بِشَيۡءٖ مِّنۡ عِلۡمِهِۦٓ إِلَّا بِمَا شَآءَۚ وَسِعَ كُرۡسِيُّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَۖ وَلَا يَ‍ُٔودُهُۥ حِفۡظُهُمَاۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيُّ ٱلۡعَظِيمُ ٢٥٥
Artinya: “Allah tidak ada Ilah (yang berhak untuk diibadahi) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Mahatinggi lagi Mahabesar.”

Inilah yang disebut ayat kursi. Ayat ini mengandung suatu hal yang sangat agung. Dan terdapat sebuah hadis sahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, yang menyebutkan bahwa ayat tersebut adalah ayat yang paling utama di dalam kitab Allah (Al-Qur’an). Imam Ahmad meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya kepadanya:

"أَيُّ آيَةٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ أَعْظَمُ"؟ قَالَ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَرَدَّدَهَا مِرَارًا ثُمَّ قَالَ أُبَيٌّ: آيَةُ الْكُرْسِيِّ. قَالَ: "لِيَهْنك الْعِلْمُ أَبَا الْمُنْذِرِ، وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّ لَهَا لِسَانًا وَشَفَتَيْنِ تُقَدِّسُ الْمَلِكَ عِنْدَ سَاقِ الْعَرْشِ" وَقَدْ رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ أَبِي شَيْبَةَ عَنْ عَبْدِ الْأَعْلَى بْنِ عَبْدِ الْأَعْلَى عَنِ الْجُرَيْرِيِّ-بِهِ  وَلَيْسَ عِنْدَهُ زِيَادَةٌ: "وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ ... " إِلَخْ
Artinya: “Apakah ayat yang paling agung di dalam kitab Allah?””Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui,” sahut Ubay bin Ka’ab. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengulang-ulang pertanyaan tersebut, dan kemudian Ubay bin Ka’ab menjawab: “Ayat kursi.” Lalu beliau mengatakan: “Engkau akan dilelahkan oleh ilmu, hai Abu Mundzir. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya ayat kursi itu mempunyai satu lidah dan dua bibir yang senantiasa menyucikan Al-Malik (Allah) di sisi tiang ‘Arsy.” (HR. Muslim 810 dan Ahmad 5/141. Hadis tersebut juga diriwayatkan Imam Muslim tanpa adanya tambahan: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya ayat kursi itu mempunyai satu lidah dua bibir yang senantiasa menyucikan al-Malik (Allah) sisi tiang ‘Arsy.”)

Hadis yang lainnya diriwayatkan dari Abu Dzar Jundub bin Janadah. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Dzar, ia menceritakan:

أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ فِي الْمَسْجِدِ فَجَلَسْتُ. فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ هَلْ صَلَّيْتَ؟ " قُلْتُ: لَا. قَالَ: "قُمْ فَصَلِّ" قَالَ: فَقُمْتُ فَصَلَّيْتُ ثُمَّ جَلَسْتُ فَقَالَ: "يَا أَبَا ذَرٍّ تَعَوَّذ بِالْلَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَوَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ؟ قَالَ: "نَعَمْ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ الصَّلَاةُ؟ قَالَ: "خَيْرُ مَوْضُوعٍ مَنْ شَاءَ أَقَلَّ وَمَنْ شَاءَ أَكْثَرَ". قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَالصَّوْمُ؟ قَالَ: "فَرْضٌ مُجْزِئ وَعِنْدَ اللَّهِ مَزِيدٌ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَالصَّدَقَةُ؟ قَالَ: "أَضْعَافٌ مُضَاعَفَةٌ". قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَيُّهَا أَفْضَلُ؟ قَالَ: "جُهْدٌ مِنْ مُقِلٍّ أَوْ سِرٌّ إِلَى فَقِيرٍ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْأَنْبِيَاءِ كَانَ أَوَّلَ؟ قَالَ: "آدَمُ" قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَنَبِيٌّ كَانَ؟ قَالَ: "نَعِمَ نَبِيٌّ مُكَلَّمٌ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَمِ الْمُرْسَلُونَ؟ قَالَ: "ثَلَثُمِائَةٍ وَبِضْعَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا" وَقَالَ مَرَّةً: "وَخَمْسَةَ عَشَرَ" قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّمَا أُنْزِلَ عَلَيْكَ أَعْظَمُ؟ قَالَ: "آيَةُ الْكُرْسِيِّ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ}
Artinya: “Aku pernah mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau sedang duduk di masjid, lalu aku duduk maka beliau bertanya: “Hai Abu Dzar, apakah engkau sudah salat?” “Belum,” jawab Abu Dzar. “Berdiri dan kerjakanlah salat,” perintah Rasulullah. Kemudian, lanjut Abu Dzar, aku bangun dan mengerjakan salat, setelah itu aku duduk lagi, kemudian beliau bertanya: “Hai Abu Dzar, berlindunglah kepada Allah dari kejahatan setan yang berwujud manusia dan jin.” Lalu kutanyakan: “Ya Rasulullah, apakah ada setan yang berwujud manusia?” “Ya,” jawab beliau. Lalu kutanya lagi: “Ya Rasulullah, apakah salat itu?” Beliau bersabda: “Merupakan amal yang paling bagus. Barangsiapa menghendaki boleh mengerjakan sedikit dan barangsiapa menghendaki boleh mengerjakan banyak.” Lebih lanjut kutanyakan: “Kemudian apa itu puasa?” Beliau menjawab: “Suatu kewajiban yang berpahala dan di sisi Allah terdapat tambahan (pahala).” Kutanyakan lagi: “Lalu apa yang dimaksud dengan sedekah itu?” Beliau menjawab: “Ibadah yang dilipatgandakan (pahalanya).” Selanjutnya kutanyakan: “Lalu mana di antara sedekah itu yang lebih baik?” Beliau menjawab: “Yaitu sedekah yang diberikan oleh orang yang sedikit hartanya atau sedekah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi kepada orang miskin.” Kutanyakan lagi: “Siapakah nabi yang paling pertama?” Beliau menjawab: “Adam.” Kutanyakan lagi: “Nabi yang bagaimana ia itu?” Beliau menjawab: “Ia adalah nabi yang diajak bicara (oleh Allah secara langsung).” “Ya Rasulullah, berapakah rasul yang diutus?” tanyaku. Beliau menjawab: “Secara keseluruhan mereka berjumlah tiga ratus tiga belas lebih suatu jumlah yang banyak.” Di lain kesempatan Nabi mengatakan: “Mereka berjumlah tiga ratus lima belas orang.” Kutanyakan lagi: “Ya Rasulullah, ayat apa yang paling agung yang telah diturunkan kepadamu?” Beliau menjawab: “Ayat kursi; Tiada Ilah melainkan hanya Dia yang Maha hidup lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya.'” (HR. Ahmad 5/178, At-Tirmidzi 8/275 dan Nasa’i. Hadis dha’if: disebutkan oleh Al-Haitsami dalam Kitab Al-Majma’ (726), ia berkata: “Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dalam Mu’jam Al-Ausath seperti ini, di dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Al-Mas’udi. Dia tsiqah, tetapi hafalannya bercampur/kacau.”)

Imam Al-Bukhari juga meriwayatkan dalam kitabnya, Sahih Bukhari pada bab Fadhailu Al-Qur’an (keutamaan-keutamaan Al-Qur’an) dan juga dalam bab Al-Walakah, dari Abu Hurairah ia berkata:

وَكَّلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ فَأَتَانِي آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ وَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنِّي مُحْتَاجٌ وَعَلَيَّ عِيَالٌ وَلِي حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ. قَالَ: فَخَلَّيْتُ عَنْهُ. فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟ " قَالَ: قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالًا فَرحِمْتُه وَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ: "أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبك وَسَيَعُودُ" فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّهُ سَيَعُودُ" فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: دَعْنِي فَإِنِّي مُحْتَاجٌ وَعَلَيَّ عِيَالٌ لَا أَعُودُ. فَرَحِمْتُهُ وَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟ " قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً وَعِيَالًا فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ: "أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ" فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ: لَأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. وَهَذَا آخَرُ ثَلَاثِ مَرَّاتٍ أنَّك تَزْعُمُ أَنَّكَ لَا تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ. فَقَالَ: دَعْنِي أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا. قُلْتُ: مَا هُنَّ . قَالَ: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} حَتَّى تَخْتِمَ الْآيَةَ فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ؟ " قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِي كَلِمَاتٍ يَنْفَعُنِي اللَّهُ بِهَا فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ. قَالَ: "مَا هِيَ؟ " قَالَ: قَالَ لِي: إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِيِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ الْآيَةَ: {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} وَقَالَ لِي: لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ. وَكَانُوا أَحْرَصَ شَيْءٍ على الخير، فقال النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا إِنَّهُ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُذْ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ؟ " قُلْتُ : لَا قَالَ: "ذَاكَ شَيْطَانٌ"
Artinya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memberikan tugas kepadaku untuk menjaga zakat bulan Ramadhan. Lalu ada seseorang yang mendatangiku seraya meraup makanan, maka aku pun segera menangkapnya seraya kukatakan: ‘Akan aku laporkan kamu kepada Rasulullah.’ Orang itu berkata: ‘Biarkanlah aku mengambilnya, sesungguhnya aku membutuhkannya untuk menanggung keluargaku yang banyak, dan aku punya keperluan yang sangat mendesak.’ Abu Hurairah melanjutkan ceritanya, kemudian aku pun membiarkannya, hingga pada keesokan harinya, Rasulullah saw. berkata: ‘Hai Abu Hurairah, apa yang dikerjakan oleh tawananmu tadi malam?’ Kujawab, lanjut Abu Hurairah: ‘Ya Rasulullah, ia mengadukan kebutuhannya yang sangat mendesak dan keluarganya yang banyak. Maka aku merasa kasihan kepadanya dan aku biarkan ia berlalu.’ Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya ia telah membohongimu dan akan kembali.’ Aku tahu bahwa orang itu akan kembali lagi berdasarkan sabda Rasulullah saw., ‘Bahwa ia akan kembali.’ Kemudian aku pun mengintainya. Ternyata ia datang dan meraup makanan. Lalu aku menangkapnya kembali dan kukatakan: ‘Akan aku laporkan engkau kepada Rasulullah.’ Maka orang itu pun berujar: ‘Biarkanlah aku mengambilnya, sesungguhnya aku benar-benar terdesak oleh kebutuhan dan tanggungan keluarga, aku tidak akan kembali.’ Maka aku pun kasihan dan aku biarkan ia berlalu. Dan pada keesokan harinya, Rasulullah berkata kepadaku: ‘Hai Abu Hurairah, apa yang dikerjakan oleh tawananmu tadi malam?’ Kukatakan: `Ya Rasulullah, ia mengadukan kebutuhannya yang sangat mendesak dan keluarganya yang banyak. Maka aku merasa kasihan kepadanya dan aku biarkan ia berlalu.’ Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya ia telah membohongimu dan is akan kembali.’ Selanjutnya kuintai untuk ketiga kalinya, dan temyata ia datang kembali dan meraup makanan lagi. Lalu aku menangkapnya kembali dan kukatakan: ‘Akan aku laporkan engkau kepada Rasulullah. Dan ini adalah yang ketiga kalinya dan engkau telah berjanji untuk tidak kembali, ternyata engkau masih kembali. Kemudian orang itu bertutur: ‘Lepaskanlah aku, aku akan mengajarkan kepadarnu beberapa kalimat, yang dengannya Allah akan memberikan manfaat kepadamu. ‘Apakah kalimat-kalimat tersebut?’ tanyaku. Maka ia menjawab: ‘Apabila engkau hendak beranjak tidur, maka bacalah ayat kursi: allaaHu laa ilaaHa illaa Huwal hayyul qayyuum (“Allah, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya,”) niscaya akan senantiasa ada perlindungan Allah bagimu dan engkau tidak akan didatangi setan hingga pagi hari tiba.’ Maka aku pun membebaskan orang itu. Dan pada saat pagi harinya, Rasulullah saw berkata kepadaku: ‘Apa yang dikerjakan oleh tawananmu tadi malam?’ Kukatakan: `Ya Rasulullah, orang itu telah mengajariku beberapa kalimat, yang dengannya Allah akan mem-berikan manfaat kepadaku. Maka aku pun membiarkan ia berlalu.’ Beliau bertanya: ‘Apa kalimat-kalimat tersebut?’ ‘Orang itu berkata kepadaku: Apabila beranjak ke tempat tidur, maka bacalah ayat kursi: allaaHu laa ilaaHa illaa Huwal hayyul qayyuum (“Allah, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya,”) niscaya akan senantiasa ada perlindungan Allah bagimu dan engkau tidak akan didatangi setan hingga pagi hari tiba’ -para sahabat adalah orang-orang yang sangat loba terhadap kebaikan.- Maka Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnyah berkata benar, padahal ia seorang pendusta. Tahukah engkau, hai Abu Hurairah, siapakah yang engkau ajak bicara selama tiga malam tersebut?’ ‘Tidak,’ jawabku. Beliau bersabda: ‘Ia adalah setan.’” (HR. Al-Bukhari 3275/2311 dan An-Nasai 10794. Demikian hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhari secara muallaq dengan ungkapan pasti. Hadis ini juga diriwayatkan An-Nasai dalam Kitab: “Al yauma wa lailah.”)

Hadis yang lain, yang menjelaskan bahwa ayat ini mengandung nama Allah Ta’ala yang paling agung, diriwayatkan Imam Ahmad, dari Asma’ binti Yazid bin Sakan, ia berkata:

سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم يقول فِي هَاتَيْنِ الْآيَتَيْنِ {اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} وَ {الم * اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ} [آلِ عِمْرَانَ:1، 2] "إِنَّ فِيهِمَا اسْمَ اللَّهِ الْأَعْظَمِ"
Artinya: “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda mengenai dua ayat ini, “Allah, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya,” Dan ayat, “Aliif laam miim. Allah, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan Dia yang Mahahidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya,” “Sesungguhnya pada kedua ayat tersebut terdapat nama Allah yang paling agung.” (HR. Ahmad 6/461, Abu Dawud 1496, At-Tirmidzi 3478, dan Ibnu Majah 3855. Imam Tirmidzi mengatakan: “Hadis ini hasan sahih.”)

Ayat ini mencakup 10 (sepuluh) kalimat yang berdiri sendiri, yaitu kalimat pertama firman-Nya (الله لا إله إلا هو) yang demikian itu memberitahukan, bahwasanya Allah-lah yang Tunggal dalam uluhiyah-Nya (ketuhanan-Nya) bagi seluruh makhluk-Nya.”

Kalimat kedua adalah kalimat (الحي القيوم) maksudnya, yang hidup kekal, dan tidak akan pernah mati selamanya, yang mengendalikan semua yang ada. Dengan demikian, semua yang ada di dunia ini sangat membutuhkan-Nya, sedang Dia sama sekali tidak membutuhkan mereka, tidak akan tegak semuanya itu tanpa adanya perintah-Nya sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ar-Ruum ayat 25 yang artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah berdirinya langit dan bumi dengan iradah-Nya.”

Kalimat ketiga adalah kalimat (لا تأخذه سنة ولا نوم) maksudnya, Dia suci dari cacat (kekurangan), kelengahan dan kelalaian tidur dalam mengurusi makhluk-Nya. Bahkan sebaliknya, Dia senantiasa mengurus dan memperhatikan apa yang dikerjakan setiap individu. Dan Dia senantiasa menyaksikan segala sesuatu, tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Nya. Dan di antara kesempurnaan sifat-Nya adalah Dia tidak pernah dikalahkan (dikuasai) kantuk dan tidur. Dia tidak dikalahkan (dikuasai) oleh kantuk apalagi dengan tidur, karena tidur itu lebih kuat dari mengantuk.

Kalimat keempat adalah kalimat (له مافي السماوات ومافي الأرض) hal ini merupakan pemberitahuan bahwa makhluk ini adalah hamba-Nya, dan berada di dalam kerajaan-Nya, pemaksaan-Nya, dan juga kekuasaan-Nya.

Kalimat kelima adalah kalimat (من ذا الذي يشفع عنده إلا بإذنه) yang merupakan bagian dari keagungan, keperkasaan, dan kebesaran Allah Ta’ala, yang mana tidak seorang pun dapat memberikan syafa’at kepada orang lain, kecuali dengan seizin-Nya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadis tentang syafaat:

"آتِي تَحْتَ الْعَرْشِ فَأَخِرُّ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَدَعَنِي ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ تُسْمَعْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ" قَالَ: "فَيَحِدُّ لِي حَدًّا فَأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ"
Artinya: “Aku datang ke bawah ‘Arsy, lalu aku tunduk bersujud. Maka Dia membiarkanku selama waktu yang Dia kehendaki. Kemudian dikatakan: ‘Angkatlah kepalamu, katakanlah perkataanmu akan didengar, dan berilah syafaat, dan engkau akan mendapat syafaat.’ Nabi bersabda: ‘Kemudian Allah memberikan suatu batasan kepadaku, lalu aku memasukkan mereka ke dalam surga.’” (HR Al-Bukhari dan lain-lainnya).

Kalimat keenam adalah kalimat (يعلم ما بين أيديهم وماخلفهم) yang demikian itu sebagai bukti yang menunjukkan bahwa ilmu-Nya meliputi segala yang ada, baik yang lalu, kini, dan yang akan datang.

Kalimat ketujuh adalah kalimat (ولا يحيطون بشيئ من علمه إلا بما شاء) maksudnya, tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui sedikit pun dari ilmu Allah Ta’ala kecuali yang telah diajarkan dan diberitahukan oleh Allah Ta’ala kepada-Nya. Mungkin juga makna penggalan ayat tersebut adalah, manusia tidak akan dapat mengetahui ilmu Allah Ta’ala sedikit pun, dzat dan sifat-Nya melainkan yang telah diperlihatkan Allah Ta’ala kepadanya. Hal itu seperti firman-Nya dalam Surah Thaahaa ayat 110 yang artinya: “Sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya.”

Kalimat kedelapan adalah kalimat (وسع كرسيه السماوات والأرض) Ibnu Abi Hatim menceritakan, dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya ini, ia mengatakan, “Yaitu ilmu-Nya.” Pendapat yang sama juga diriwayatkan Ibnu Jarir, dari Abdullah bin Idris dan Hasyim, keduanya dari Mutharif bin Tharif. Ibnu Abi Hatim, menceritakan, hal yang sama juga diriwayatkan, dari Said bin Jubair. Dalam tafsirnya, Wak’i telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Kursi adalah tempat pijakan dua kaki (Allah) dan ‘Arsy tidak ada seorang pun yang mampu memperkirakannya. Hal itu juga diriwayatkan Al-Hakim dalam Kitab Al-Mustadrak, ia mengatakan: “(Riwayat tersebut) sahih menurut syarat dari Syaikhani (Al-Bukhari dan Muslim) tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.

Kalimat kesembilan adalah kalimat (ولا يئوده حفظهما) maksudnya, Dia tidak merasa keberatan dan kewalahan untuk memelihara langit, bumi, dan semua yang ada di antara keduanya. Bahkan bagi-Nya semuanya itu merupakan suatu hal yang sangat mudah dan ringan. Dia yang mengawasi setiap individu atas apa yang ia kerjakan. Yang senantiasa memantau segala sesuatu, sehingga tidak ada sesuatu pun yang luput dan tersembunyi dari-Nya. Dia yang menundukkan dan menghisab (memperhitungkan) segala sesuatu. Dialah Ilah Yang Mahamengawasi, Mahatinggi, dan tidak ada Ilah selain Dia.

Kalimat kesepuluh adalah kalimat (وهو العلي العظيم) adalah sama seperti firman-Nya dalam Surah Ar-Ra’ad ayat 9 yang artinya: “Yang Mahabesar lagi Mahatinggi.”

Jalan terbaik dalam memahami ayat-ayat di atas berikut maknanya yang terkandung dalam beberapa hadis sahih adalah dengan metode yang digunakan para ulama Salafush Shaleh; Mereka memahami makna ayat-ayat tersebut (sebagaimana arti bahasa yang digunakan dalam ayat-ayat atau hadis-hadis itu) tanpa takyif (menanyakan kaifiatnya/hakekatnya) dan tanpa tasybih (menyerupakan dengan makhluk). Dalam naskah Al-Azhar: Arti memahami di sini ialah tanpa mena’wilkannya dengan pandangan-pandangan manusia tetapi kita hanya beriman kepada ayat-ayat itu dengan menyucikan Allah terhadap keserupaan-Nya dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya. 


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)