BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto


فَإِن لَّمۡ تَفۡعَلُواْ وَلَن تَفۡعَلُواْ فَٱتَّقُواْ ٱلنَّارَ ٱلَّتِي وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُۖ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ٢٤


Artinya: “Maka jika kalian tidak dapat membuat(nya) dan pasti kalian tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah diri kalian dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”

Firman-Nya (فإن لم تفعلوا ولن تفعلوا) untuk memberikan ketegasan pada masa yang akan datang dan sekali-kali kalian tidak akan pernah dapat melakukannya. Dan ini merupakan mukjizat lain, di mana Dia memberikan sebuah berita yang pasti dengan berani tanpa rasa takut maupun kasihan, bahwa Alquran ini tidak akan pernah dapat ditandingi. Kenyataannya dari sejak dulu sampai sekarang, dan sampai kapanpun tidak ada yang dapat menyamai, dan tidak mungkin bagi seseorang dapat melakukan hal itu. Yang demikian itu karena Alquran merupakan firman Allah Ta’ala, Rabb Pencipta segala sesuatu. Bagaimana mungkin firman Allah Ta’ala Sang Pencipta akan sama dengan ucapan makhluk ciptaan-Nya.

Orang yang mencermati dan memperhatikan Alquran dengan seksama, niscaya ia akan menemukan berbagai keunggulan Alquran yang sulit untuk ditandingi dalam seni sastra baik yang tersurat maupun yang tersirat, dari sisi lafaz dan juga sisi makna. Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Hud ayat 1 yang artinya: “Alif laam raa’. Inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah yang Mahabijaksana lagi Mahatahu.” Artinya, Dia telah menyusun kata-kata di dalam Alquran secara rapi dan indah dan menerangkan maknanya secara rinci. Dengan demikian, seluruh kata dan maknanya dikemukakan secara fasih, tidak ada yang dapat menyamai dan menandinginya. Di dalamnya Allah Ta’ala memberitakan berbagai berita ghaib yang telah lalu dan terjadi sesuai dengan apa yang diberitakan tersebut, dan Dia juga menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-An’am ayat 115 yang artinya: ”Telah sempurna kalimat Rabbmu (Alquran), sebagai kalimat yang benar dan adil.” Artinya, benar dalam berita yang disampaikan Alquran dan adil dalam hukum-hukum yang dimuatnya. Dengan demikian, semua kandungannya itu adalah benar, adil dan petunjuk, yang tidak ada sedikit pun darinya kecerobohan, kebohongan dan juga dibuat-buat, seperti yang terdapat dalam syair-syair Arab dan syair-syair selain mereka yang diwarnai dengan berbagai kecerobohan dan kebohongan, yang tidak akan indah kecuali dengan hal-hal seperti itu. Sedangkan Alquran seluruh kandungannya benar-benar fasih, berada di puncak keindahan bahasa bagi orang-orang yang memahami hal tersebut secara rinci dan global dari kalangan mereka yang memahami ucapan dan ungkapan bangsa Arab.

Sesungguhnya jika dicermati dan direnungkan berita-berita yang disajikan Alquran, niscaya akan didapatkannya benar-benar berada di puncak keindahan, baik penyajian secara panjang lebar maupun singkat, diulang-ulang atau tidak. Setiap kali melakukan pengulangan, maka semakin tinggi dan mempesona keindahannya. Tidak basi dengan banyaknya pengulangan dan tidak membuat para ulama menjadi bosan. Ancaman yang dikemukakan-Nya akan menjadikan gunung-gunung yang tegak berdiri itu berguncang karenanya.

Lalu bagaimana dengan hati yang benar-benar memahami hal tersebut. Jika Dia berjanji, Dia mengemukakannya dengan ungkapan yang dapat membuka hati dan pendengaran serta merasa rindu ke surga, dan berdekatan dengan Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya dalam Surah As-Sajdah ayat 17 yang artinya: “Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Dan dalam Surah Az-Zukhruf ayat 71 yang artinya: “Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Allah) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersamamu.” Dia juga berfirman dalam Surah Al-Mulk ayat 16-17 yang artinya: “Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang. Atau apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang ada di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” Dan dalam teguran-Nya dalam Surah Al-‘Ankabuut ayat 40 yang artinya: “Maka masing-masing (dari mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya.” Sedangkan dalam nasehat-Nya dalam Surah Asy-Syura ayat 205-207 yang artinya: “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka. Niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang selalu mereka nikmati.”

Masih banyak lagi bentuk kefasihan, balaghah dan keindahan. Jika ayat-ayat Alquran berkenaan dengan hukum, perintah dan larangan, maka mencakup perintah-Nya mengerjakan segala yang ma’ruf, baik, bermanfaat dan yang dicintai dan melarang dari segala yang buruk, hina dan tercela. Sebagaimana dikemukakakn Ibnu Mas’ud dan ulama salaf lainnya, ia mengatakan, “Jika engkau mendengar Allah Ta’ala berfirman di dalam Alquran berupa lafaz ‘yaa ayyuha al-ladziina aamanuu’, maka siapkanlah pendengaranmu dengan baik, karena ia mengandung kebaikan yang diperintahkan-Nya atau kejahatan yang dilarang-Nya.” Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-A’raaf ayat 157 yang artinya: “Yang menyuruh mereka mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran serta menghalalkan bagi mereka yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk serta membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.”

Dan jika ayat-ayat Alquran menyifati hari kebangkitan serta peristiwa-peristiwa yang mengerikan pada waktu itu, juga menyifati surga dan neraka serta apa yang dijanjikan Allah Ta’ala baik bagi para wali yang berupa kenikmatan dan kelezatan, dan ancaman-Nya bagi para musuh-musuh-Nya, berupa siksa dan azab yang sangat pedih, maka ayat-ayat tersebut memberikan kabar gembira, atau memberikan peringatan dan juga menjauhi berbagai macam kemungkaran. Selain itu, ayat-ayat tersebut juga mengajak berzuhud di dunia dan menanamkan kecintaan pada kehidupan akhirat. Juga memberikan petunjuk ke jalan Allah Ta’ala yang lurus dan syariat-Nya yang benar. Ayat-ayat itu juga membersihkan berbagai gangguan setan terkutuk dari hati manusia. Oleh karena itu, diriwayatkan hadis dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"مَا مِنْ نَبِيٍّ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ إِلَّا قَدْ أعْطِيَ مِنَ الْآيَاتِ مَا مِثْلُهُ آمَنَ عَلَيْهِ الْبَشَرُ، وَإِنَّمَا كَانَ الَّذِي أُوتِيتُهُ وَحْيًا أَوْحَاهُ اللَّهُ إليَّ، فَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ أَكْثَرَهُمْ تَابِعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Tiada seorang nabi pun melainkan telah dianugerahi suatu mukjizat yang disesuaikan dengan apa yang diimani oleh manusia di masanya. Dan sesungguhnya apa yang telah diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan oleh Allah kepadaku, maka aku berharap semoga aku adalah nabi yang paling banyak pengikutnya di antara semua nabi-nabi kelak di hari kiamat kelak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sabda beliau, “Dan sesungguhnya apa yang telah diberikan kepadaku hanyalah wahyu yang diturunkan Allah kepadaku,” maksudnya adalah yang dikhususkan kepada beliau di antara para nabi yang lainnya adalah Alquran, yang tidak mungkin ada umat manusia yang mampu menandinginya, berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang diturunkan Allah Ta’ala, karena bukan mukjizat menurut banyak ulama.

Firman-Nya (فاتقوا النار التي وقودها الناس والحجارة أعدت للكافرين). (Al-Wuquud) artinya apa yang dicampakkan ke dalam neraka untuk menyalakan apinya seperti kayu bakar dan yang lainnya. Hal yang sama juga difirmankan-Nya dalam Surah Al-Jinn ayat 15 yang artinya: “Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu bakar bagi neraka Jahannam.” (Al-Wuquud) juga diartikan batu api (belerang) yang besar berwarna hitam, sangat keras dan berbau busuk. Sebuah batu yang paling panas jika membara.

Firman-Nya (أعدت للكافرين) bahwa kata ganti para lafaz tersebut ditujukan kepada neraka yang bahan bakarnya berasal dari manusia. Sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud, tidak ada pertentangan makna antara kedua pendapat di atas, karena keduanya saling berkaitan. (u’iddat) berarti disediakan dan dipersiapkan bagi orang-orang yang kafir kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Menurut Ibnu Ishak, dari Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas bahwa kalimat ini bagi orang yang berada dalam kekufuran. Sebagian besar ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa neraka itu sudah ada sekarang ini, sebagaimana ditunjukkan oleh hadis berikut:

"اسْتَأْذَنَتِ النَّارُ رَبَّهَا فَقَالَتْ: رَبِّ أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ نَفَسٌ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٌ فِي الصَّيْفِ"
Artinya: “Api neraka pernah minta izin kepada Rabb-nya. Ia berujar: ‘Ya Rabb-ku, sebagian kami memakan sebagian lainnya.’ Lalu Rabb-nya memberikan izin kepadanya dengan dua jiwa. Satu jiwa pada musim dingin dan satu jiwa lagi pada musim panas.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Ibnu Mas’ud juga pernah memberitahukan sebuah hadis bahwa pernah mendengar suara sesuatu yang jatuh, lalu kami pun bertanya: “Apa itu?” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

سَمِعْنَا وَجْبَةً فَقُلْنَا مَا هَذِهِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "هَذَا حَجَرٌ أُلْقِيَ بِهِ مِنْ شَفِيرِ جَهَنَّمَ مُنْذُ سَبْعِينَ سَنَةً الْآنَ وَصَلَ إِلَى قَعْرِهَا"

 Artinya: “Itu adalah batu yang dilontarkan dari tepi Neraka Jahannam sejak tujuh puluh tahun yang lalu dan sekarang telah sampai di dasarnya.” (HR. Muslim)


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)