BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِۚ وَمَا ٱخۡتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ ٱلۡحَقِّ بِإِذۡنِهِۦۗ وَٱللَّهُ يَهۡدِي مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٍ ٢١٣
Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”

Firman-Nya (كان الناس أمة واحدة) Abdur Razzak berkata: Mu’ammar memberitahukan kami, dari Qatadah, ia mengemukakan: “Mereka semua dalam petunjuk, kemudian mereka pun berselisih.” Al-Aufi menceritakan dari Ibnu Abbas ia mengatakan: “Mereka dalam keadaan kafir. Maka Allah Ta’ala mengutus para Nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.”

Firman-Nya (فبعث الله النبيين مبشرين ومنذرين) Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Antara Nuh dan Adam itu berselang sepuluh generasi, semuanya berpegang pada syariat Allah Ta’ala. Kemudian terjadilah perselisihan di antara mereka, lalu Allah Ta’ala mengutus para Nabi yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.” Nabi yang pertama kali diutus adalah Nabi Nuh. Hal senada juga dikemukakan oleh Mujahid sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abbas di atas. Pendapat bersumber dari Ibnu Abbas memiliki sanad dan makna yang lebih sahih. Karena umat manusia pada saat itu menganut agama yang dibawa Adam hingga akhirnya mereka menyembah berhala, maka Allah Ta’ala mengutus Nuh kepada mereka. la adalah rasul pertama yang diutus ke muka bumi ini.

Firman-Nya (وأنزل معهم الكتاب ... من بعد ما جاءتهم البينات بغيا بينهم) Allah Ta’ala berfirman dalam ayat ini maksudnya, hujjah telah tegak atas mereka, dan yang mendorong mereka berbuat demikian tidak lain hanyalah kedengkian di antara mereka.

Firman-Nya (فهدى الله الذين آمنوا ... إلى صراط مستقيم) Ibnu Wahab meriwayatkan dari Abdurrahman bin Zaid bin Aslam, dari ayahnya, ia mengatakan: “Lalu merekapun berselisih mengenai hari jum’at, maka orang-orang Yahudi menetapkan hari Sabtu dan Nasrani hari Ahad. Kemudian Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada umat Muhammad untuk menetapkan hari Jum’at. Setelah itu mereka berselisih mengenai kiblat, maka orang-orang Nasrani pun menjadikan Masyriq sebagai kiblat, orang-orang Yahudi memilih Baitul Maqdis, kemudian Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada umat Muhammad untuk menjadikan Ka’bah sebagai kiblat.

Mereka juga berselisih mengenai salat. Di antara mereka ada yang hanya mengerjakan rukuk saja tanpa sujud, ada juga yang hanya sujud saja tanpa rukuk. Juga ada yang mengerjakan salat sambil berbicara, ada yang sambil berjalan. Kemudian Allah Ta’ala memberi petunjuk kepada umat Muhammad mengenai ibadah salat dengan cara yang benar. Selain itu juga mereka berselisih mengenai ibadah puasa. Ada di antara mereka yang berpuasa setengah hari saja, ada yang berpuasa dengan tidak memakan sebagian makanan saja. Kemudian Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada umat Muhammad mengenai pelaksanaan puasa yang benar. Mereka juga berselisih mengenai Ibrahim, orang-orang Yahudi mengatakan: “Ibrahim adalah seorang Yahudi.” Sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan: “Ibrahim itu adalah seorang Nasrani.” Padahal Allah Ta’ala telah menjadikannya seorang yang hanif (lurus, condong kepada kebenaran) lagi berserah diri kepada Allah Ta’ala. Kemudian Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada umat Muhammad mengenai kebanaran tentang agama Ibrahim tersebut. Mereka juga berselisih tentang Isa, orang-orang Yahudi mendustakannya dan mereka menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Sedangkan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai sesembahan dan anak Tuhan. Padahal Allah Ta’ala telah menciptakannya dengan kalimat-Nya dan ditiupkan ruh dari-Nya. Kemudian dia memberikan petunjuk kepada umat Muhammad kebenaran mengenai hal tersebut.

Masih mengenai firman-Nya, Rabi bin Anas mengatakan: “Maksudnya ketika terjadinya perselisihan, mereka masih menganut apa yang dibawa oleh para Rasul sebelum perselisihan tersebut terjadi. Mereka semua berada dalam tauhid yang hanya beribadah kepada Allah Ta’ala semata dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, mereka mengerjakan salat dan menunaikan zakat. Jadi mereka tetap menjalankan perintah yang pertama sebelum terjadi perselisihan, juga menjauhkan perselisihan. Mereka ini adalah sebagai saksi bagi umat manusia pada hari kiamat kelak, saksi bagi kaum Nabi Nuh, Nabi Huud, Nabi Shalih, Nabi Syu’aib, dan keluarga Fir’aun, bahwa para Rasul mereka telah menyampaikan risalah kepada mereka, tetapi mereka mendustakan para Rasul tersebut. Dan Allah Ta’ala memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.” Dan mengenai ayat ini, Abu Aliyah mengatakan: “Allah Ta’ala yang mengeluarkan mereka dari keraguan, kekesesatan, dan fitnah.”

Firman-Nya (بإذنه) maksudnya, sesuai dengan pengetahuan-Nya tentang mereka dan petunjuk yang diberikan kepada mereka. Demikian dikatakan oleh Ibnu Jarir.

Firman-Nya (والله يهدي من يشاء) Allah Ta’ala memberi hidayah di antara makluk-Nya.

Firman-Nya (إلى صراط مستقيم) maksudnya, Allah Ta’ala mempunyai hikmah dan hujjah yang sempurna. Dalam Kitab Sahih Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan hadis dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika bangun malam dan mengerjakan salat, beliau mengucapkan:

"اللَّهُمَّ، رَبَّ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَإِسْرَافِيلَ، فَاطِرَ السموات وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ، اهْدِنِي لِمَا اختلفَ فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ"
Artinya: “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan putusan di antara hamba-hamba-Mu, tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah kepadaku kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim 770)

Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa:

اللَّهُمَّ، أَرِنَا الْحَقَّ حَقّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَوَفِّقْنَا لِاجْتِنَابِهِ، وَلَا تَجْعَلْه مُلْتَبِسًا عَلَيْنَا فَنَضِلَّ، وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Artinya: “Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar dan karuniakan kepada kami untuk dapat mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang bathil itu bathil, dan karuniakan kepada kami untuk dapat menghindarinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)