BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Shuhaib berangkat hijrah menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu diikuti oleh beberapa orang Quraisy, maka ia pun turun dari kendaraannya dan mengeluarkan apa yang berada di dalam tempat anak panahnya, kemudian berujar, “Hai orang-orang Quraisy, kalian tahu bahwa aku adalah orang yang pandai memanah di antara kalian, sedang kalian, demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku kecuali aku akan melemparkan semua anak panah yang ada di dalam tempatnya ini, dan membuang pedangku ini sehingga tiada yang tersisa sedikit pun padaku. Maka lakukan apa yang kalian kehendaki. Tetapi jika kalian mau, akan kutunjukkan kepada kalian harta dan simpananku di Makkah, tetapi kalian harus membebaskan jalanku.” Maka mereka pun menjawab, “Mau.” Dan ketika sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Beruntunglah Shuhaib.” Maka turunlah ayat ini.” (Diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah di dalam Musnadnya dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Sa’id bin Al-Musayyab. Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim di dalam Kitab Al-Mustadrak, dari Ibnul Musayyab yang bersumber dari Shuhaib. Hadis ini maushul. Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim yang bersumber dari Ikrimah. Hadis ini mursal. Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Hammad bin Salamah, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas. Dalam hadis ini lebih dijelaskan lagi ihwal turunnya ayat, dan dinyatakan bahwa hadis ini sahih menurut syarah Muslim. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah, dan dinyatakan bahwa turunnya ayat ini tentang Shuhaib, Abu Dzarr, dan Jundub bin As-Sakan, seorang keluarga Abu Dzarr)
Firman-Nya (ومن الناس من يشري نفسه ابتغاء مرضات الله) diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik, mereka membicarakan dan mencaci maki Khubaib dan para sahabatnya yang terbunuh dalam peristiwa Ar-Raji’ (nama kolam air milik Suku Hudzail di dekat Makkah). Kemudian Allah menurunkan ayat yang mencela orang-orang munafik dan memuji Khubaib dan para sahabatnya ini. Dalam ayat ini juga Allah Ta’ala memberitahukan tentang orang-orang munafik dengan sifat-sifat mereka yang sangat tercela, maka Dia juga menyebutkan sifat-sifat orang-orang mukmin yang sangat terpuji, melalui firman-Nya ini.
Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Said bin Al-Musayyab, Abu Utsman An-Nahdhi, Ikrimah, dan segolongan orang mengatakan, “Ayat itu turun berkenaan dengan Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi.” Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Utsman An-Nahdhi, dari Shuhaib, katanya, “Ketika aku bermaksud hijrah dari Makkah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, orang-orang Quraisy berkata kepadaku, ‘Hai Shuhaib, kamu datang kepada kami dengan tidak membawa harta kekayaan, dan sekarang kamu akan pergi dengan membawa harta kekayaanmu. Demi Allah Ta’ala hal itu tidak boleh terjadi sama sekali.’”
Tetapi kebanyakan ulama memahami bahwa ayat tersebut turun ditujukan bagi setiap orang yang berjuang di jalan Allah Ta’ala, sebagaimana Dia telah berfirman dalam At-Taubah ayat 111 yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
Dan ketika Hisyam bin Amir maju menyerang ke tengah-tengah barisan musuh, sebagian orang menentangnya, sedangkan Umar bin Al-Khaththab, Abu Hurairah, dan yang lainnya membantah tindakan mereka itu seraya membacakan ayat ini.
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَشۡرِي نَفۡسَهُ
ٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ رَءُوفُۢ بِٱلۡعِبَادِ ٢٠٧
Artinya: “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridbaan Allah; dan Allah Mabapenyantun kepada bamba-bamba-Nya.” Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Shuhaib berangkat hijrah menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu diikuti oleh beberapa orang Quraisy, maka ia pun turun dari kendaraannya dan mengeluarkan apa yang berada di dalam tempat anak panahnya, kemudian berujar, “Hai orang-orang Quraisy, kalian tahu bahwa aku adalah orang yang pandai memanah di antara kalian, sedang kalian, demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku kecuali aku akan melemparkan semua anak panah yang ada di dalam tempatnya ini, dan membuang pedangku ini sehingga tiada yang tersisa sedikit pun padaku. Maka lakukan apa yang kalian kehendaki. Tetapi jika kalian mau, akan kutunjukkan kepada kalian harta dan simpananku di Makkah, tetapi kalian harus membebaskan jalanku.” Maka mereka pun menjawab, “Mau.” Dan ketika sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Beruntunglah Shuhaib.” Maka turunlah ayat ini.” (Diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah di dalam Musnadnya dan Ibnu Abi Hatim, yang bersumber dari Sa’id bin Al-Musayyab. Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim di dalam Kitab Al-Mustadrak, dari Ibnul Musayyab yang bersumber dari Shuhaib. Hadis ini maushul. Diriwayatkan pula oleh Al-Hakim yang bersumber dari Ikrimah. Hadis ini mursal. Diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Hammad bin Salamah, dari Tsabit, yang bersumber dari Anas. Dalam hadis ini lebih dijelaskan lagi ihwal turunnya ayat, dan dinyatakan bahwa hadis ini sahih menurut syarah Muslim. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah, dan dinyatakan bahwa turunnya ayat ini tentang Shuhaib, Abu Dzarr, dan Jundub bin As-Sakan, seorang keluarga Abu Dzarr)
Firman-Nya (ومن الناس من يشري نفسه ابتغاء مرضات الله) diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik, mereka membicarakan dan mencaci maki Khubaib dan para sahabatnya yang terbunuh dalam peristiwa Ar-Raji’ (nama kolam air milik Suku Hudzail di dekat Makkah). Kemudian Allah menurunkan ayat yang mencela orang-orang munafik dan memuji Khubaib dan para sahabatnya ini. Dalam ayat ini juga Allah Ta’ala memberitahukan tentang orang-orang munafik dengan sifat-sifat mereka yang sangat tercela, maka Dia juga menyebutkan sifat-sifat orang-orang mukmin yang sangat terpuji, melalui firman-Nya ini.
Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Said bin Al-Musayyab, Abu Utsman An-Nahdhi, Ikrimah, dan segolongan orang mengatakan, “Ayat itu turun berkenaan dengan Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi.” Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Utsman An-Nahdhi, dari Shuhaib, katanya, “Ketika aku bermaksud hijrah dari Makkah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, orang-orang Quraisy berkata kepadaku, ‘Hai Shuhaib, kamu datang kepada kami dengan tidak membawa harta kekayaan, dan sekarang kamu akan pergi dengan membawa harta kekayaanmu. Demi Allah Ta’ala hal itu tidak boleh terjadi sama sekali.’”
Tetapi kebanyakan ulama memahami bahwa ayat tersebut turun ditujukan bagi setiap orang yang berjuang di jalan Allah Ta’ala, sebagaimana Dia telah berfirman dalam At-Taubah ayat 111 yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
Dan ketika Hisyam bin Amir maju menyerang ke tengah-tengah barisan musuh, sebagian orang menentangnya, sedangkan Umar bin Al-Khaththab, Abu Hurairah, dan yang lainnya membantah tindakan mereka itu seraya membacakan ayat ini.
PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########