BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
 

مَثَلُهُمۡ كَمَثَلِ ٱلَّذِي ٱسۡتَوۡقَدَ نَارٗا فَلَمَّآ أَضَآءَتۡ مَا حَوۡلَهُۥ ذَهَبَ ٱللَّهُ بِنُورِهِمۡ وَتَرَكَهُمۡ فِي ظُلُمَٰتٖ لَّا يُبۡصِرُونَ ١٧  
Artinya: “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat. ”

Lafaz (matsalun) maknanya contoh perumpamaan, dapat juga dalam bentuk lain seperti (mitslun) atau (matsiilun) dan jamaknya adalah (amtsaalun). Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-‘Ankabuut ayat 43 yang artinya: “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia, dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” Makna dari perumpamaan tersebut adalah Allah Ta’ala menyerupakan tindakan mereka membeli kesesatan dengan petunjuk dan perubahan mereka dari melihat menjadi buta, dengan orang yang menyalakan api. Ketika api itu menerangi sekitarnya, dan ia dapat melihat apa yang berada di sebelah kanan dan kirinya, tiba-tiba api itu padam sehingga ia benar-benar berada dalam kegelapan, tidak dapat melihat dan tidak pula memperoleh petunjuk. Kondisi seperti itu ditambah lagi dengan keadaan dirinya yang tuli sehingga tidak dapat mendengar, bisu sehingga tidak dapat bicara, dan buta sehingga tidak dapat melihat. Oleh karena itu, ia tidak akan dapat kembali ke tempat semula.

Demikian pula keadaan orang-orang munafik yang menukar kesesatan dengan petunjuk dan mencintai kebatilan daripada kebenaran. Dalam perumpamaan ini terdapat bukti bahwa orang-orang munafik itu pertama kali beriman kemudian kafir. Sebagaimana telah diberitahukan Allah Ta’ala mengenai mereka pada ayat yang lainnya. Dalam hal ini, Ibnu Katsir mengatakan bahwa pada saat penyebutan perumpamaan berlangsung, terjadi perubahan ungkapan dari bentuk tunggal ke bentuk jama’.

Firman-Nya (dzahaba Allahu bi nuurihim) berarti Allah Ta’ala mengambil sesuatu yang sangat bermanfaat bagi mereka yaitu cahaya, serta membiarkan sesuatu yang membahayakan bagi mereka yaitu kebakaran dan asap.

Firman-Nya (wa tarakahum fi dzulumaati) berarti keberadaan mereka dalam keraguan, kekufuran dan kemunafikan.

Firman-Nya (laa yubshiruuna) berarti mereka tidak mendapat jalan menuju kebaikan serta tidak mengetahuinya.


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)