BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
Setelah Allah swt. menjelaskan bahwasanya tiada sembahan yang hak kecuali Dia dan bahwasanya Dia sendiri yang menciptakan, Dia pun menjelaskan bahwa Dia Mahapemberi rezeki bagi seluruh makhluk-Nya. Dalam hal pemberian nikmat, Dia menyebutkan bahwa Dia telah membolehkan manusia untuk memakan segala yang ada di muka bumi, yaitu makanan yang halal, baik, dan bermanfaat bagi dirinya serta tidak membahayakan bagi tubuh dan akal pikirannya. Dan Dia juga melarang mereka untuk mengikuti langkah dan jalari setan, dalam tindakan-tindakannya yang menyesatkan para pengikutnya, seperti mengharamkan bahirah, saibah, washilah, dan lain-lainnya yang ditanamkan syaitan kepada mereka pada masa Jahiliyah. Bahirah adalah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, tidak boleh ditungganggi dan tidak boleh diambil air susunya. Saibah adalah unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja disebabkan sesuatu nadzar. Washilah adalah seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina maka yang jantan disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Iyadh bin Hamad, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
Firman-Nya (ولا تتبعوا خطوات الشيطان), Qatadah dan As-Suddi mengatakan, “Setiap perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala termasuk langkah setan.” Sedangkan Ikrimah mengemukakan: “Yaitu bisikan-bisikan setan.” Dan Abu Majlaz mengatakan: “Yaitu nazar dalam kemaksiatan.” Asy-Sya’abi menuturkan: “Ada seseorang bernadzar akan berkorban dengan menyembelih anaknya, lalu Masruq memberinya fatwa agar menyembelih kambing, dan ia berpendapat bahwa yang demikian itu termasuk salah satu langkah setan.”
Firman-Nya (إنه لكم عدو مبين), hal itu agar manusia menjauhi dan waspada terhadapnya sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surah Faathir ayat 6 yang artinya: “Sesungguhnya setan-setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي
ٱلۡأَرۡضِ حَلَٰلٗا طَيِّبٗا وَلَا تَتَّبِعُواْ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ
لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٌ ١٦٨
Artinya: “Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagimu.” Setelah Allah swt. menjelaskan bahwasanya tiada sembahan yang hak kecuali Dia dan bahwasanya Dia sendiri yang menciptakan, Dia pun menjelaskan bahwa Dia Mahapemberi rezeki bagi seluruh makhluk-Nya. Dalam hal pemberian nikmat, Dia menyebutkan bahwa Dia telah membolehkan manusia untuk memakan segala yang ada di muka bumi, yaitu makanan yang halal, baik, dan bermanfaat bagi dirinya serta tidak membahayakan bagi tubuh dan akal pikirannya. Dan Dia juga melarang mereka untuk mengikuti langkah dan jalari setan, dalam tindakan-tindakannya yang menyesatkan para pengikutnya, seperti mengharamkan bahirah, saibah, washilah, dan lain-lainnya yang ditanamkan syaitan kepada mereka pada masa Jahiliyah. Bahirah adalah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, tidak boleh ditungganggi dan tidak boleh diambil air susunya. Saibah adalah unta betina yang dibiarkan pergi ke mana saja disebabkan sesuatu nadzar. Washilah adalah seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina maka yang jantan disebut washilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Iyadh bin Hamad, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: إِنَّ كُلَّ
مَا أمنحُه ِبَادِي فَهُوَ لَهُمْ حَلَالٌ" وَفِيهِ: "وَإِنِّي خَلَقْتُ
عِبَادِي حُنَفاء فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ،
وحَرَّمتْ عَلَيْهِمْ مَا أحللتُ لَهُمْ"
Artinya: “Allah Ta’ala berfirman, ‘Sesungguhnya setiap harta yang Aku anugerahkan kepada hamba-hamba-Ku adalah halal bagi mereka’. [Selanjutnya disebutkan] Dan Aku pun menciptakan hamba-hamba-Ku berada di jalan yang lurus, lalu datang syaitan kepada mereka dan menyesatkan mereka dari agama mereka serta mengharamkan atas mereka apa yang telah Aku halalkan bagi mereka”. (HR. Muslim: ) Firman-Nya (ولا تتبعوا خطوات الشيطان), Qatadah dan As-Suddi mengatakan, “Setiap perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala termasuk langkah setan.” Sedangkan Ikrimah mengemukakan: “Yaitu bisikan-bisikan setan.” Dan Abu Majlaz mengatakan: “Yaitu nazar dalam kemaksiatan.” Asy-Sya’abi menuturkan: “Ada seseorang bernadzar akan berkorban dengan menyembelih anaknya, lalu Masruq memberinya fatwa agar menyembelih kambing, dan ia berpendapat bahwa yang demikian itu termasuk salah satu langkah setan.”
Firman-Nya (إنه لكم عدو مبين), hal itu agar manusia menjauhi dan waspada terhadapnya sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surah Faathir ayat 6 yang artinya: “Sesungguhnya setan-setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuhmu, karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.”
PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########