BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto


Kursus Bimbingan Belajar Bahasa Arab Ilmu Nahwu, Sharaf, I'rab & TOAFL


NASAB/NISBAH (اسم النسب أوالنسبة)

(1) Pengertian Nasab; (2) Pembagian Penisbahan; Soal-Soal Latihan.


(1) Pengertian Nasab; (2) Pembagian Penisbahan; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Nasab; (2) Pembagian Penisbahan; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Nasab; (2) Pembagian Penisbahan; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Nasab; (2) Pembagian Penisbahan; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Nasab; (2) Pembagian Penisbahan; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Nasab; (2) Pembagian Penisbahan; Soal-Soal Latihan.


PEMBAHASAN ILMU SHARAF TERLENGKAP : klik disini


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab


The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)

BAB 24 : AN-NASAB/AN-NISBAH (اسم النسب أوالنسبة) I. PENGERTIAN NASAB (تعريف اسم النسب) Nasab adalah bagian dari pembahasan ilmu sharaf yang bertujuan menghindari pemborosan dalam menggunakan kata dengan hanya menambahkan huruf Ya’ Musyaddadah (ياء مشددة) pada akhir kata dan meng-kasrah-kan (baris bawah) huruf sebelumnya untuk menunjukkan penisbahan sesuatu kepada sesuatu yang lain, baik dari segi jenisnya. Semua Isim yang dinisbahkan kepada yang lain dinamakan Mansub (منسوباً), sebelum kata tersebut dihubungkan dengan Ya’ Musyaddadah dinamakan Mansub Ilaih (منسوباً إليه) dan huruf Ya’ Musyaddadah dinamakan Ya’ Nasab (ياء النسب). II. PEMBAGIAN PENISBAHAN (أنواع النسب) A. Menisbahkan kata yang diakhiri dengan Ta’ Ta’nits atau Ta’ Marbuthah, maka haruslah dihilangkan terlebih dahulu huruf Ta’ tersebut sebelum di-Nasab-kan, contohnya kata (مكة) menjadi (مكي) dan kata (قاهرة) menjadi (قاهري) dengan menghilangkan Ta’ Ta’nits-nya, tidak dibenarkan apabila Ta’ tersebut tidak dihilangkan. Contoh: (مكتي). B. Menisbahkan kata yang diakhiri oleh Ya’ Musyaddadah, haruslah memperhatikan jumalah huruf yang berada sebelum Ya’ Musyaddadah. 1. Jika Ya’ Musyaddadah berada setelah satu huruf maka harus mengembalikan huruf Ya’ yang pertama ke asalnya kemudian diberi baris fatha atau mengubah huruf Ya’ yang kedua menjadi huruf Wawu, contohnya kata (حيٌّ) = hidup, pada saat di-Nasab menjadi (حيويٌّ) huruf Ya’ pertama adalah huruf asli dan huruf Ya’ yang kedua diubah menjadi Wawu. Contoh lain kata (غيٌّ) = sesat, menjadi (غوويٌّ) huruf Ya’ pertama dikembalikan ke asal huruf kata tersebut yaitu Wawu (ghawwu) dan huruf Ya’ kedua diubah menjadi Wawu. 2. Jika Ya’ Musyaddadah berada setelah dua huruf, maka dihapus huruf Ya’ pertama dan Ya’ yang kedua diubah menjadi Wawu serta memberikan tanda fatha pada huruf sebelumnya, contohnya kata (عليٌّ) menjadi (علويٌّ) dan (نبيٌّ) menjadi (نبويٌّ). 3. Jika Ya’ Musyaddadah berada setelah tiga huruf atau lebih, maka huruf Ya’-nya dihapus dan digantikan kedudukannya oleh Ya’ Nasab, contohnya, kata (كرسيّ) menjadi (كرسيّ) dan (شافعيّ) menjadi (شافعيّ). C. Menisbahkan kata kepada kata yang Maqshur (المقصور), yaitu setiap kata yang diakhiri dengan huruf Alif, dan perubahan-perubahannya pun tergantung kepada jumlah hurufnya. 1. Apabila Alif maqshur-nya adalah huruf ketiga maka harus diubah menjadi Wawu, contohnya (عصا) = tongkat, menjadi (عصوىٌّ) dan (فتى) menjadi (فتوىٌّ). 2. Apabila Alifnya adalah huruf keempat dan huruf keduanya berbaris (berharakat) fathah, maka haruslah dihilangkan Alifnya, contoh (كندا) menjadi (كنديّ) dan (بنما) menjadi (بنميّ) namun jika huruf keduanya Sukun boleh menghapus Alifnya atau mengubahnya menjadi Wawu. 3. Apabila Alifnya huruf kelima atau lebih maka haruslah dihilangkan alifnya, contoh (فرنسا) menjadi (فرنسيّ) dan (أمريكا) menjadi (أمريكيّ). D. Menisbahkan kepada kata yang Mamdud (الممدود), yaitu kata-kata yang diakhiri dengan Alif dan Hamzah. 1. Apabila Hamzah atau Alifnya adalah huruf asli maka dapat di-Nasab-kan dengannya, contohnya (إنشاء) =pembangunan, menjadi (إنشائيّ) dan (ابتداء) = permulaan, menjadi (ابتدائيّ). 2. Apabila Alif dan Hamzahnya menunjukkan Ta’nits maka wajib mengubahnya menjadi Wawu, contohnya (صحراء) =padang pasir, menjadi (صحراويّ) dan (حمراء) =merah, menjadi (حمراويّ). 3. Apabila Hamzah atau Alifnya adalah perubahan dari Wawu atau Ya maka boleh di-Nasab-kan dengannya atau mengubahnya menjadi Wawu, contoh (سماء) menjadi (سمائيّ) atau (سماويّ) dan (دعاء) menjadi (دعائيّ) atau (دعاويّ). E. Menisbahkan kepada Isim Manqush (المنقوص), yaitu kata yang diakhiri dengan huruf Ya’ yang Lazim. 1. Apabila Ya’-nya huruf ketiga maka wajib mengubahnya menjadi Wawu dan memberikan baris fathah pada huruf sebelumnya, contohnya (الرضى) menjadi (الرضوى) dan (الشجي) menjadi (الشجوىّ). 2. Apabila Ya’-nya huruf keempat maka boleh menghapusnya atau mengubahnya menjadi Wawu dan memberi baris fathah pada huruf sebelumnya, contohnya (القاضي) = hakim, menjadi (القاضيّ) atau (القاضويّ) dan (النادي) = klub, menjadi (الناديّ) atau (النادويّ). 3. Apabila Ya’-nya huruf kelima atau lebih maka wajib menghapusnya, contohnya (المرتضي) menjadi (المرتضيّ) dan (المهتدي) menjadi (المهتديّ). F. Nasab kepada Isim Tsulasi (tiga huruf) dimana huruf keduanya berbaris atau berharakat kasrah, maka tanda dan harakat kasrah tersebut diubah menjadi fathah, contohnya (إبل) = unta, menjadi (إبَلي) dan (ملك) = raja, menjadi (ملَكي). G. Menisbahkan kepada Isim yang huruf sebelum huruf terakhirnya adalah Ya’ Musyaddadah yang berharakat kasrah, maka meringankan huruf Ya’ tersebut dan men-Sukun-nya, contohnya (سيد)=tuan, menjadi (سيْديّ) dan (طيب) menjadi (طيْبيّ) juga (ميت) menjadi (ميْتيّ). H. Menisbahkan kepada Isim Tsulatsi (tiga huruf) yang dihilangkan huruf ketiganya (Lam-nya) sehingga yang terlihat hanyalah dua huruf, maka pada saat menisbahkannya haruslah mengembalikan huruf ketiga yang dihilangkan dan memberikan harakat fathah pada huruf sebelumnya. Contoh: (أب) menjadi (أبوي) dan (أخ) menjadi (أخوي), ((سنة = tahun, menjadi (سنوي) karena asal dari kata-kata tersebut adalah (أخوٌ) (أبوٌ) (سنوٌ). I. Menisbahkan kepada Isim Tsulatsi dimana huruf pertamanya (ainnya) dihilangkan sehingga yang nampak hanyalah dua huruf kemudian menggantikan huruf awal yang hilang dengan Ta’ Ta’nits. 1. Apabila akhir huruf dari kata tersebut adalah huruf Shahih bukan huruf illat, maka wajib huruf tersebut tidak dikembalikan ke asalnya, contohnya (عدة) menjadi (عدِيّ) dan (صفة) menjadi (صفيّ), yang mana asal dari kata-kata tersebut adalah (وعد), dan (وصف). 2. Apabila huruf yang dihilangkan dan huruf terakhir kata adalah huruf illat maka wajib mengembalikannya ke asal dan memberi harakat fatha pada huruf kedua serta mengganti huruf Ya’ dengan Wawu, contohnya , (دية) menjadi (وِدَوِي) karena asalnya adalah (وَدْيٌ). J. Menisbahkan kepada Isim yang ber-Wazan (فَعِيلة) dan (فُعَيلة). 1. Jika pada wazan (فَعِيلة) ‘Ain-nya adalah huruf Shahih maka harus menghilangkan Ya’ (faíilah) dan Ta’ Ta’nits-nya dan mengubah harakat kasrah pada ‘Ain menjadi fathah, contohnya (قبيلة) menjadi (قَبَلي) dan (صحيفة) = Koran/wartawan, menjadi (صَحَفي). 2. Jika ‘Ain nya huruf Illat maka harus menghilangkan Ta’ Ta’nits-nya tanpa menghapus huruf Ya’-nya, contohnya, (طَوِيْلَةٌ) menjadi (طويلى) dan (جليلة) menjadi (جليلى). Apabila Ain pada Fuáilah adalah Shahih maka wajib menghilangkan Ta’ Ta’nits dan Ya’-nya, contohnya (جهينة) menjadi (جُهَني) dan (عبيدة) menjadi (عُبَدي). K. Menisbahkan kata kepada kata yang lain tanpa menggunakan Ya’ Musyaddadah (Ya Nasab), dimana sebagian orang Arab menggunakan bentuk-bentuk kata tertentu yang menunjukkan penisbahan tanpa menyebutkan Ya Nasab, yaitu: 1. Kata-kata yang ber-Wazan (فَعَّال). Contohnya (حدّاد) tukang besi, (نجّار) tukang kayu. 2. Kata-kata yang ber-Wazan (فاعل) dan (فَعِل) yang menunjukan kepemilikan terhadap sesuatu. Contohnya (طاعم) atau (طَعِم) orang yang mempunyai makanan, (تامر) atau (تَمِر) orang yang memiliki kurma. L. SHIGHAH NASAB YANG SAMA’I. shighah ini bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah disebutkan di atas, maka hukumnya sama’i/syadz. Contoh: (بِصْرِيٌّ) (دُهْرِيٌّ) (مَرُوْزِيٌّ) (رَازِيٌّ) (بَحْرَانِيٌّ) asalnya adalah (بَصْرَةٌ) (دَهْرٌ) (مَرْوٍ) (رِيٌّ) (بَحْرَيْنِ) yang semestinya (بَصْرِيٌّ) (دَهْرِيٌّ) (مَرْوِيٌّ) (رِيْوِيٌّ) (بَحْرِيٌّ).