Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
ISIM TAFDHIL (اسم التفضيل)
(1) Pengertian Isim Tafdhil; (2) Bentuk Isim Tafdhil; (3) Rukun-Rukun Tafdhil; (4) Cara Pembentukan Tafdhil dari Fi’il Tsulatsi; (5) Perbedaan Antara Isim Tafdhil; (6) Mufaddhal ‘Alaihi Berupa Istifham; Soal-Soal Latihan.
PEMBAHASAN ILMU SHARAF TERLENGKAP : klik disini
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########
BAB 21: ISIM TAFDHIL (اسم التفضيل) I. PENGERTIAN ISIM TAFDHIL Isim
Tafdhil, yaitu Isim yang terbentuk dari Fi’il Madhi Tsulatsi menjadi
wazan (أفعل) untuk menunjukkan arti lebih di antara dua perkara. II. BENTUK ISIM TAFDHIL A.
Untuk menunjukkan arti lebih di antara dua perkara yang bersekutu
dalam satu sifat, yang salah satunya dari keduanya melebihi yang lain
dalam sifat tersebut. Contoh: (زَيْدٌ أَعْلَمُ مِنْ خَالِدٍ) = Zaid
lebih alim dari pada Khalid. B.
Untuk menunjukkan bahwa suatu perkara di dalam sifatnya itu melebihi
perkara yang lain di dalam sifat yang lain pula. Contoh: (العَسَلُ
أَحْلَى مِنَ الخَلِّ) = Madu itu lebih manis dari pada cukak. C. Untuk digunakan maknanya Isim Fa’il tidak menunjukkan makna mengunggulkan. Contoh: (اللهُ أَكْبَرُ) II. RUKUN-USLUB TAFDHIL A. Orang/sesuatu yang dilebihkan = B. Sifat yang dipakai untuk melebihkan = التفضيل C. Orang/sesuatu yang kurang kelebihannya = III. CARA PEMBENTUKAN ISIM TAFDHIL DARI FI’IL TSULATSI A. Harus dibentuk dari Fi’il Madhi Tsulatsi B. Harus dibentuk dari Fi’il Mutasharrif, bukan Jamid C. Harus dibentuk dari Fi’il yang bisa melahirkan keragaman makna D. Harus dibentuk dari Fi’il Mabni Ma’lum bukan Majhul E. Harus dibentuk dari Fi’il Tam/Sempurna, tidak Naqish F.
Bukan dibentuk dari Fi’il yang Sifat dari Fi’il tersebut berwazan
(أفعل) yang bentuk Mu’annats-nya berwazan (فعلاء) seperti: (خضراء). IV. PERBEDAAN ANTARA ISIM TAFDHIL A. Ma’rifat dengan Alif Lam. Contoh: (التِلْمِيْذُ هُوَ الأَفْضَلُ) 1. Harus ada kesesuaian antara (المفضل) dan (اسم التفضيل) dari segi Mudzakkar, Mu’annats, Tatsniyah dan Jamak 2. (المفضل عليه) tidak disebutkan B. Ma’rifat dengan Idhafah 1. Idhafah kepada Isim Nakirah. Contoh: (هَذَا الكِتَابُ أَثْمَنُ كِتَابٍ) i. Bentuk Isim Tafdhil harus Mufrad, Mudzakkar dan Nakirah ii. (المفضل عليه) harus sesuai dengan (المفضل) dari segi jumlah dan jenis Mudzakkar dan Mu’annats-nya 2. Idhafah kepada Isim Ma’rifat. Contoh: (هُوَ أَفْضَلُ الطُلَّابِ) i. Bentuk Isim Tafdhil boleh Mufrad, Mudzakkar dan Nakirah ii. Bentuk Isim Tafdhil boleh sesuai dengan (المفضل عليه) dari segi Mufrad, Tatsniyah dan Jamak 3. Tidak Ma’rifat dengan Alif Lam dan Idhafah. Contoh: (مُحَمَّدٌ أَفْضَلُ مِنْ خَالِدٍ) i. Bentuk Isim Tafdhil harus Mufrad, Mudzakkar dan Nakirah ii. (المفضل عليه) harus Majrur dengan Huruf Jar Min (من) V. MUFADHAL ALAIH BERUPA ISTIFHAM Apabila
Mufadhal Alaihi berupa Istifham atau Isim yang di-idhafah-kan pada
Istifham, maka syaratnya wajib mendahulukan Mufadhal Alaihi dan Min dari
Af’al Tafdhil, hal ini karena Istifham itu haknya harus diletakkan pada
permulaan kalam. Contoh: (مِمَّنْ أَنْتَ خَيْرٌ) = Dari siapakah kamu
lebih baik?
0 Comments