BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto


Kursus Bimbingan Belajar Bahasa Arab Ilmu Nahwu, Sharaf, I'rab & TOAFL


IBDAL (الإبدال)

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.


(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Ibdal; (2) Huruf-Huruf Ibdal (Ha’, Dal, Hamzah, Ta’, Mim, Wawu, Tha’, Ya’ & Alif); (3) Kaidah-Kaidah Ibdal; Soal-Soal Latihan.


PEMBAHASAN ILMU SHARAF TERLENGKAP : klik disini


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab


The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)

BAB 26 : IBDAL (الإبدال) I. PENGERTIAN IBDAL (تعريف الإبدال) Ibdal adalah membuang atau melepas huruf dan meletakkan huruf lain pada tempatnya huruf yang dibuang. Ibdal itu menyerupai I’lal, di tinjau dari segi sama-sama melakukan perubahan, hanya saja I’lal khusus masuk pada huruf illat sedangkan Ibdal bisa masuk pada huruf Shahih dan juga huruf illat. II. HURUF-HURUF IBDAL (حروف الإبدال) Huruf Ibdal ada sembilan, yaitu: Ha’ (هـ), Dal (د), Hamzah (أ), Ta’ (ت), Mim (م), Wawu (و), Tha’ (ط), Ya’ (ي) dan Alif (ا). III. KAIDAH-KAIDAH IBDAL (قواعد الإبدال) . Wawu dan Ya’ diganti hamzah, apabila jatuh setelah alif zaidah. Begitu pula alif yang berada di akhir kata dan sesudah alif zaidah juga harus diganti hamzah. Lafaz (حَمْرَى) dengan menambahkan alif mad pada sebelum akhir (حَمْرَاى) seperti halnya penambahan Alif Mad pada lafaz (كِتَابٌ). Kemudian alif yang kedua diganti hamzah supaya memungkin seseorang untuk mengucapkan lafaz tersebut dikarenakan keduanya mati, maka menjadi (حَمْرَاءُ). Dan apabila Wawu atau Ya’ yang jatuh setelah alif zaidah tersebut diiringi atau disertai dengan Ha’ Ta’nits yang bertujuan untuk membedakan Mudzakkar dan Mu’annats, maka Wawu atau Ya’ tersebut juga diganti hamzah. Apabila Ha’ Ta’nis tersebut bukan untuk membedakan Mudzakkar dan Mu’annats, maka Wawu’ atau Ya’ terebut ditetapkan. Contoh: (هِدَايَةٌ عَدَاوَةٌ). B. Huruf Wawu dan Ya’ diganti hamzah ketika menjadi ‘Ain-nya Isim Fa’il dan di-I’lal pada Fi’il-nya. (قَالَ) dan (بَاعَ) asalnya adalah (قَوَلَ) dan (بَيَعَ), Wawu dan Ya’ tersebut berharakat dan huruf sebelumnya berharakat Fathah, maka Wawu atau Ya’ diganti alif. C. Huruf mad zaidah yang berada di Isim Shahih akhir dan sebagai huruf ketiga itu harus diganti hamzah apabila Isim tersebut mengikuti Wazan (مفَاعِلُ). Baik huruf mad tadi berupa alif, Wawu, atau Ya’. Adapun ketika mad zaidah yang berada di Isim Shahih akhir dan sebagai huruf ketiga itu ketika di Jamakkan mengikuti Wazan (مفَاعِلُ) menjadi Mu’tal Lam, maka Jamak-nya diikutkan Wazan (فَعَالَى). Lafaz (قَضَايَا) asalnya adalah (قَضَايِيُ), kemudian Ya’ yang pertama diganti hamzah karena ia bertempat setelah alif taksir (قَضَائِيُ), kemudian harakatnya hamzah diganti Fathah, karena untuk meringankan (قَضَائَيُ), dalam hal ini terdapat Ya’ yang berharakat dan jatuh setelah huruf yang berharakat Fathah, maka Ya’ diganti alif (قَضَاءَا), kemudian hamzah diganti Ya’ (قَضَايَا). D. Apabila alifnya Jamak yang mengikuti Wazan (مَفَاعِلُ) itu berada di antara dua huruf illat pada Isim Shahihul akhir, maka huruf illat yang kedua diganti hamzah. E. Apabila ada Wawu yang berharakat dhammah dan berada sesudah huruf yang Sukun atau sesudah huruf yang dibaca dhammah pula, maka Wawu boleh diganti hamzah dan boleh pula ditetapkan (tidak diganti hamzah). Tetapi yang diganti lebih baik dari pada yang tidak. F. Setiap kata yang di dalamnya terdapat berkumpulnya dua huruf Wawu yang di depan, maka Wawu yang pertama wajib diganti hamzah selama Wawu yang kedua tadi tidak gantian (berasal) dari alifnya (مُفَاعَلَةٌ). Adapun jika Wawu yang kedua tadi merupakan gantian (berasal) dari alifnya (مُفَاعَلَةٌ), maka Wawu yang pertama boleh ditetapkan dan boleh diganti hamzah. G. Apabila Fa’-nya Fi’il yang mengikuti Wazan (اِفْتَعَلَ) itu berupa Wawu atau Ya’, maka harus diganti Ta’ dan kemudian di Idgham-kan (masukkan) kedalam Ta’-nya. Yang demikian tadi dengan syarat bahwa Ya’ tersebut tidak berasal (gantian) dari hamzah. Kalau Ya’ berasal dari hamzah, maka tidak boleh diganti Ta’. Namun ada juga yang diganti Ta’, tetapi hukumnya sedikit. Yang termasuk ini adalah hadis Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam: (إِذَا كَانَ أَيْ الثَوْبُ قَصِيْرًا فَلْيَتَّزِرْ بِهِ) H. Apabila Fa’ Fi’il-nya Fi’il yang mengikuti Wazan (إفتَعَلَ) itu berupa Tsa’, maka Ta’-nya wajib diganti Tsa’ kemudian di-Idgham-kan. I. Dan apabila Fa’-nya berupa Dal, Dzal, atau Za’, maka huruf Ta’-nya wajib diganti dal. Dan apabila Fa’-nya berupa Shad, Dhad, Tha’, atau Zha’, maka Ta’-nya wajib diganti Tha’. Boleh juga di Idgham-kan setelah mengganti Dal dan Tha’, dengan huruf yang sejenis dengan huruf yang jatuh sebelumnya. Atau sebaliknya, yaitu dengan mengganti huruf Tsa’ dengan Ta’, Dzal dengan Dal, Zha’ dengan Tha’. J. Fi’il yang Fa’ Fi’il-nya berupa Tsa’, Dzal, Dal, Za’, Shad, Dhad, Tha’, atau Zha’ yang mengikuti Wazan (تَفَعْلَلَ) (تَفَعَّلَ) (تَفَاعَلَ) itu sekiranya huruf Ta’ pada Wazan itu kumpul dengan huruf-huruf tersebut diatas, maka boleh dilakukan penggantian huruf Ta’ dengan huruf yang sesuai (sejenis) dengan huruf sesudahnya, kemudian huruf pengganti Ta’ tadi di-Idgham-kan ke dalam huruf sesudahnya. Sesudah demikian maka sulit dibaca karena huruf pertamanya berupa huruf yang Sukun, maka wajib mendatangkan hamzah Washal. Ta’ disamakan dengan huruf sesudahnya dan di-Idgham-kan Menambahkan hamzah Washal Dan terkadang tidak berupa huruf-huruf yang telah disebutkan di atas. Contoh: (اِشَّاجَرَ) (اِسَّمَعَ). K. Apabila ada huruf Ta’, yang mati sebelum huruf dal, maka huruf Ta’ wajib diganti dal dan kemudian di-Idgham-kan ke dalam huruf dal sesudahnya. L. Apabila ada huruf Nun mati yang berada sebelum huruf Mim atau Ba’, maka huruf Nun itu harus diganti Mim. Penggantian hanya dalam pelafalan, tidak dalam penulisan. M. Huruf Wawu diganti Mim sesudah huruf Ha’ yang ada padanya dibuang. Dan pada saat lafal tersebut di-mudhaf-kan, maka huruf mim boleh dikembalikan berupa huruf aslinya yaitu Wawu, dan boleh huruf mim sebagai pengganti Wawu tadi ditetapkan. Mim dikembalikan berupa Wawu Mim sebagai pengganti Wawu ditetapkan N. Apabila ada dua hamzah berkumpul dalam satu kalimat, maka diperinci: 1. Hamzah yang pertama berharakat dan yang kedua Sukun. Wajib mengganti hamzah kedua dengan huruf ‘illat yang sesuai dengan harakatnya hamzah pertama. Harakat hamzah pertama: i. Fathah. Hamzah kedua diganti alif. ii. Kasrah. Hamzah kedua diganti Ya’. iii. Dhammah. Hamzah kedua diganti Wawu. 2. Hamzah yang kedua Sukun dan yang pertama berharakat. Dalam hal ini tidak biasa bertempat pada permulaan ( موضع الفاء) dikarenakan susahnya membaca huruf yang mati yang berada dipermulaan. Apabila terletak pada urutan kedua (موضع العين), maka hamzah yang pertama di-idgham-kan pada hamzah yang kedua. Sedangkan apabila terletak pada urutan ketiga (موضع اللام), maka hamzah kedua diganti Ya’, dikarenakan jatuh setelah hamzah yang Sukun. 3. Keduanya Berharakat. Apabila harakat hamzah kedua itu Fathah dan huruf sebelumnya berharakat Fathah atau dhammah, maka hamzah kedua diganti Wawu. Sedangkan apabila harakat sebelumnya kasrah, maka hamzah diganti Ya’. Apabila hamzah yang kedua berharakat dhammah dan dia bertempat pada akhir kalimat, maka hamzah yang kedua diganti Ya’, baik jatuh setelah fathah, dhammah atau kasrah. Sedangkan apabila tidak berada di akhir kalimat, maka hamzah yang kedua diganti Wawu, baik jatuh setelah fathah, kasrah atau dhammah. Apabila ada dua hamzah berkumpul pada satu kalimat, hamzah pertama berharakat Fathah serta menunjukkan mutakalim dan hamzah yang kedua berharakat dhammah, maka hamzah yang kedua boleh diganti Wawu dan boleh tidak. Apabila ada alif yang jatuh setelah kasrah atau jatuh setelah Ya’ Tashghir, maka alif tersebut diganti diganti Ya’. O. Apabila ada Wawu bertempat pada akhir kalimat serta dalam keadaan: 1. Jatuh setelah kasrah. 2. Jatuh setelah Ya’ Tashghir 3. Jatuh sebelum Ta’ Ta’nits 4. Jatuh sebelum dua huruf tambahan pada Wazan (فَعْلَانُ). Maka Wawu harus diganti Ya’. Jatuh setelah kasrah Jatuh setelah Ya’ Tashghir Jatuh sebelum Ta’ Ta’nist Jatuh sebelum dua huruf tambahan pada Wazan  alif dan nun P. Wawu jatuh setelah kasrah dan bertempat pada Mashdar dari Fi’il yang Mu’tal ‘Ain. Q. Wawu jatuh setelah kasrah serta dalam keadaan: 1. Menjadi ‘Ain Fi’il-nya Mashdar yang mengikuti Wazan (فِعَلٌ), maka harus di-Shahih-kan. 2. Menjadi ‘Ain Fi’il-nya jamak yang ketika Mufrad ‘Ain Fi’il tersebut di-I’lal atau berharakat Sukun, maka Wawu diganti Ya’. 3. Menjadi ‘Ain Fi’il-nya jamak yang mengikuti Wazan (فِعَلَةٌ), maka Wawu harus di-Shahih-kan. 4. Menjadi ‘Ain Fi’il-nya jamak yang mengikuti Wazan (فِعَلٌ), maka boleh diShahihkan dan boleh diganti Ya’, akan tetapi diganti Ya’ lebih baik. R. Wawu jatuh setelah harakat Fathah dan bertempat pada lam Fi’il serta bertempat pada urutan empat ke atas, maka Wawu diganti Ya’. S. Alif jatuh setelah harakat dhammah, maka harus diganti Wawu. T. Ya’ mati ketika Isim Mufrad dan jatuh setelah harakat Dhammah, maka Ya’ diganti Wawu. U. Kalimat yang ‘Ain Fi’il nya berupa huruf ‘illat ya (معتل يائي), ketika jama mengikuti Wazan (فُعْلٌ), maka dhammah yang sebelum Ya’ tersebut dibaca kasrah. V. Ya’ ketika dalam keadaan: (1) Menjadi lam Fi’il; (2) Jatuh sebelum Ta’ Ta’nis; (3) Jatuh sebulum tambahan alif dan nun serta huruf sebelum Ya’ berharakat dhammah. Maka Ya’ diganti Wawu. .Ya’ yang menjadi ‘Ain Fi’il-nya kalimat yang ikut Wazan (فُعْلَى) serta menunjukan sifat, maka boleh dua bentuk: 1. Ya’ boleh ditetapkan dengan mengganti harakat dhammah pada huruf sebelum Ya’ tersebut menjadi kasrah; 2. Ya’ diganti Wawu dengan menetapkan harakat dhammah pada huruf sebelum Ya’ tersebut.