Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
(1) Hamzah Washal; (2) Letak Hamzah Washal; (3) Cara Membaca Hamzah Washal; (4) Hamzah Qatha’; (5) Penulisan Hamzah Qatha’; Soal-Soal Latihan.
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
BAB 22 : HAMZAH QATHA’ DAN WASHAL (حمزة القطع والوصل) I. HAMZAH WASHAL (حمزة الوصل) Hamzah Washal adalah hamzah yang tetap bila berada di awal dan gugur bila berada di tengah. Maksudnya adalah hamzah Washal dibaca bila di awal bacaan dan tidak dibaca bila di tengah bacaan. Hamzah Washal selalu berada di awal kata dan bentuknya seperti alif. Hamzah Washal adalah Hamzah zaidah berfungsi sebagai perantara atau penyambung kepada pengucapan huruf mati atau sukun yang berada setelahnya. Hamzah Washal terdapat pada kalimah fi’il, kalimah isim maupun kalimah huruf. Hamzah Washal berupa Hamzah secara pengucapan dan berupa Alif secara tulisan. Diucapkan ketika menjadi permulaan saja. dan gugur ketika berada pada tengah-tengah penuturan kalimat, sekiranya didahului oleh satu huruf atau satu kalimah. Pada hamzah washal dalam Mushaf Utsmani tidak ditandai seperti hamzah qatha’, tetapi cukup dengan huruf alif saja. Yang perlu diingat adalah bahwa hamzah washal ini tidak seperti alif huruf mad, karena alif huruf mad selamanya mati sedangkan hamzah washal tetap hidup, walaupun ketika disambung tidak diucapkan. Hamzah Washal ini bertujuan untuk menghindarkan dimulainya pengucapan kalimah (kata) dengan harf sakin (huruf yang tidak berharakat, atau biasa disebut sebagian orang dengan huruf mati), karena semua kalimah didalam bahasa ‘Arab pengucapannya tidak bisa dimulai dengan harf sakin. Hamzah Washal ini dari sisi Nuthq (pembunyiannya) ada dua macam: Pertama, tertulis (dalam bentuk huruf alif) dan berbunyi à ini berlaku jika Hamzah Washal tidak didahului oleh kalimah lain. Contoh: (اِسْتَغْفَرَ – اِسْتَغْفِرْ – اِسْتِغْفَارٌ) dibaca: istaghfara – istaghfir – istighfaarun. Kedua, tertulis (dalam bentuk huruf alif) tapi tidak berbunyi à ini berlaku jika Hamzah Washal didahului oleh kalimah lain. Contoh: (وَاسْتَغْفَرَ – وَ اسْتَغْفِرْ – وَ اسْتِغْفَارٌ) jadi yang berbunyi di sini adalah harakat kalimah sebelum hamzah, yaitu kata : وَ (waw), Sehingga dibaca : wastaghfara – wastaghfir – wastighfaarun. II. LETAK HAMZAH WASHAL (موضع حمزة الوصل) A. Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Fi’il: 1. Hamzah pada Fi’il Amr dari Fi’il Tsulatsi. Contoh: (اكْتُبْ – افْتَحْ - اجْلِسْ). 2. Hamzah pada “Al” tambahan pada awal Isim. Contoh: (الرَّجُلُ - الضَّرْبُ - الْكِتَابُ). 3. Hamzah pada Fi’il Madhi dan Fi’il Amr serta Mashdar-nya: i. Khumasiy (lima huruf). Contoh: (انْطَلَقَ - انْطَلِقْ - انْطَلَاقًا). ii. Sudasiy (enam huruf). Contoh: (اسْتَخْرَجَ ، اسْتَخْرِجْ - اسْتِخْرَاجًا). B. Hamzah Washal yang terdapat pada kalimah Isim: 1. Terdapat pada kalimah Isim Mashdar dari Fi’il: i. Khumasiy (lima huruf). Contoh: (انْكِسَارَاً) (اجْتِمَاعَاً) (احْمِرَارَاً). ii. Sudasiy (enam huruf). Contoh: (اسْتِخْرَاجَاً) (اعْشِيْشَابَاً) (اجْلَوَّاذاً) (احْمِيرَارَاً) (احْرِنْجَامَاً) (اقْشِعْرَارَاً). 2. Isim Asyrah, yaitu: (اسْمٌ – ابْنٌ - ابْنَةٌ - اثْنَانِ - اثْنَتَانِ - امْرَأَةٌ - امْرُؤٌ - ابْنَانِ - امْرَأَتَانِ - امْرَئَانِ). III. CARA MEMBACA HAMZAH WASHAL (طريقة قراءة حمزة الوصل) . Apabila ada hamzah Washal berada di awal kalimat atau bacaan maka ada 3 cara baca: 1. Dhammah, yaitu hamzah Washal yang terdapat pada Fi’il dan huruf ketiga dari Fi’il tersebut berharakat dhammah. Contoh: (اُدْخُلُوْا – اُخْرُخْ - اُنْصُرْ). 2. Fathah, yaitu hamzah Washal pada Isim yang diawali Alif Lam Ta’rif. Contoh: (اَلْبَقَرَةُ – اَلنَّاسُ - اَلْعِلْمُ). 3. Kasrah i. Hamzah Washal yang terdapat pada Fi’il dan huruf ketiga dari Fi’il tersebut berharakat Fathah atau kasrah. Contoh: (اِضْرِبْ – اِفْتَحْ - اِجْتَمَعَ). ii. Hamzah Washal yang terdapat pada Isim-Isim Musytaq. Contoh: (اِسْتِغْفَارٌ – اِجْتِمَاعٌ - اِسْتِخْرَاجٌ). iii. Hamzah Washal yang terdapat pada Isim-Isim Jamid. Contoh: (ابْنٌ - ابْنَةٌ - اثْـــنَانِ - اثْـــنَـــتَانِ - امْـرَأةٌ - امْـرِئٌ - اسْــمٌ). B. Ditengah kalimat/bacaan 1. Apabila ada hamzah Washal berada tengah kalimat atau bacaan, maka cara bacanya seperti halnya alif namun tidak menjadikannya bacaan mad. Contoh: (وَامْـرَأتُهُ – مِنَ الْمَلَائِكَةِ – فَانْصُرْ). 2. Apabila hamzah Washal terletak setelah alif lam, maka hamzahnya tetap berharakat. Contoh: (اَلْاِسْمُ – اَلْاِسْتِغْفَارُ - اَلْاِجْتِمَاعُ). IV. HAMZAH QATHA’ (حمزة القطع) Hamzah Qatha’ adalah hamzah yang tetap dibaca ketika di awal, ditengah ataupun di akhir bacaan serta berada di awal, tengah dan akhir Isim. Hamzah Qatha’ berupa Hamzah yang selalu diucapkan dengan berharakat Fathah, dhammah atau kasrah. Tidak gugur pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau di tengah-tengah kalimat. Dan tidak gugur sekalipun berada diantara dua kalimah yang tersambung. tertulis di atas Alif bilamana berharakat Fathah atau dhammah, dan dibawah Alif bilamana berharakat kasrah. Bentuknya seperti bentuk kepala Ain (ء). Hamzah Qatha’ terdapat pada selain kategori kalimah-kalimah yang telah disebutkan diatas sebagai Hamzah Washal. baik pada kalimah Fi’il, Kalimah Isim dan Kalimah Huruf. Hamzah Qatha’ ini dari sisi Nuthq (pembunyiannya) yaitu dibunyikan sesuai dengan harakatnya, baik jika: Pertama, Hamzah Qatha’ tidak didahului oleh kalimah lain. Contoh: (إِخْرَاجُ الزَّكَاةِ وَاجِبٌ) dibaca : ikhraajuz zakaati waajibun. . Kedua, Hamzah Qatha’ didahului oleh kalimah lain. Contoh: (وَ إِخْرَاجُ الزَّكَاةِ وَاجِبٌ) dibaca : wa ikhraajuz zakaati waajibun (tidak boleh dibaca: wakhraahuz zakaati waajibun). A. Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Fi’il: 1. Terdapat pada Fi’il Madhi Tsulatsi Bina’ Mahmuz. Contoh: (أَكَلَ - أَخَذَ - أَمَرَ). 2. Terdapat pada Fi’il Madhi Rubai’i. Contoh: (أَحْسَنَ – أَكْرَمَ). 3. Terdapat pada Fi’il Mudhari’ yang diawali Hamzah Mudhara’ah (tanda mutakallim/orang pertama tunggal). Contoh: (أَفْتَحُ – أُكْرِمُ – أَتَعَلَّمُ – أَسْتَخْرِجُ). 4. Terdapat pada Fi’il Amr 4 huruf yang ber-Wazan (أَفْعَلَ). Contoh: (أَكْرِمْ). B. Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Isim. Semua kalimah Isim yang berawalah Hamzah, tentunya Hamzah Qatha’, selain pada “Isim yang sepuluh” dan “Isim Mashdar dari kalimah Fi’il Khumasi dan Sudasi”. Contoh: (أَخٌ - أُخْتٌ - أَمِيْرٌ). C. Hamzah Qatha’ yang terdapat pada kalimah Huruf. Semua Kalimah Huruf yang berawalah Hamzah tentunya Hamzah Qatha’, kecuali huruf “AL” pe-ma’rifah. Contoh: (أَوْ - أَنْ - إِنْ – إِلَى). V. PENULISAN HAMZAH QATHA’ (كتابة حمرة القطع) A. Hamzah di awal kata ditulis dalam bentuk alif. Contoh: (أَنْعَمْتَ – اَلْاَنْهَارُ - اِبْنٌ). B. Hamzah di tengah kata ditulis menyesuaikan dengan harakat pada hamzah dan huruf sebelumnya. Urutan harakat terkuat antara hamzah dan huruf sebelumnya adalah kasrah, dhammah, Fathah dan Sukun. Ditulis dalam bentuk alif apabila mengacu pada harakat Fathah; ditulis dalam bentuk Ya’ apabila mengacu pada harakat kasrah; ditulis dalam bentuk Wawu apabila mengacu pada harakat dhammah. Contoh penulisan hamzah di tengah: (سَأَلَ – سُئِلَ - سُؤَالٌ). C. Adapula hamzah yang ditulis Mufradah atau seperti kepala ‘Ain apabila berada diakhir kata dan sebelumnya adalah huruf Sukun. Contoh: (مِلْءٌ – مَاءٌ – سُوْءٌ – شَيْءٌ). D. Ketika hamzah ber-Tanwin Fathah dibubuhi alif apabila huruf sebelum hamzah bisa disambungkan dan tidak ada alif apabila huruf sebelumnya tidak bisa disambung. Contoh: (شَيْئًا - مَاءً).
0 Comments