Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
ISIM MAUSHUL (اِسْمُ المَوْصُوْلِ)
(1) Pengertian Isim
Maushul; (2) Pembagiannya (Isim Maushul Ismi, Harfi & Lainnya); (3) Hukum
Shilah & ‘Aid-nya Isim Maushul (Jika Isim Maushul-nya Mufrad, Maka ‘Aid-nya
Mufrad, Shilah Isim Maushul, Shilah Isim Maushul Alif Lam & Tetap atau
Dibuangnya Shadar Shilah/’Aid Majrur); Soal-Soal Latihan.
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
PEMBAHASAN ILMU NAHWU TERLENGKAP (klik disini)
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########
BAB 9 : ISIM MAUSHUL (اِسْمُ المَوْصُوْلِ) I. PENGERTIAN ISIM MAUSHUL (تعريف اسم الموصول) Isim Maushul/kata sambung adalah kata untuk menghubungkan beberapa kalimah atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa masing-masing isim ma’rifat tersebut akan menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang disebut shilah (الصلة). Shilah (anak kalimat) tersebut harus mempunyai dhamir yang berpulang kepada isim maushul, yang disebut a’id (العائد). Dalam bahasa Indonesia, biasanya kata sambung ini diterjemah menjadi kata "yang". II. PEMBAGIAN ISIM MAUSHUL (أقسام اسم الموصول) A. ISIM MAUSHUL ISMI (اسم الموصول الاسمي) adalah isim maushũl yang selamanya perlu kepada Shilah dan A’id. Perlu diperhatikan bahwa isim maushul (الَّذِينَ, اللَاتِي dan اللَائِي) digunakan untuk semua jamak berakal. Untuk jamak tidak berakal menggunakan isim maushul (الَّتِي dan مَا). 1. Kata (اَلَّذِي) untuk mufrad mudzakkar. Contoh: (حَضَرَ الَّذِي نَجَحَ). Lafaz (الذي) jika dijamakkan memiliki dua lafaz. Yaitu: (الألى) atau (الألاء) dan (الذين). 2. Kata (الَّتِي) untuk mufrad mu’annats. Contoh: (كُوفِئَتِ الطَّالِبَةُ الَّتِي تَفَوَّقَتْ). Lafaz (التي) jika dijamakkan memiliki dua lafaz. Yaitu: (اللات), (اللاء), (الأولى), (اللوات), (اللواتي), (اللواء) dan (اللاءات) 3. Kata (اللَذَانِ - اللذَيْنِ) untuk mutsanna mudzakkar. Contoh: (سَافَرَ اللَذَانِ أَقَامَا فِي الفُنْدُقِ). 4. Kata (اللَتَانِ - اللتَيْنِ) untuk mutsanna mu’annast. Contoh: (اللَتَانِ وَاظَبَتَا عَلَى الحُضُورِ نَجَحَتَا) 5. Kata (الَّذِينَ) untuk jamak laki-laki berakal. Contoh: (لَا أُحِبُّ الَّذِينَ يَتَبَاوَهُونَ بِأَعْمَالِهِمْ) 6. Kata (اللَاتِي) (اللواتي) dan (اللَائِي) untuk jamak perempuan berakal. Contoh: (أَحْسَنَتِ السَّيِدَاتُ اللَاتِي تَكَلَّمْنَ) 7. Kata (الأُلَى) untuk jamak mudzakkar dan mu’annats, berakal maupun tidak. Contoh: (سَعَدَنِي الطُّلَّابُ الأُلَى نَجَحُوْا فِي الِامْتِحَانِ) 8. Kata (مَنْ) untuk yang berakal, laki-laki atau perempuan, mufrad, mutsanna atau jamak. Contoh: (جَاءَ مَنْ قَامَ) (جَاءَتْ مَنْ قَامَتْ) (جَاءَ مَنْ قَامَا) (جَاءَتْ مَنْ قَامَتَا) (جَاءَ مَنْ قَامُوا) (جَاءَتْ مَنْ قُمْنَ) 9. Kata (مَا) untuk yang tidak berakal, laki-laki atau perempuan, mufrad, mutsanna atau jamak. Contoh: (أَعْجَبَنِي مَا كَتَبْتَ مِنْ قِصَّةٍ) (مَا كَتَبْتَ مِنْ قِصَّتَينِ) (مَا كَتَبْتَ مِنْ قَصَصٍ) B. ISIM MAUSHUL HARFI (اسم الموصول الحرفي) adalah semua huruf yang dengan shilah-nya di-takwil dengan masdar. Isim maushul harfi ada 5 macam: 1. Huruf (أنْ) dengan dibaca fathah, ini dapat masuk pada fi’il madhi, fi’il mudlori’, fi’il amr. Contoh: Fi’il Madhi (عجِبْتُ مِنْ اَنْ قَامَ زَيْدٌ), Fi’il Mudhari’ (عجِبْتُ مِنْ اَنْ يَقُوْمَ زَيْدٌ) dan Fi’il Amr (اَشَرْتُ الَيْهِ بِاَنْ قُمْ) 2. Huruf (أَنَّ). Contoh: (أَوَلَمْ يَكْفِهِمْ أَنَّا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ) 3. Huruf (كَيْ). Contoh: (جِئْتُ لِكَىْ تُكْرِماَ زَيْداً) 4. Huruf (مَا) ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada pula yang Masdariyah Ghairu Dharfiyyah. Contoh: Masdariyah Dharfiyyah (لَااَصْحَبُكَ ماَ دُمْتَ مُنْطَلِقاً) dan Masdariyah Ghairu Dharfiyyah (عجِبْتُ مِماَ ضَرَبْتَ زَيْداً) 5. Huruf (لَوْ) dapat masuk pada fi’il madhi dan pun fi’il mudhari’. Contoh: Fi’il Madhi (وَدِدْتُ لَوْ قاَمَ زَيْدٌ) dan Fi’il Mudhari’ (وَدِدْتُ لَوْ يَقُوْمُ زَيْدٌ) C. ISIM MAUSHUL LAINNYA 1. Huruf Alif Lam (أل) dapat digunakan untuk Mufrad, Tatsniyah, Jamak Mudzakkar dan Mu’annats, serta berlaku untuk perkara yang berakal dan tidak berakal. Contoh: (جَاءَنَي القَائِمُ وَالمَرْكُوْبُ) 2. Lafaz (ذو) digunakan untuk perkara yang berakal dan tidak berakal. Hukumnya mabni dalam menunjukkan Mufrad, Tatsniyah, Jamak Mudzakkar dan Mu’annats. Contoh: (جَاءَنِي ذُوْ قَامَ) 3. Lafaz (ذَا) statusnya sama dengan isim Mausũl (مَا) (dipakai mufrad, mutsanna, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan kriteria: pertama, (ذَا) jatuh setelah (ما) istifham atau (مَنْ) istifham; kedua (ذَا) tidak diurungkan di dalam kalam (maksudnya (ذَا) dan (مَا) atau (مَنْ) tersebut, tidak dijadikan satu kata istifham (kata tanya). Contoh: (مَنْ ذَا جَاءَكَ - مَاذَا عِنْدَكَ) 4. Lafaz (أَيٌّ) Isim Mausul (أَيٌّ) dihukumi laksana Isim Maushũl (مَا) (bisa guna mudzakkar, mu’annats, mufrad, mutsanna pun Jamak) selagi tidak mudhaf dan Shadar Shilah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan Shilah) ialah berupa dhamir yang terbuang. Contoh: (يُعْجِبُنِي اَيٌ قَائِمٌ) (يُعْجِبُنِي اَيٌهُمْ هُوَ قَائِمٌ) (يُعْجِبُنِي اَيٌ هُوَ قَائِمٌ). Hukumnya Mabni Dhammah ketika di-idhafah-kan dan awal Shilah-nya dibuang. Contoh: (مَرَرْتُ بَأَيِّهُمْ قَائِمٌ). Hukumnya Mu’rab selama tidak di-idhafah-kan bersama awal Shilah-nya yang dibuang. Hal ini mencakup tiga hal, yaitu: i. Lafaz (أي) di-idhafah-kan bersama awal Shilah-nya disebutkan. Contoh: (مَرَرْتُ بِأَيُّهُمْ هُوَ قَائِمٌ) ii. Lafaz (أي) tidak di-idhafah-kan dan awal Shilah-nya dibuang. Contoh: (مَرَرْتُ بِأَيِّ قَائِمٍ) iii. Lafaz (أي) tidak di-idhafah-kan dan awal Shilah-nya disebutkan. Contoh: (مَرَرْتُ بِأَيِّ هُوَ قَائِمٌ) 5. Lafaz (ذَاتُ) dijamakkan menjadi (ذَوَاتُ) bermakna (التي) untuk Mu’annats Mufrad. Hukumnya Mabhni Dhammah. Contoh: (جَاءَتْ ذَاتُ قَامَتْ). III. HUKUM SHILAH & ‘AID-NYA ISIM MAUSHUL (أحكام الصلة والعائد لاسم الموصول) A. Jika Isim Maushul-nya Mufrad, maka ‘Aid-nya Mufrad. Begitu juga jika Tatsniyah atau Jamak. Contoh: (جَاءَنِي الَّذِي ضَرَبْتُهُ) (جَاءَنِي اللَّذَانِ ضَرَبْتُهُمَا) (جَاءَنِي الَّذِيْنَ ضَرَبْتُهُمْ) B. Shilah Isim Maushul. Setiap Isim-Isim Mausũl diharuskan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya, yang mencakupi atas dhamir yang cocok (ada dhamir atau ’Aid yang kembali pada Isim Mausũl). Contoh: (جَاءَ نِيْ الَذِّي ضَرَبْتُهُ - والَذِّانِ ضَرَبْتُهُمَا- الَذِّيْنَ ضَرَبْتُهُمْ). Bentuknya terkadang berupa jumlah ismiyyah, fi’liyyah atau syibhul jumlah. 1. Jumlah ismiyyah, contohnya: (شَارَكَ فِي مُسَابَقَةِ قِرَاءَةِ الكُتُبَ الَّذِيْنَ هُمْ مَاهِرُوْنَ) 2. Jumlah Fi’liyyah, contohnya: (رَأَيْتُ الَّذِيْنَ شَارَكُوْا فِي مُسَابَقَةِ قِرَاءَةِ الكُتُبِ جَالِسِيْنَ أَمَامَ المَسْجِدِ) 3. Syibhul Jumlah (Jar wa Majrur & Zharaf), contohnya: (شَرِبْتُ العَصِيْرَ الَّذِي عَلَى المَكْتَبِ) (اُنْظُرْ إِلَى اللَوحَةِ الَّتِي أَمَامَكَ) C. Shilah Isim Maushul Alif Lam (ال). 1. Isim Fa’il. Contoh: (جَاءَ الضَارِبُ) 2. Isim Maf’ul. Contoh: (المَضْرُوْبُ) 3. Amtsilatul-Mubalaghah. Contoh: (الضَرَّابُ) 4. Isim Sifat Mubalaghah. Contoh: (الحَسَنُ) D. Tetap atau dibuangnya Shadar Shilah/’Aid Majrur 1. Shilah maushul berupa jumlah fi’liyyah atau ismiyyah disyaratkan harus mengandung dhamir yang mengikat jumlah tersebut dengan isim maushul dan harus sesuai dalam hal jenis dan bilangannya. Dhamir ini dinamakan (al-‘aid ). Contoh: (أَحْسَنَتِ السَّيِدَاتُ اللَاتِي تَكَلَّمْنَ). 2. Boleh menghapus ‘Aid apabila bisa dipahami dari konteks kalimatnya. Contoh: (جَاءَ الَّذِينَ كَافَأْتُ) (yaitu الَّذِينَ كَافَأْتُهُمْ ). i. Apabila ‘aid berupa dhamir muttashil pada posisi nashab, dengan Fi’il Tam (هَذَا الَّذِي بَعَثَ اللهُ رَسُوْلًا) atau Isim Sifat (مَااللهُ مَوْلِيْكَ فَضْلٌ فَأَحْمَدَتْهُ بِهِ # فَمَا لَدَى غَيْرِهِ نَفْعٌ وَلَا ضَرَرٌ). ii. Pada ‘Aid yang dibaca Jar dengan Isim Sifat yang Ber-Amal. Contoh: (فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ) taqdir-nya (قَاضِيْهِ) iii. Pada ‘Aid yang dibaca Jar dengan huruf sesamanya, makna dan muta’allaq-nya. Contoh: (مَرَّ بِالَّذِي مَرَرْتُ فَهُوَ بَرٌّ) asalnya (مَرَرْتُ) 3. Pada shilah maushul berupa zharaf atau jar wa majrur disiratkan fi’il yang dihapus secara wajib, tersiratnya ( اِسْتَقَرَّ), contoh: (قَطَعْتُ الأَزْهَارَ الَّتِي فِي الحَدِيقَةِ) tersiratnya (قَطَعْتُ الأَزْهَارَ الَّتِي اسْتَقَرَّتْ فِي الحَدِيقَةِ) Sebagaimana juga penghapusan ‘Aid yang di-jar-kan/di-khafd-kan oleh kata sifat. Contoh: (فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ). Dan demikian pula sering melemparkan ‘aid pada shilah maushul yaitu ‘Aid yang di-jar-kan oleh huruf yang mengerjakan isim maushul-nya dengan a’mil yang seragam. Contoh: (مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ) keterangannya adalah (مُـــرَّ بِــالَّذِي مَرَرْتُ بِهِ)
0 Comments