BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto


Kursus Bimbingan Belajar Bahasa Arab Ilmu Nahwu, Sharaf, I'rab & TOAFL

ISIM ALAM (اِسْمُ العَلَمِ)

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Isim Alam; (2) Pembagiannya Berdasarkan Bentuknya (‘Alam Isim, Kunyah & Laqab); (3) Pembagiannya Berdasarkan Lafaznya (Isim Alam Mufrad & Murakkab); (4) Pembagiannya Berdasarkan Penggunaannya (Murtajil & Manqul); (5) Pembagiannya Berdasarkan Siapa yang Ditunjuk (Isim Alam Syakhsyi & Jinsi); (6) Isim Alam Ghalabah; (7) Isim Alam yang Ghairu Munawwan/Tidak Menerima Tanwin; (8) Ketentuan Lainnya (Perbedaan Isim Jinis, Alam Jinis dan Isim Nakirah & Berkumpulnya ‘Alam Isim, Laqab dan Kunyah); Soal-Soal Latihan.


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
 
PEMBAHASAN ILMU NAHWU TERLENGKAP (klik disini)


The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)

BAB 7 : ISIM ALAM (اِسْمُ العَلَمِ) I. PENGERTIAN ISIM ALAM (تعريف اِسْمُ العَلَمِ) Isim ‘Alam adalah kata yang menunjukkan nama orang, kota, pulau, negara dan lain sebagainya. Isim yang berbentuk ma’rifah tidak perlu menambah alif lam pada awal kata atau diubah. Karena kata-kata atau nama-nama pada isim ‘alam adalah bentuk ma’rifah. Sedangkan isim ma'rifah tidak perlu alif lam. Dan sudah bisa menentukan pada perkara yang dinamainya secara mutlak, tanpa membutuhkan qarinah. Ini artinya, begitu diucapkan, langsung bisa menunjukkan sesuatu yang dimaksud dari lafaz tersebut. Hal ini berbeda dengan isim-isim ma’rifah lainnya, musamma-nya bisa ditentukan tetapi melalui qarinah, adakalanya berupa qarinah maknawiyah (takallum, khitab, ghaibah dalam isim dhamir, munada) atau lafziyyah (shilah dalam isim maushul, alif lam yang masuk kepada lafaz tertentu tersebut), atau hissiyyah (sesuatu yang tampak dengan isyarah melalui sesama jari, misalnya). II. PEMBAGIAN ISIM ALAM BERDASARKAN BENTUKNYA (أقسامه باعتبار الوضع) A. ‘Alam Isim (علم اسم) yaitu nama sebenarnya. Maksudnya adalah nama atau kata yang berdiri sendiri. Dengan satu kata tersebut kita sudah mengerti apa arti dari kata itu. Contoh: (زَيْدٌ - حَسَن - مُحَمَّدٌ - هِنْدٌ - زَيْنَب) B. ‘Alam Kunyah (علم كنية) adalah nama yang diawali dengan kata (أُبٌ) dan (أُمٌّ) atau (إِبْنٌ) dan (بِنْتٌ). Kemudian masing-masing nama itu di-idhaf-kan (disandarkan) ke kata/kalimat lain. Tapi untuk kalimat أُبٌ ketika di-idhaf-kan ke kata/kalimat lain harus ditambah waw, alif atau ya’. Contoh: (أَبُوْ القَاسِمِ - أَبُوْ هُرَيْرَةَ) (أُمُّ السَلَمَةَ - أُمُّ اْلمُؤْمِنِيْنَ) (اِبْنُ عُمَرَ - اِبْنُ مَرْيَمَ) (بِنْتُ عُثْمَانَ - بِنْتُ اَبِى بَكْرٍ) C. ‘Alam Laqab (علم لقب) adalah nama julukan, baik julukan itu berupa pujian ataupun berupa celaan. Contoh: (اَلصِّدِّيْقُ - orang yang sangat jujur, julukan untuk Khalifah atau Abu Bakr) (اَلْفَارُوْقُ - orang yang memiliki sikap tegas dalam membedakan antara yang benar dan yang batil, julukan untuk Khalifah ‘Umar ibn al-Khattab) (ذُوْ النُّوَرَيْنِ - orang yang mempunyai/meraih dua cahaya julukan untuk Khalifah Usman ibn’Affan) (سَيْفُ اللهِ - pedang Allah julukan untuk Khalifah ‘Ali ibn Abi Thalib) (اَلْكَذَّابُ - pendusta besar, julukan untuk Musailamah) III. PEMBAGIAN ISIM ALAM BERDASARKAN LAFAZNYA (أقسامه باعتبار اللفظ) A. Isim Alam Mufrad (اسم علم مفرد), yaitu dibentuk dari kata tunggal. Contoh: (زَيْدٌ - حَسَن - مُحَمَّدٌ - هِنْدٌ - زَيْنَب - خَدِيْجَة - إنْدُونِيْسَا - جَاكَرْتَا - غُوْرُنْتاَلُوْ) B. Isim Alam Murakkab (اسم علم مركب), yaitu yang dibentuk dari dua susunan kata. Isim Alam Murakkab dibagi menjadi 3, yaitu: 1. Murakkab Tarkib Idhafah (مركب تركيبًا إضافيًا), yaitu dengan susunan idhafah (dua kata atau lebih yang bermakna satu. Contoh: ( عَبْدُ اللهِ - كَفْرُ الزِيَاتِ - اِمْرُؤُ القَيْسِ - ذُوْ النُوْنِ ) 2. Murakkab Tarkib Mazji (مركب تركيبًا مزجيًا), yaitu susunan kata majemuk. Contoh: (حَضَرَالمَوْتِ - بُوْر سَعِد - نِيُوْيورك - بَعْلَبَكُّ - معديكرب - سيبويه - خمارويه ) 3. Murakkab Isnadi (مركب تركيبًا إسناديًا), yaitu susunannya terdiri atas kalimat ismiyyah atau kalimat fi’liyyah. Contoh: (جَادُ الحَقِّ - تَأَبَّطَ شَراًّ - محمد الطاهر الفرقاني - الدار البيضاء ) IV. PEMBAGIAN ISIM ALAM BERDASARKAN PENGGUNAANNYA (أقسامه باعتبار الأصالة في الاستعمال) A. Murtajil (اسم علم مرتجل), yaitu isim alam (baik itu nama orang atau nama tempat) yang hanya untuk ’alamiyah artinya tidak akan digunakan untuk makna di-isim lainnya seperti isim washfi/na’at dan isim mashdar. Contoh: (سُعَاد - يُوْسُف - زُيْنَب - دِمَشْقَ - بَغْدَاد - مُعَاوِيَة) B. Manqul (اسم العلم المنقول), yaitu isim ’alam (baik itu nama orang atau nama tempat) yang bisa digunakan untuk makna di-isim lainnya. 1. Dengan isim washfi/na’at (kata sifat). Contoh: (مَحْمُوْدٌ - شَرِيْفٌ - المَنْصُوْرَةُ - القَاهِرَةُ - شَادِيَةٌ) 2. Dengan isim masdar (kata sandaran). Contoh: (تَوْفِيْقٌ - إِخْلَاصٌ - أَكْرَمٌ - هُدًى - اِعْتِدَالٌ) V. PEMBAGIAN ISIM ALAM BERDASARKAN SIAPA YANG DITUNJUK (أقسامه باعتبار تشخيص المعنى) A. Isim Alam Syakhshi (اسم العلم الشخصي) adalah lafal yang ada pada asal terbentunya dipakai untuk menunjukan sesuatu yang tertentu dan tidak seluruhnya meliputi seluruh jenisnya, walaupun kadang-kadang alam syakhshy ini dimiliki lebih dari satu orang (beberapa orang mempunyai nama sama). Contohnya: (أبى خعد - anjing hutan/serigala) (كسرى - Raja Persia) (قصر - Raja Romawi) (خاقان - Raja Turki) (تبع - Raja Yaman) (النجا شى - Raja Habsyi) (فرعون - Raja Qibthi) (العز يز - Raja Mesir) B. Isim Alam Jinsi (اسم علم الجنس) adalah isim ‘alam yang dibuat untuk sesuatu yang tertentu di dalam hati. Isim Alam Jinsi dapat berupa: 1. Nama sesuatu yang bukan kunyah dan bukan qalab. Contoh: (ثُعَالَةٌ - Musang) 2. Nama kunyah yang didahului dengan (أَبٌ) dan (أُمٌّ). Contoh: (أمُّ عِريَطٍ - Kalajengking) (أبو الحارث - Harimau) (أبو الحصبين - Musang) 3. Nama laqab yang mengandung arti pujian atau cacian. Contoh: (الاحصل - Kucing) (ذي الناب - Anjing) 4. Alam jinis tidak hanya menunjukan jenisnya, benda secara konkrit saja melainkan ada pula yang menunjukkan sesuatu yang sifatnya maknawi (abstrak). Contoh: (برة - mempunyai arti kebaikan) (كيسان - mempunyai arti khianat) (أم فتثعم - mempunyai arti mati) (أم الصبو - mempunyai arti kejadian yang besar) (حماد - mempunyai arti pujian) (يسار - mempunyai arti kemudahan). Hukum isim alam jinis: 1. Tidak boleh di-idhafah-kan. Maka tidak boleh diucapkan (أسامة زيد). 2. Tidak boleh kemasukan alif lam. Maka tidak boleh diucapkan (هذا الأسامة). 3. Tidak boleh disifati dengan isim nakirah. Maka tidak boleh diucapkan (هذا أسامة مفترس). 4. Boleh dijadikan mubtada’. Contoh: (أسامة حيوان مفترس) 5. Isim Nakirah setelahnya dibaca nashab menjadi haal. Contoh: (هذا أسامة مُقْبِلًا). 6. Tercegah dari tanwin (ghairu munsharif) jika bersamaan sebab yang lain selainnya, alamiyah seperti Ta’nits. Contoh lafaz: (أُسَامَة). VI. ISIM ALAM GHALABAH (اسم علم غلبة) Adalah isim alam yang dibentuk dari lafal yang memang sering dan lazim dipakai sebagai alam. Dan perlu diketahui bahwa Alam Ghalabah ini dibentuk atas dasar asal pembentukannya bukanlah alam, akan tetapi suatu lafal yang lazim digunakan untuk alam. Alam Ghalabah ini sering dibentuk dari: A. Tarkib idlafi yang mudlaf ilailah-nya berupa isim ma’rifat. Contoh: (اِبْنُ مَالِكٍ - اِبْنُ عُمَرَ - اِبْنُ عَبَّاس) B. Isim yang diberi ال ‘ahdiyah (menjadikan hati menjadi mengerti dan paham terhadap maksud dari isim tersebut). Contoh: (المَدِيْنَةُ - Madinah Nabawiyah) (العَقَبَةُ - Pelabuhan di pantai Laut Merah) (الأَلْفِيَّةُ - Bait Nahwu yang dikarang oleh Ibnu Malik) VII. ISIM ALAM YANG GHAIRU MUNAWWAN/TIDAK MENERIMA TANWIN (الاسم العلم غير المنون) A. Semua Isim 'Alam yang diakhiri dengan Ta Marbuthah (meskipun ia adalah Mudzakkar). Contoh: (حَمْزَةُ فَاطِمَةُ - آمِنَةُ - مَكَّةُ - مُعَاوِيَةُ -) B. Semua Isim 'Alam Mu’annats (meskipun tidak diakhiri dengan Ta Marbuthah). Contoh: (بَغْدَادُ - دِمَشْقُ خَدِيْجَةُ - سَوْدَةُ - زَيْنَبُ -) C. Isim 'Alam yang merupakan kata serapan atau berasal dari bahasa 'ajam (bukan Arab). Contoh: (إِبْرَاهِيْمُ - دَاوُدُ - يُوْسُفُ - فِرْعَوْنُ - قَارُوْنُ) D. Isim 'Alam yang menggunakan wazan (pola/bentuk) Fi'il. Contoh: (يَزِيْدُ - أَحْمَدُ - يَثْرِبُ) E. Isim 'Alam yang menggunakan wazan (فُعَل). Contoh: (عُمَرُ - زُحَلُ - جُحَا) F. Isim 'Alam yang diakhiri dengan huruf Alif-Nun. Contoh: (عُثْمَانُ - سُلَيْمَانُ) VIII. KETENTUAN LAINNYA A. PERBEDAAN ISIM JINIS, ALAM JINIS & ISIM NAKIRAH. (1) Jika alam jinis adalah nama yang dibentuk untuk menunjukkan hakikat suatu perkara yang tertentu di dalam hati, jadi sejak asal pembentukannya difokuskan dalam hari tanpa melihat cakupan bentuknya. Oleh karena itu, alam jinis hukumnya ma’rifah. (2) Jika isim jinis adalah lafaz yang dibentuk untuk menunjukkan hakikat suatu perkara dengan melihat cakupannya pada banyak bentuk sejak awal pembentukannya, bukan ditentukan dalam hati. Oleh karena itu, isim jinis hukumnya nakirah. (3) Jika antara isim jinis dan isim nakirah itu berbeda dari sisi sudut pandangnya, tetapi antara keduanya hukumnya sama-sama nakirah. B. BERKUMPULNYA ‘ALAM ISIM, LAQAB & KUNYAH. Jika berkumpul ‘Alam Isim dan Laqab, maka hukumnya wajib mengakhirkan ‘Alam Laqab dan mendahulukan ‘Alam Isim. Contoh: (جَاءَ زَيْدٌ زَيْنُ العَابِدِيْنَ). Hal ini karena ‘Alam Laqab pada umumnya perpindahan dari selain manusia. Jika penyebutannya didahulukan, maka dapat disangka itu nama aslinya dan hal itu dapat dihibdari dengan cara mengakhirkannya. Jika berkumpul ‘Alam Laqab dan Kunyah, maka hukumnya diperbolehkan memilih mendahulukan salah satu dari keduanya. Contoh: (أَبُوْ عَبْدِ اللهِ العَابِدِيْنَ) atau (زَيْنُ العَابِدِيْنَ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ). Jika berkumpul ‘Alam Isim dan Laqab, maka: (1) Jika keduanya mufrad/tidak di-idhafah-kan, maka wajib meng-idhafah-kan ‘Alam Isim pada ‘Alam Laqab. Contoh: (سَعِيْدُ كُرْزٍ). (2) Jika keduanya murakkab, atau yang pertama murakkab yang kedua mufrad, maka wajib mengikutkan i’rab-nya ‘Alam Laqab pada ‘Alam Isim dengan menjadi Athaf Bayan atau Badal. Contoh: (عَبْدُ اللهِ أَنْفُ النَاقَةِ) (عَبْدُ اللهِ كُرْزٌ) (سَعِيْدُ أَنْفُ النَاقَةِ).