BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto


Kursus Bimbingan Belajar Bahasa Arab Ilmu Nahwu, Sharaf, I'rab & TOAFL

BADAL (البَدَلُ)

(1) Pengertian Badal; (2) Syarat Suatu Lafaz Disebut Badal; (3) Macam-Macam Badal (Muthabiq/Kull Min Kull, Ba’dh Min Kull, Isytimal & Mubayan); (4) Pembagian Badal Mubayan (Idhrab, Ghalat & Nisyan); (5) Ketentuan-Ketentuan Lainnya; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Badal; (2) Syarat Suatu Lafaz Disebut Badal; (3) Macam-Macam Badal (Muthabiq/Kull Min Kull, Ba’dh Min Kull, Isytimal & Mubayan); (4) Pembagian Badal Mubayan (Idhrab, Ghalat & Nisyan); (5) Ketentuan-Ketentuan Lainnya; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Badal; (2) Syarat Suatu Lafaz Disebut Badal; (3) Macam-Macam Badal (Muthabiq/Kull Min Kull, Ba’dh Min Kull, Isytimal & Mubayan); (4) Pembagian Badal Mubayan (Idhrab, Ghalat & Nisyan); (5) Ketentuan-Ketentuan Lainnya; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Badal; (2) Syarat Suatu Lafaz Disebut Badal; (3) Macam-Macam Badal (Muthabiq/Kull Min Kull, Ba’dh Min Kull, Isytimal & Mubayan); (4) Pembagian Badal Mubayan (Idhrab, Ghalat & Nisyan); (5) Ketentuan-Ketentuan Lainnya; Soal-Soal Latihan.

(1) Pengertian Badal; (2) Syarat Suatu Lafaz Disebut Badal; (3) Macam-Macam Badal (Muthabiq/Kull Min Kull, Ba’dh Min Kull, Isytimal & Mubayan); (4) Pembagian Badal Mubayan (Idhrab, Ghalat & Nisyan); (5) Ketentuan-Ketentuan Lainnya; Soal-Soal Latihan.

Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
 
PEMBAHASAN ILMU NAHWU TERLENGKAP (klik disini)


The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)
 


BAB 21 : BADAL (البَدَلُ) I. PENGERTIAN (تعريف البدل) Badal adalah isim tabi’ yang bertujuan untuk menjelaskan atau mengkonfirmasi matbu’-nya baik secara utuh atau bagian daripadanya. Kata yang mengikuti disebut badal dan kalimat yang diikutinya disebut mubdal minhu. Contoh: (جَاءَ زَيْدٌ عَمْرُ) (أَكَلْتُ الرَغِيْفَ نِصْفَهُ). Lafaz (زيد) dan (الرغيف) dinamakan mubdal minhu/perkara yang di-badal-i. Lafaz (عمر) dan (نصفه) dinamakan badal/pengganti. I’rab-nya mengikuti pada mubdal minhu-nya. II. SYARAT SUATU LAFAZ DISEBUT BADAL (شروط البدل) A. Tidak boleh membuat Badal tanpa Mubdal Minhu B. Badal harus mengikuti Mubdal Minhu dalam segi i’rab-nya saja C. Mubdal Minhu bukan hanya berupa isim saja, tetapi juga bisa berupa fi’il III. MACAM-MACAM BADAL (أقسام البدل) A. BADAL MUTHABIQ/KULL MIN KULL (البدل المطابق أو بدل الكل من الكل) adalah yang setingkat antara badal dan mubdal minhu-nya. Badal muthabiq disebut juga kull min kull. Contoh: (جَاءَ الْمُحَاضِرُ اَحْمَدُ) (إِنَّ لِلْمُتَّقِينَ مَفَازًا حَدَائِقَ وَأَعْنَابًا) (الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ) (اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ) B. BADAL BA’DH MIN KULL (بدل البعض من الكل) adalah badal merupakan bagian dari mubdal minhu. Badal ini harus ada dhamir yang kembali pada Mubdal Minhu-nya, baik secara idhafah atau selainnya. Contoh: (قَرَأْتُ الْقُرْأَنَ جُزْؤَهُ الْأَوَّلَ) (قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا. نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا) C. BADAL ISYTIMAL (بدل الاشتمال) adalah badal merupakan sesuatu yang terdapat pada mubdal minhu. Badal ini hampir sama dengan Badal Ba’dh min Kull hanya saja Badal ini lebih mencakup nilai/kualitas/substansi yang terkandung dalam mubdal minhu-nya, yang mana nilai/kualitas tersebut tidak bisa dipisahkan dari mubdal minhu-nya. Contoh: (يُعْجِبُنِيْ اَحْمَدُ عِلْمُهُ) (يَسْأَلُونَكَ عَنِ الشَّهْرِ الْحَرَامِ قِتَالٍ فِيهِ) D. BADAL MUBAYAN (البدل المباين) adalah badal meruapakan konfirmasi dari mubdal minhu-nya. Badal ini dipakai untuk mengkorfimasi atau meralat pernyataan sebelumnya yang salah baik karena lupa atau karena salah ucap. IV. PEMBAGIAN BADAL MUBAYAN (أقسام البدل الماين) A. BADAL IDHRAB (بدل الإضراب) yaitu badal yang membelokkan hukum dari yang dilihat dari mubdal minhu setelah menjelaskan penjelasan lain kepada mutakallim. Contoh: (صَلَيْتُ فِي الْمَسْجِدِ الْمَغْرِبَ الْعِشَاءَ). Artinya: “Saya shalat magrib, eh isya di masjid”. Maksudnya bahwa yang benar adalah saya shalat isya dan bukan shalat magrib di masjid. B. BADAL GHALAT (بدل الغلط) yaitu tujuan badal yang merupakan ralat dari mubdal minhu-nya dikarena salah ucap. Contoh: (مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ أَبِيْهِ). Artinya: “Saya melewati Ahmad, (eh maksudnya) ayahnya.” C. BADAL NISYAN (بدل النسيان) yaitu badal untuk memperbaiki kessalahan pada mubdal minhu dikarenakan mutakallim lupa. Contoh: (مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ أَبِيْهِ). Artinya: “Saya melewati Ahmad, (eh maksudnya) ayahnya.” V. KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA A. Biasanya Badal ditemukan dalam suatu kalimat setelah: 1. Nama orang atau gelar. Contoh: (كَتَبَ الشَيْخُ مُحَمَّدٌ رِسَالَةً مُفِيدَةً) (قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ) 2. Isim Isyarat. Contoh: (هَذَا الْكِتَابُ مُفِيْدٌ) (ذَلِكَ الْبَيْتُ نَظِيْفٌ) 3. Pembagian. Contoh: (اَلْكَلِمَةُ ثَلاَثَةُ أَقْسَامٍ: اِسْمٌ وَفِعْلٌ وَحَرْفٌ) (الشِّرْكُ نَوْعَانِ: أَكْبَرُ وَأَصْغَرُ) B. Badal ba’dhi minal kulli dan badal isytimal harus bersambung dengan dhamir yang sesuai dengan mubdal minhu-nya. C. Apabila badal berupa lafaz (ابن), maka mubdal minhu (yang dibadali/kata yang terletak sebelumnya) tidak boleh ditanwin, sedangkan lafaz (ابن) dihilangkan alif-nya (menjadi بن) dan kata yang terletak setelahnya di-majrur-kan sebagai mudhaf ilaih. Contoh: (مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ) (قَالَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ) D. Apabila Mubdal Minhu mengandung Istifham, maka badal-nya harus bersamaan dengan hamzah. Contoh: (مَنْ ذَا أَسَعِيْدٌ أَمْ عَلِيٌّ) (وَمَا تَفْعَلُ أَخَيْرًا أَمْ شَرًّا) (وَمَتَى تَأْتِيْنَا أَغَدًا أَمْ بَعْدَ غَدٍ)E. Diperbolehkan fi’il dijadikan badal dari mubdal minhu berupa fi’il juga. Contoh: (مَنْ يَصِلْ إِلَيْنَا يَسْتَعِنْ بِنَا يُعَنْ). Lafaz (يستعن) menjadi badal dari lafaz (يصل).