(1) Pengertian Tasybih (Menurut Bahasa & Istilah Ilmu Bayan, Bentuk Tasybih & Tasybih Merupakan Langkah Awal Untuk Menjelaskan Suatu Makna dan Sara Untuk Menjelaskan Sifat; (2) Rukun Tasybih (Musyabbah, Musyabbah Bih, Wajh Al-Syibh, Adat Tasybih) (Musyabbah Bih: Konkrit dengan Konkrit, Abstrak dengan Abstrak, Konkrit dengan Abstrak & Abstrak dengan Konkrit) (Wajh Al-Syibh Ditinjau dari Hakikat Musyabbah dan Musyabbah Bih: Al-Dakhili, Al-Khariji Al-Hakiki Al-Hissi, Al-Khariji Al-Hakiki Al-‘Aqli, Khariji Nisbi Idhafi) (Wajh Al-Syibh Ditinjau dari Sisi Tersusun dan Tidaknya: Al-Mufrad, Al-Murakkab, Al-Muta’addid) (Wajh Al-Syibh Al-Tadhadh) (Macam-Macam Bentuk Adat Tasybih); (3) Pembagian Tasybih Berdasarkan Segi Ada Tidaknya Adat Tasybih-nya: Tasybih Mursal & Tasybih Mu’akkad; (4) Pembagian Tasybih Berdasarkan Ada Tidaknya Wajh Al-Syibh: Tasybih Mufashshal & Tasybih Mujmal; (5) Pembagian Tasybih Berdasarkan Ada Tidaknya Adat & Wajh Al-Syibh: Tasybih Baligh & Tasybih Ghair Baligh; (6) Pembagian Tasybih Berdasarkan Wajh Al-Syibh: Tasybih Tamtsil & Tasybih Ghair Tamtsil; (7) Pembagian Tasybih Berdasarkan Ifrad & Susunan Tarkib-nya Musyabbah & Musyabbah Bih: Keduanya Mufrad Secara Mutlak atau Muqayyad, Keduanya Murakkab, Musyabbah Mufrad & Musyabbah Bih Murakkab, Musyabbah Murakkab & Musyabbah Bih Mufrad; (8) Pembagian Tasybih Berdasarkan Berbilang atau Tidak Pada Musyabbah & Musyabbah Bih: Malfuf, Mafruq, Taswiyat & Jamak; (9) Pembagian Tasybih Berdasarkan Tujuannya: Hasan Maqbul, Qabih Mardud; (10) Tasybih Lainnya: Tasybih Qarib Mubtadzil, Tasybih Ba’id Gharib, Tasybih Maqlub & Tasybih Dhimmi; (11) Maksud & Tujuan Tasybih; (12) Tingkatan Tasybih dari yang Terlemah Hingga Terkuat.
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
BAB 2 : TASYBIH (التشبيه) I. PENGERTIAN TASYBIH (تعريف التشبيه) Menurut bahasa, Tasybih bermakna tamtsîl (التمثيل) yang artinya perumpamaan atau penyerupaan. Menurut istilah Ilmu Bayan, Tasybih adalah (مشاركة أمر في معنى بأدوات معلومة) suatu istilah yang di dalamnya terdapat pengertian penyerupaan atau perserikatan antara dua perkara (Musyabbah dan Musyabbah Bih). Perserikatan tersebut terjadi pada suatu makna (Wajh Al-Syibh) dan dengan menggunakan sebuah alat (Adat Tasybîh). Tasybîh termasuk Uslûb Bayân yang di dalamnya terdapat penjelasan dan perumpamaan. Tasybîh terdiri dari empat bentuk: Mengeluarkan sesuatu yang tidak dapat diindra dengan mempersamakannya kepada sesuatu yang bisa diindra. Mengeluarkan/mengungkapkan sesuatu yang tidak pernah terjadi dengan mempersamakannya dengan sesuatu yang terjadi. Mengungkapkan sesuatu yang tidak jelas dengan mempersamakannya dengan sesuatu yang jelas. Mengungkapkan sesuatu yang tidak mempunyai kekuatan dengan mempersamakannya kepada sesuatu yang memiliki kekuatan dalam hal sifat. Tasybîh merupakan langkah awal untuk menjelaskan suatu makna dan sarana untuk menjelaskan sifat. Dengan Tasybîh dapat menambah ketinggian makna dan pejelasannya serta juga dapat membuat makna tampak lebih indah dan bermutu. Contoh ungkapan al-Ma'arri dalam syairnya ketika melukiskan seseorang yang dipujanya: (أَنْتَ كَالشَمْسِ فِي الضِيَاءِ وَإِنْ جَا ... وَزْتَ كِيْوَانَ فِي عُلُوِّ المَكَانِ). II. RUKUN TASYBIH (أركان التشبيه) Rukun yang pertama (المشبة) dan kedua (المشبة به) disebut dengan tharaf (طَرَف) dan wajib dimunculkan dalam tasybih. Sedangkan rukun ketiga (وجه الشبه) dan keempat (أداة الشبه) boleh dimunculkan atau dihilangkan. Contoh: (قلبُهُ كَالْحِجَارَةِ قَسْوةً وصَلَابةً). Dari contoh tersebut kata yang menjadi Musyabbah adalah kata (قلبُهُ), Musyabbah bih adalah kata (الْحِجَارَة), adat tasybihnya kata (ك), dan wajah syabahnya adalah kata (قَسْوةً) dan (صَلَابةً). Musyabbah (المشبة), yaitu sesuatu yang hendak diserupakan. Musyabbah Bih (المشبة به), yaitu sesuatu yang diserupai. Kedua unsur ini disebut Tharafai Al-Tasybîh (kedua pihak yang diserupakan). Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa Musyabbah dan Musyabbah Bih termasuk Tharaf Tasybih atau inti dari Tasybih yang keduanya wajib ada dalam ungkapan Tasybih. Musyabbah dan Musyabbah Bih bisa berupa sesuatu yang konkrit maupun yang abstrak. Berikut penjelasannya: Konkrit dengan Konkrit (الْحِسِيَّانِ). Artinya (مدركانِ بإحدى الحواسِّ الخمسِ الظاهرةِ) Musyabbah dan Musyabbah Bih berupa hal yang maknanya bisa ditangkap oleh salah satu dari anggota panca indera. Contohnya menyerupakan sesuatu yang bisa dilihat seperti wajah perempuan dengan bulan purnama, menyerupakan yang bisa dengan seperti suara teriakan dengan guntur, menyerupakan yang bisa dicium seperti aroma badan dengan kasturi, menyerupakan yang bisa dikecap seperti makanan biasa dengan makanan enak, dan menyerupakan yang bisa diraba atau disentuh seperti panas, basah, kasar, dan lain-lain. Abstrak dengan Abstrak (الْعَقْلِيَّانِ). Artinya (مدركانِ بالعقلِ) Musyabbah dan Musyabbah Bih berupa hal yang maknanya hanya bisa ditangkap dengan perasaan atau akal, seperti penyerupaan keimanan dengan kehidupan dan kekafiran dengan kematian. Aqliyan dibagi menjadi 2 macam yaitu kenyataan dan khayalan. Sesuatu yang nyata seperti cinta, marah, sakit, dan takut. Adapun yang bersifat khayalan seperti hantu, manusia terbang, dan lain-lain. Konkrit (الْحِسِيّ) dengan Abstrak (الْعَقْلِيّ). Musyabbah-nya berupa hal konkrit sedangkan Musyabbah Bih-nya berupa hal abstrak seperti penyerupaan mata tombak dengan taring hantu seperti dalam sebuah syair: (أَيَقْتُلُنِيْ وَالْمَشْرَ فِيْ مَضَاجِعِيْ ... وَمَسْنُوْنَةٌ زُرْقٌ كَأَنْيَابِ أَغْوَالِ). Abstrak (الْعَقْلِيّ) dengan Konkrit (الْحِسِيّ). Musyabbah-nya berupa hal abstrak sedangkan Musyabbah Bih-nya berupa hal konkrit seperti penyerupaan kejahatan dengan malam dan kematian dengan hewan buas. Wajh Al-Syibh (وجه الشبه), yaitu sifat yang terdapat pada kedua pihak itu. Juga merupakan sifat yang sama yang terdapat pada Musyabbah dan Musyabbah Bih, seperti kesamaan sifat cantik yang terdapat pada perempuan dan bunga. Sifat yang sama pada Musyabbah dan Musyabbah Bih bisa satu sifat atau lebih. Pada prinsipnya wajah syabah pada Musyabbah Bih itu harus lebih kuat dibandingkan sifat pada Musyabbah. Wajh Al-Syibh ditinjau dari hakikat Musyabbah dan Musyabbah Bih itu ada dua macam: Wajh Al-Syibh Al-Dakhili (وجه الشبه الداخلي), yaitu Wajh Al-Syibh yang masuk pada hakikat Musyabbah dan Musyabbah Bih. Seperti menyamakan satu pakaian dengan pakaian yang lain di dalam jenisnya: (هَذَا القَمِيْصُ مِثْلُ هَذَا). Dinamakan Wajh Al-Syibh Dakhili, yang artinya masuk pada hakikat, karena katun adalah masuk pada hakikatnya Musyabbah dan Musyabbah Bih, bukan sifat yang menetap pada keduanya. Wajh Al-Syibh Al-Khariji (وجه الشبه الخارجي), yaitu Wajh Al-Syibh yang keluar dari hakikat Musyabbah dan Musyabbah Bih, tetapi merupakan sifat yang melekat pada keduanya. Wajh Al-Syibh Khariji dibagi dua, yaitu: Khariji Hakiki (الخارجي الحقيقي) Khariji Hakiki Hissi (الخارجي الحقيقي الحسي), yaitu Wajh Al-Syibh yang berada di luar hakikat Musyabbah dan Musyabbah Bih dan bisa ditemukan dengan panca indra. Contoh: Yang bisa dilihat dengan mata, seperti warna, nbentuk ukuran dan gerakan. Yang bisa ditemukan dengan telinga seperti suara yang lemah, suara yang kuat dan suara yang berada di antara keduanya. Yang bisa ditemukan oleh indera perasa seperti beberapa rasa. Yang bisa ditemukan oleh indera pencium seperti macam-macam bau. Yang bisa ditemukan oleh indera peraba seperti panas, dingin, basah, kering, dan lain-lain. Khariji Hakiki Aqli (الخارجي الحقيقي العقلي), yaitu Wajh Al-Syibh yang berada di luar hakikat Musyabbah dan Musyabbah Bih dan tidak bisa ditemukan oleh panca indra. Contoh: Sifat-sifat yang melekat pada jiwa, seperti cerdas, berilmu, pemarah, aris bijaksana, dermawan, kikir, pemberani, penakut dan lain-lain. Khariji Nisbi (Idhafi) (الخارجي النسبي أو الإضافي), yaitu Wajh Al-Syibh yang berupa suatu makna atau sifat yang berada di antara dua perkata (Musyabbah dan Musyabbah Bih). Contoh: Seperti menghilangkan hijab di dalam menyerupakan hujjah dengan matahari, karena hal itu (menghilangkan hjjab) bukan merupakan sifat yang melekat pada hujjjah atau menetap pada matahari, tetapi merupakan sifat yang melekat di antara keduanya. Wajh Al-Syibh ditinjau dari sisi tersusun dan tidaknya, terbagi menjadi tiga: Wajh Al-Syibh Al-Mufrad (وجه الشبه المفرد الحسي), yaitu Wajh Al-Syibh yang oleh Urf dianggap Mufrad (tidak tersusun). Terbagi menjadi dua: Mufrad Hissi (المفرد الحسي), yaitu Wajh Al-Syibh Mufrad yang bisa ditemukan panca indera. Contoh: (هَذَا الثَوْبُ مِثْلُ هَذَا فيِ الصَفْرَةِ). Mufrad Aqli (المفرد العقلي), yaitu Wajh Al-Syibh Mufrad yang tidak bisa ditemukan panca indera. Contoh: (العِلْمُ كاَلنُوْرِ فِي الاِهْتِدَاءِ). Wajh Al-Syibh Al-Murakkab (وجه الشبه المركب), yaitu Wajh Al-Syibh yang tersusun dari beberapa perkara. Terbagi menjadi empat: Murakkab Hakiki (المركب الحقيقي), yaitu Wajh Al-Syibh yang pada hakikatnya tersusun dari beberapa perkara/lebih dari satu. Murakkab I’tiba’i (المركب الاتباعي), yaitu Wajh Al-Syibh yang tersusun dari beberapa perkara menurut pandangan akal. Murakkab Hissi (المركب الحسي), yaitu Wajh Al-Syibh Murakkab yang bisa ditemukan oleh panca indera. Contoh: (وَقَدْ لَاحَ بِالفَجْرِ الثَرَيَا كَمَا تَرَى ... كَعنقود مَلَاحِية حِيْنَ نَوَّرَا). Wajh Al-Syibh dalam contoh ini adalah tersusunnya suatu keadaan yang dihasilkann dari terpadunya beberapa bentuk putih yang melingkar, yang kecil-kecil bentuknya dalam pandangan mata. Murakkab Aqli (المركب العقلي), yaitu Wajh Al-Syibh Murakkab yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera, tetapi bisa ditemukan oleh angan-angan dari akal. Contoh Surah Al-Jum’ah ayat 5: (مَثَلُ الَّذِيْنَ حُمِّلَ التَوْرَةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلَوْهَا كَمَثَلِ الحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا). Wajh Syibh-nya adalah keletihan dan kecapekan yang dilakukannya bersamaan tidak menghasilkan manfaat apapun. Wajh Al-Syibh yang demikian tidaklah tampak oleh mata, akan tetapi tampak oleh angan-angan dari akal. Wajh Al-Syibh Al-Muta’addid (وجه الشبه المتعدد), yaitu Wajb Al-Syibh lebih dari satu. Terbagi menjadi tiga, yaitu: Muta’addid Hissi (المتعدد الحسي), yaitu Wajh Al-Syibh Muta’addid yang bisa ditemukan oleh panca indera. Contoh: (هَذِهِ الفَوَاكِهُ كَهَذِهِ فيِ اللَوْنِ وَالطَعْمِ وَالرِائِحَةِ). Wajh Al-Syibh dalam contoh tersebut adalah Muta’addid (lebih dari satu) yaitu, warna, rasa, dan bau. Muta’addid Aqli (المتعدد العقلي), yaitu Wajh Al-Syibh Muta’addid yang tidak bisa ditemukan oleh panca indera, tetapi masih bisa ditemukan oleh akal. Contoh: (هَذَا الرَجُلُ مِثْلُ هَذَا فِي العِلْمِ وَالحِلْمِ وَالحَيَاءِ). Muta’addid Mukhtalifi (المتعدد المختلفي), yaitu Wajh Al-Syibh Muta’addid yang sebagian bersifat Hissi dan sebagian yang lain bersifat Aqli. Contoh: (هَذَا الرَجُلُ كَالشَمْسِ فِي حُسْنِ الطَلْعَةِ وَكَمَالِ الشَرَفِ). Wajh Al-Syibh Al-Tadhadh (وجه الشبه التضاد), yaitu Wajh Al-Syibh itu adakalanya diambilkan dari sesuatu yang berlawanan, lalu ditempatkan pada tempatnya serasi (Tanasu), lalu sesuatu yang memiliki sifat yang berlawanan tersebut diserupakan pada Musyabbah-nya. Tujuannya adalah untuk Tahakhum/menghina/mentertawakan atau untuk Tamlih/mempermanis perkataan. Contoh: (هَذَا الرَجُلُ كَحَاتِمٍ). Ini seperti menyerupakan lelaki yang bakhil dengan Hatim (seseorang yang sangat terkenal kedermawanannya). Adat Tasybîh (أداة التشبيه), yaitu huruf atau kata yang digunakan untuk menyatakan penyerupaan. Adat tasybih dapat berupa Huruf, Isim, maupun Fi’il: Adat tasybih yang berupa huruf, seperti (ك) dan (كَأَنَّ). Contoh: (قَلْبُهُ كَالْحِجَارَةِ فِي الْقَسْوَةِ) dan (كَأَنَّ زَيْدًا بَحْرٌ فِي الْكَرَمِ). Adat tasybih yang berupa isim, seperti (شِبْه), (مُحَاكَاة), dan (مِثْلُ). Contoh: (مُحَمَّدٌ مِثْلُ الْبَحْرِ فِي الْكَرَمِ), (عَزْمُهُ مُحَاكاةُ السَّيْفِ فِي الْقَطْع) dan (عُمَرُ شِبْهُ الْأَسَدِ فِي الشَّجَاعَةِ). Adat tasybih berbentuk Fi’il, seperti (يحاكي), (يشابه), dan (يماثل). Contoh: (عَائِشَةُ تُمَاثِلُ الْوَرْدَةِ فِي الْجَمَلِ), (عَلِيْ يُحَاكِي النَّجْمَ فِي العُلُوِّ) dan (خَالِدُ يُشَابِهُ الْجَبَلَ فِي الرُسُوخِ). III. PEMBAGIAN TASYBIH BERDASARKAN SEGI ADA TIDAKNYA ADAT TASYBIH-NYA (في تقسيم التشبيه باعتبار أداة التشبيه) Tasybih Mursal (التشبيه المرسل), yaitu (ما ذكرت فيه الأداة) Tasybîh yang adat Tasybîh-nya disebutkan. Contoh: (أَنَا كَالمَاءِ إِنْ رَضِيْتُ صَفَاءً ... وَإِذَا مَا سَخِطْتُ كُنْتُ لَهِيْبًاdan (سِرْنَا فِي لَيْلٍ بَهِيْمٍ كَأَنَّهُ ... البَحْرُ ظَلَامًا وَإِرْهَابًا) . Pada kedua syair di atas terdapat ungkapan Tasybîh, yaitu (أَنَا كَالمَاءِ) dan (كَأَنَّهُ البَحْرُ). Pada kedua Tasybîh tersebut adat-nya disebutkan, yaitu (ك) pada Tasybîh pertama dan (كَأَنَّهُ) pada Tasybîh kedua. Tasybih Mu’akkad (التشبيه المؤكد), yaitu (ما حذفت منه الأداة) Tasybîh yang dibuang adat Tasybîhnya. Contoh: (أَيْنَ أَزْمَعْتَ أَيُّهَذَا الهُمَامُ ... نَحْنُ نَبْتُ الرُبَا وَأَنْتَ الغُمَامُ) dan (أَنْتَ نَجْمٌ فِي رِفْعَةٍ وَضِيَاءٍ ... تَجْتَلِيْكَ العُيُوْنُ شَرْقًا وَغَرْبًا). Pada kedua syair di atas terdapat ungkapan Tasybîh, yaitu pada ungkapan (نَحْنُ نَبْتُ الرُبَا وَأَنْتَ الغُمَامُ) dan (أَنْتَ نَجْمٌ فِي رِفْعَةٍ وَضِيَاءٍ). Pada kedua ungkapan Tasybîh tersebut tidak ada adat Tasybîh-nya, sehingga dinamakan Tasybîh Muakkad. IV. PEMBAGIAN TASYBIH BERDASARKAN ADA TIDAKNYA WAJH AL-SYIBH (في تقسيم التشبيه باعتبار وجه الشبه) Tasybih Mufashshal (التشبيه المفصل), yaitu (ما ذكر فيه وجه الشبه) Tasybîh yang disebut Wajh Al-Syibh-nya. Contoh: Syair: (ﻭَﺛَﻐْﺮُﻩُ ﻓِﻲْ ﺻَﻔَﺎﺀٍ ﻭَﺃَﺩْﻣُﻌِﻲْ ﻛَﺎﻟﻸﻟِﻲْ). Kata “Gigi seri” dan “Air mata” diserupakan dengan “Mutiara” dengan sisi persamaan: “Sama-sama jernihnya.” Syair: (كَالسَيْفِ فِي إِخْدَامِهِ وَالغَيْثِ فِي ... إِرْهَامِهِ وَاللَيْثِ فِي إِقْدَامِهِ). Pada ungkapan di atas terdapat tiga uslûb Tasybîh. Pada ketiga ungkapan taysbîh tersebut wajh syibh-nya disebutkan, yaitu berupa kata (فِي إِخْدَامِهِ), (فِي إِرْهَامِهِ) dan (فِي إِقْدَامِهِ). Tasybih Mujmal (التشبيه المجمل), yaitu (ما حذف منه وجه الشبه) Tasybîh yang di buang wajh al-syibh-nya. Contoh: Perkataan: (ﺍﻟﻨﺤﻮُ ﻓِﻲْ ﺍﻟﻜَﻼَﻡِ ﻛَﺎﻟﻤِﻠْﺢِ ﻓِﻲْ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ). Kata Ilmu Nahwu pada Kalam” diserupakan dengan kata “garam” dengan sisi persamaan: “Sama-sama merupakan perkara yang pokok untuk menjadikan kesempurnaan.“ Syair: (فَكأَنَّ لذَّةَ صَوْتِهِ وَدَبيبَها ... سِنَةٌ تَمَشَّى فِي مَفَاصِل نُعَّس) dan (وَكَأَّنَ الشَمْسَ المُنِيْرَةَ دِيْنَارٌ ... جَلَتْهُ حَدَائِدُ الضَرَّابِ). Pada kedua contoh di atas terdapat aspek penyerupaan, sehingga ungkapan tersebut dinamakan Tasybîh. Jika kita telaah kita akan mendapatkan bahwa pada ungkapan Tasybîh tersebut tidak terdapat wajh syibh. V. PEMBAGIAN TASYBIH BERDASARKAN ADA TIDAKNYA ADAT & WAJH AL-SYIBHI (تقسيم التشبيه باعتبار أذاة التشبيه ووجه الشبه) Tasybih Balîgh (التشبيه البليغ), yaitu (ما حذفت من الأداة ووجه الشبه) Tasybîh yang dibuang adat Tasybîh dan Wajh Al-Syibh-nya. Contoh: (أَنْتَ شَمْسٌ أَنْتَ بَدْرٌ أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرٍ) Tasybîh Ghair Balîgh (التشبيه غير البليغ), yaitu Tasybîh yang merupakan kebalikan dari Tasybih Balîgh. VI. PEMBAGIAN TASYBIH BERDASARKAN WAJH AL-SYIBH (في تقسيم التشبيه باعتبار وجه الشبه) Tasybîh Tamtsîl (تشبيه التمثيل), yaitu (إذا كان وجه الشبه فيه صورة منتزعة من متعدد) Tasybîh yang keadaan Wajh Al-Syibh-nya terdiri dari gambaran yang dirangkai dari keadaan beberapa hal. Contoh Tasybîh Tamtsîl bisa kita lihat pada syair Abu Firas Al-Hamdany: (يَفْصِلُ بَيْنَ رَوْضِ الْـ ... زَّهْرِ في الشَّطَّيْنِ فَصْلا) dan (كَبِسَاطِ وَشْيٍ جَرَّدَتْ ... أَيْدِي الْقُيُونِ عَلَيْهِ نَصْلاً). Pada syair di atas Abu Firas menyerupakan keadaan air sungai, yakni air yang membelah taman menjadi dua bagian di kedua pinggirnya, yang dihiasi oleh bunga-bunga berwarna-warni yang tersebar di antara tumbuh-tumbuhan hijau segar, diserupakan dengan pedang berkilau yang dihunus oleh pembuat senjata, lalu diletakkan di atas kain sutera yang bersulamkan aneka warna. Dari paparan di atas, kita melihat bahwa Abu Firas ingin menyerupakan suatu keadaan yang ia lihat dengan keadaan lain yang ia bayângkan. Maka Wajh Al-Syibh-nya adalah gambaran secara menyeluruh. Tasybîh Ghair Tamtsîl (تشبيه غير التمثيل), yaitu (إذا لم يكن وجه الشبه فيه صورة منتزعة من متعدد) Tasybîh yang Wajh Al-Syibh-nya tidak terdiri dari rangkaian gambaran beberapa hal. Wajh Al-Syibh pada Tasybîh Ghair Tamtsîl terdiri dari satu hal atau Mufrad. Tasybîh Ghair Tamtsîl merupakan kebalikan dari Tasybîh Tamtsîl. VII. PEMBAGIAN TASYBIH BERDASARKAN IFRAD & SUSUNAN TARKIB-NYA MUSYABBAH & MUSYABBAH BIH (في تقسيم التشبيه باعتبار الإفراد والتركيب في المشبه والمشبه به) (إما مفردان مطلقان أو مختلفان) Keduanya Mufrad secara mutlak atau muqayyad, baik dengan Idhâfah, Sifah, Maf‟ûl, Hal, Zharf, dan lain-lain, atau salah satunya mutlaq dan lainnya Muqayyad. Contoh: (خَدُّهُ كَالوَرْدِ) – (السَاعِى بِغَيْرِ طَائِلٍ كَالرَاقِمِ عَلَى المَاءِ) – (تُغْرُهُ كَاللُؤْلُؤِ المَنْظُوْمِ) – (العَيْنُ الزَرَقَاءُ كَالسِنَانِ). (إما مركبان تركيبا إذا أفردت أجزاؤه زال المقصود من هيئة المشبه به) Kedua Murakkab, yaitu tersusun dari dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena akan merusak Tasybîh, atau jika dipisahkan bagian dari salah satunya, maksud Musyabbah Bih akan rusak. Contoh: (كَأَنَّ سُهَيْلًا وَالنُجُوْمُ وَرَأَهُ ... صُفُوْفُ صَلَاةٍ قَامَ فِيْهَا إِمَامُهَا) syair itu dikatakan (كَأَنَّ سُهَيْلًا إِمَامٌ وَكَأَنَّ النُجُوْمَ صُفُوْفُ صَلَاةٍ) maka arti Tasybih akan hilang. Dan contoh lainnya: (وَكَأَنَّ أَجْرَامَ النُجُوْمَ لَوَامِعَا ... دُرَرٌ نُثِرْنَ عَلَى بِسَاطِ أَرْزَاقِ) syair itu dikatakan (كَأَنَّ النُجُوْمَ دُرَرٌ وَكَأَنَّ السَمَاءَ بِسَاطٌ أَرْزَاقٌ) maka makna Musyabbah Bih akan hilang. (إما مفرد بمركب) Musyabbah Mufrad dan Musyabbah Bih Murakkab. Contoh: (مَثَلُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالِهِمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِيْحُ) – (كَأَنَّ الشَقِيْقَ أَعْلَامُ يَاقُوْتٍ ... نُثِرْنَ عَلَى رِمَاحٍ مِنْ زَبَرْجَدٍ). (إما مركب بمفرد) Musyabbah Murakkab dan Musyabbah Bih Mufrad. Contoh: (المَاءُ المَالِحُ كَالسُمِّ) – (نَهَارٌ مُشْمِسٌ قَدْ شَابَهُ زُهَرُ الرُبَا كَأَنَّمَا هُوَ لَيْلٌ مُقْمِرٌ). VIII. PEMBAGIAN TASYBIH BERDASARKAN BERBILANG/TA’ADDUD-NYA ATAU TIDAK PADA MUSYABBAH & MUSYABBAH BIH (في تقسيم التشبيه باعتبار التعدد في المشبه والمشبه به) Malfûf (التشبيه الملفوف), yaitu (جمع كل كرف منهما مع مثله) mengumpulkan masing-masing bagian dengan sesamanya, dengan cara penggabungan (Athaf). Contoh: (كَأَنَّ قُلُوْبَ الطَيْرِ رَطْبًا وَيَابِسًا ... لَدَى وَكْرِهَا العِنَابُ وَالخَشَفُ البَالِي). Mafrûq (التشبيه المفروق), yaitu (جمع كل مشبه مع ماشبه به) mengumpulkan masing-masing bagian dengan lawannya secara berulang, dengan penggabungan (Athaf). Contoh: (النَشْرُ مِسْكٌ وَالوُجُوْهُ دَنَانِيْرُ ... وَأَطْرَافُ الأَكُفِّ عَنَمُ). Taswiyat (تشبيه التسوية), yaitu (أن يتعدد المشبه دون المشبه به) berbilangnya Musyabbah bukan Musyabbah Bih. Contoh: (صَدْغُ الحَبِيْبِ وَحَالِي ... كِلَاهُمَا كَاللَيَالِي). Jamak (تشبيه الجمع), yaitu (أن يتعدد المشبه به دون المشبه) berbilangnya Musyabbah Bih bukan Musyabbah. Contoh: (كَأَنَّمَا يَتَبَسَّمُ عَنْ لُؤْلُؤٍ ... مُنَضَّضٍ أَوْ بَرْدٍ أَوْ إِقَاحِ). IX. PEMBAGIAN TASYBIH BERDASARKAN TUJUAN TASYBIH (في تقسيم التشبيه باعتبار الغرض إلى مقبول وإلى مردود) HASAN MAQBUL (الحسن المقبول), yaitu (ما وفئ بأغراض التشبيه) Tasybih yang sesuai dengan tujuan Tasybih-nya. Seperti: (أن يكون المشبه به أعرف من المشبه في وجه الشبه) Jika Wajh Al-Syibh-nya lebih mudah diketahui berdasarkan Musyabbah Bih-nya dari pada berdasarkan Musyabbah, jika bertujuan untuk menjelaskan keadaan atau kadar Musyabbah-nya. (أن يكون أتم شيء في وجه الشبه) Jika Wajh Al-Syibh-nya lebih sempurna dari Musyabbah Bih dari pada dari Musyabbah-nya, jika bertujuan untuk menyamakan sesuatu yang rendah atau cacat pada yang sempurna. QABIH MARDUD (القبيح المردود), yaitu (مالم يف بالغرض المطلوب منه) Tasybîh yang tidak sesuai dengan tujuan-tujuan Tasybîh. Seperti, jika Wajh Al-Syibh-nya tidak terdapat (bukan karena tidak disebutkan) pada kedua bagian Tasybîh, atau terdapat Wajh Al-Syibh namun jauh sekali. X. TASYBIH LAINNYA (التشبيه الآخر) Tasybih Qarîb Mubtadzil (تشبيه قريب مبتذل), yaitu (ما ينتقل فيه المشبه إلى المشبه به من غير تدقيق لظهور وجه الشبه بادئ ذي بدء) Tasybîh yang tidak membutuhkan pemikiran mendalam ketika terjadi peralihan pandangan pembicara dari Musyabbah menuju Musyabbah Bih, karena Wajh Al-Syibh-nya telah jelas. Contoh: (خَدُّكَ كَالوَرْدِ فِي الحَمْرَةِ). Tasybih Ba’id Gharib (تشبيه بعيد غريب), yaitu (ما يحتاج في الانتقال من المشبه إلى المشبه به إلى فكر ودقة نظر لخفاء وجهه) Tasybîh yang membutuhkan pemikiran mendalam ketika terjadi peralihan pandangan pendengar, karena samarnya Wajh Al-Syibh dan banyak rinciannya. Seperti: Menyerupakan matahari dengan kaca cermin pada telapak tangan orang yang lumpuh (banyak rinciannya), karena bentuknya yang bulat dan rupanya yang berkilau, tidak dapat dipandang oleh mata. Menyerupakan sesuatu dengan taring hantu (wahm). Menyerupakan bendera Yaqut dengan batang Zabarjud (Murakkaab Khayali) Menyerupakan orang-orang yang membawa Taurat, namun tidak mengamalkannya dengan himar yang membawa banyak buku (Murakkab Aqli). Karena keduanya sama-sama tidak dapat mengambil manfaatnya. Tasybîh Maqlûb (تشبيه المقلوب), yaitu (جعل المشبه مشبها به بادعاء أن وجه الشبه فيه أقوى وأظهر) Tasybîh yang posisi Musyabbah-nya dijadikan Musyabbah bih, sehingga yang seharusnya Musyabbah dijadikan Musyabbah bih, dan yang seharusnya Musyabbah bih menjadi Musyabbah dengan anggapan Wajh Al-Syibh pada Musyabbah lebih kuat. Contoh-contoh: Dalam syair: (وبَدَا الصَّباحُ كأنَّ غرَّتَهُ ... وَجْهُ الخَليفةِ حِينَ يُمْتَدَحُ). Pada syair ini terangnya fajar diibaratkan dengan wajah khalifah, padahal seharusnya sebaliknya. Pada Tasybîh yang biasa, wajah khalifah disamakan dengan fajar yang menyingsing. Pembalikan posisi antara Musyabbah dan Musyabbah Bih pada Tasybîh maqlûb dilakukan untuk memberi gambaran bahwa kecerahan wajah khalifah sangat kuat. Dalam syair: (سَارَتْ بِنَا السَفِيْنَةُ فِي بَحْرٍ كَأَنَّكَ جَدْوَاكَ ... وَقَدْ سَطَعَ نُوْرُ البَدْرِ كَأَنَّهُ جَمَالُ مَحْيَّاكَ). Tasybîh Dhimnî (التشبيه الضمني), yaitu (تشبيه لا يوضع فيه المشبه والمشبة به في صورة من صور التشبيه المعروفة بل يلمحان في التركيب) Tasybîh yang keadaan Musyabbah dan Musyabbah bih-nya tidak jelas (implisit). Kita bisa menetapkan unsur Musyabbah dan Musyabbah bih pada Tasybîh jenis ini setelah kita menelaah dan memahaminya secara mendalam. Contoh-contohnya: Dalam syair: (فَإِنْ تَفُقِ الأَنَامَ وَأَنْتَ مِنْهُمْ ... فَإِنَّ المِسْكَ بَعْضُ دَمِ الغَزَالِ). Kata-kata pada syair di atas pada lahirnya tampak tidak berbentuk Tasybîh. Akan tetapi jika kita tela’ah secara teliti rangkaian kata-kata tersebut sebenarnya mengandung pengertian Tasybîh. Syair di atas mengingatkan agar seseorang yang merasa bangga akan ketinggian status sosialnya ia tidak boleh sombong. Ia harus menyadari bahwa dia itu sama dengan manusia-manusia lainnya. Pada syair ini penyair membandingkannya dengan keadaan minyak kasturi yang harum. Minyak itu berasal dari darah rusa yang kotor. Bentuk Tasybîh pada syair di atas sangatlah halus dan tidak fulgar. Dalam syair: (لَا تُنْكِرِي عَطَلَ الكَرِيْمِ مِنَ الغِنَى ... فَالسَّيْلُ حَرْبٌ لِلْمَكَانِ العَالِي). Dari kata-kata pada syair di atas tampak sepertinya tidak ada ungkapan Tasybîh. Akan tetapi kita mengerti bahwa di dalamnya mengandung pengertian Tasybîh yaitu menyerupakan orang mulia dengan tempat yang tinggi dan menyerupakan kekayaan dengan banjir yang membawa segala kotoran. Sebagaimana banjir tidak mau naik ke tempat yang tinggi, begitu pula kekayaan tidak mau menyertai orang yang mulia. XI. MAKSUD & TUJUAN TASYBIH Menjelaskan kemungkinan adanya sesuatu hal pada Musyabbah (بيان إمكان المشبه). Penyusunan ungkapan Tasybîh untuk tujuan ini dilakukan apabila ada dua sifat yang akan dipersamakan berlawanan. Contoh-contohnya: Perkataan Abi Al-Thayyib Al-Mutanabbi ketika mengenang kematian Ibu Saif Al-Daulah: (فَإِنْ تَفُقِ الْأَنَامَ وَأَنْتَ مِنْهُمْ ... فَإِنَّ المِسْكَ بَعْضُ دَمِ الغَزَالِ). Ketika Penyair mengklaim bahwa orang yang dipuji itu berbeda dari asalnya sebab adanya beberapa keistimewaan yang menjadikannya sebagai hakikat yang berbeda, lalu penyair membuat Argumen dengan menyerupakannya dengan minyak misik yang asalnya darah kijang untuk menolak adanya pengingkaran atas wujudnya Musyabbah tersebut karena merupakan hal yang langka. Wajah syabah-nya adalah sama-sama keluar dari jenis asalnya. Syair Al-Buhturi berikut ini: (دَانٍ على أيْدِي العُفَاةِ وَشَاسعٌ ... عَنْ كُلِّ نِدٍّ في العُلا وَضَرِيبِ) dan (كَالبَدْرِ أَفْرَطَ فِي العُلُوُّ وَضَوْءُهُ ... لِلْعُصْبَةِ السَارِيْنَ جِدُّ قَرِيْبٍ). Pada syair di atas Al-Buhturi menyifati orang yang dipujinya, bahwa ia sangat dekat dengan orang-orang yang membutuhkannya, namun ia sangat tinggi kedudukannya, jauh dengan orang-orang yang setaraf dengannya. Dengan syair ini Al-Buhturi ingin menunjukkan bahwa hal tersebut tidaklah sulit dan memungkinkan. Menjelaskan keadaan Musyabbah (بيان حال المشبه). Tujuan kedua dari pengungkapan Tasybîh adalah menjelaskan keadaan Musyabbah. Pengungkapan Tasybîh untuk tujuan ini dilakukan bila Musyabbah tidak dikenal sifatnya sebelum dijelaskan melalui Tasybîh yang menjelaskannya. Dengan demikian Tasybîh itu memberikan pengertian yang sama dengan kata sifat. Untuk lebih jelas kita perhatikan contoh berikut: Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam: (النَّاسُ كَإِبِلِ مِائَةِ لَا تَجِدُ فِيْهَا راحِلَةً). Maksud dari contoh terakhir adalah dari sekian banyak manusia namun hanya sedikit orang-orang yang hebat. Syair An-Nabighah berkut ini: (فإِنَّكَ شَمْسٌ والمُلُوكُ كَواكِبٌ ... إِذا طَلَعَتْ لَمْ يَبْدُ مِنْهنَّ كَوْكَبُ). Penyair menyerupakan Mukhatab seperti Matahari, karena menjelaskan keadaan mukhatab yang terlihat. Wajah syabah-nya adalah sama-sama keadaannya terlihat. Dan menyerupakan para raja seperti bintang karena menjelaskan keadaannya yang tidak terlihat saat berada di sisi Mukhatab. Wajah syabah-nya adalah sama-sama keadannya tidak terlihat ketika berada di sisinya. Menjelaskan kadar keadaan Musyabbah (بيان مقدارحال المشبه). Tasybîh juga digunakan dengan tujuan untuk menjelaskan secara rinci keadaan sesuatu yang diserupakan (Musyabbah). Jika Musyabbah sudah diketahui keadaannya secara global, lalu Tasybîh didatangkan untuk menjelaskan rincian keadaan itu. Contoh-contoh Tasybîh untuk tujuan ini: Syair: (ﻓِﻴْﻬَﺎ ﺍﺛْﻨَﺘَﺎﻥِ ﻭَﺃَﺭْﺑَﻌُﻮْﻥَ ﺣَﻠُﻮْﺑَﺔ ً ... ﺳُﻮْﺩًﺍ ﻛَﺨَﺎﻓِﻴَﺔِ ﺍﻟﻐُﺮَﺍﺏِ ﺍﻷﺳْﺤَﻢِ). Penyair menyerupakan 42 unta yang hitam seperti Bulu sayap Burung gagak karena menjelaskan kadar warna hitamnya, ketika pendengar hanya mengetahui kadar keadaan Musyabbah Bih (sayap burung gagak). Wajah syabah-nya adalah sama-sama terdapat warna hitam. Hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang mengumpamakan orang-orang yang berada di dunia bagaikan orang yang bernaung di bawah bayangan pohon: (مَا لِيْ وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِي الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبِ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا). Syair Mutanabbi: (ما قُوبِلَتْ عَيْناهُ إلاّ ظُنَّتَا ... تَحْتَ الدُّجَى نَارَ الفَريقِ حُلُولا). Menegaskan/menguatkan keadaan Musyabbah (تقرير حال المشبه). Tasybîh kadang-kadang juga digunakan untuk menegaskan suatu hal. Jika keadaan sesuatu bersifat abstrak biasanya digunakan penyerupaan dengan sesuatu yang kongkrit sehingga lebih jelas dan mudah difahami. Contoh Tasybîh untuk tujuan ini: Syair: (ﺇﻥ ﺍﻟﻘُﻠُﻮﺏَ ﺇﺫَﺍ ﺗَﻨَﺎﻓَﺮَ ﻭُﺩُّﻫَﺎ ... ﻣِﺜﻞُ ﺍﻟﺰُّﺟَﺎﺟَﺔِ ﻛَﺴْﺮُﻫَﺎ ﻻ َﻳُﺠْﺒَﺮُ). Penyair menyerupakan Hilangnya cinta di hati seperti pecahnya kaca dengan tujuan mengukuhkan sebab sulitnya rasa cinta itu kembali seperti semula. Wajah syabah-nya adalah sama-sama sulit kembali pada keadaan semula. Dalam peribahasa Arab: (الطَّامِعُ فِي النَّصْرِ مِنْ أَعْدَائِهِ كَمَنْ يَرْجُو مِنَ السَمِّ عِلَاجًا لِدَائِهِ). Surah Ar-Ra’d ayat 14: (وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِهِ لاَ يَسْتَجِيبُونَ لَهُم بِشَيْءٍ إِلاَّ كَبَاسِطِ كَفَّيْهِ إِلَى الْمَاء لِيَبْلُغَ فَاهُ وَمَا هُوَ بِبَالِغِهِ). Memperindah (تزيين المشبه). Pengungkapan sesuatu dengan uslûb Tasybîh juga dilakukan dengan tujuan memperindah Musyabbah. Contoh-contohnya: Syair: (ﺳَﻮﺩَﺍﺀُ ﻭﺍﺿِﺤَﺔُ ﺍﻟﺠَﺒِﻴْـ ... ـﻦِ ﻛَﻤُﻘْﻠَﺔِ ﺍﻟﻈَّﺒْﻲِ ﺍﻟﻐَﺮِﻳْﺮِ). Penyair menyerupakan Hitamnya wanita seperti biji mata biawak dengan tujuan memujinya, sebab warna biji mata merupakan keindahan. Wajah syabah-nya adalah sama-sama memiliki keindahan. Surah Al-Rahman ayat 58: (كَأَنَّهُنَّ الْيَاقُوْتُ وَالْمَرْجَانُ). Syair: (مَدَدْتَ يَدَيْكَ نَحْوَهُمُ اِحتِفاءً ... كَمَدِّهِماَ إِلَيْهِمْ بالهِبَـــــاتِ) Memperburuk/menyebutkan kejelekan Musyabbah (تزيين المشبه وتقبيح المشبه). Pengungkapan sesuatu dengan uslûb Tasybîh juga dilakukan dengan tujuan menjelekkan Musyabbah. Contoh: Syair: (وَإِذَا أَشَارَ مُحَدِّثًا فَكَأَنَّهُ ... قِرْدٌ يُقَهْقِهُ أَوْ عَجُوْزٌ تَلْطِمُ). Wajah Syabah-nya adalah sama-sama memiliki perbuatan jelek. Syair: (وتَفْتَحُ - لا كانتْ - فَماً لَو رَأَيْتَهُ ... توَهَّمْتَهُ بابًا مِنَ النَّار يُفْتَحُ). Ihtimam/menganggap penting (الاهتمام), yaitu seperti perkataan orang yang lapar ketika melihat anak yang ganteng: “mukanya seperti roti, karena bulatnya”. Tanwih/memuji (التنويه), yaitu seperti menyerupakan orang yang tidak dikenal dengan orang yang dikenal. Istithraf/menganggap indah (الاستطراف), yaitu seperti menyerupakan arang yang masih terdapat apinya dengan lautan misik. Iham/memberikan pengertian yang salah (الإيهام), yaitu bahwa Musyabbah lebih sempurna daripada Musyabbah Bih-nya, namun tujuan ini hanya berlaku pada Tasybih Maqlub. XII. TINGKATAN TASYBIH DARI YANG TERLEMAH HINGGA TERKUAT (مراتب التشبيه) Tingkatan Pertama, disebutkan Musyabbah, Musyabbah Bih, Wajh Al-Syibh & Adat Tasybih. Contoh: (زيد كالأسد في الشجاعة). Tingkatan Kedua, menghapus Musyabbah. Contoh: (كالأسد في الشجاعة). Tingkatan Ketiga, menghapus Adat Tasybih. Contoh: (زيد أسد في الشجاعة). Tingkatan Keempat, menghapus Musyabbah dan Adat Tasybih. Contoh: (أسد في الشجاعة). Tingkatan Kelima, menghapus Wajh Al-Syibh. Contoh: (زيد كالأسد). Tingkatan Keenam, menghapus Musyabbah dan Wajh Al-Syibh. Contoh: (كالأسد). Tingkatan Ketujuh, menghapus Adat Tasybih dan Wajh Al-Syibh. Contoh: (زيد أسد). Tingkatan Kedelapan, menyebutkan Musyabbah Bih. Contoh: (أسد).
0 Comments