Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
TAMYIZ (التمييز)
(1) Pengetian Tamyiz; (2)
Pembagian Mumayyaz (Malfuzh & Malhuzh); (3) Tamyiz & Hukum I’rab-nya;
(4) Amil yang Men-Nashab-kan Tamyiz (Yang Me-Nashab-kan Tamyiz Mufrad &
Jumlah/Kalimat); (5) Hukum Tamyiz & Ma’dud-nya; (6) Persamaan &
Perbedaan Antara Tamyiz & Haal; Soal-Soal Latihan.
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
PEMBAHASAN ILMU NAHWU TERLENGKAP (klik disini)
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########
BAB 30 : TAMYIZ (التمييز) I. PENGERTIAN (تعريف التمييز)
Tamyiz adalah isim nakirah manshub yang disebutkan untuk menjelaskan
maksud dari kata sebelumnya yang belum jelas (atau dengan makna lain.
Pengertian lainnya adalahadalah setiap isim nakirah yang mengandung
makna (مِنْ) untuk menjelaskan kata sebelumnya yang masih global).
Contoh: (اِشْتَرَيتُ قِنْطَارًا قَمْحًا). Seandainya dikatakan
(اِشْتَرَيتُ قِنْطَارًا) kemudian kita diam niscaya pendengar tidak akan
memahami apakah kita membeli satu kwintal kacang, kapas, gandum atau
yang selainnya, hal tersebut karena kata kwintal masih belum jelas
dimana bisa untuk berbagai macam barang. Ketika kita katakan gandum,
berarti kita telah membedakan maksud dari kwintal tersebut. Kata kwintal
ini dinamakan mumayyaz dan gandum dinamakan tamyiz. II. PEMBAGIAN
MUMAYYAZ (أقسام المميز) A. Mumayyaz Malfuzh/Mufrad (المميز الملفوظ),
yaitu mumayyaz yang disebutkan dalam kalimat. Dapat berupa: 1. Isim
Wazn (wazan). Contoh: (اِشْتَرَيتُ دِرْهَمًا ذَهَبًا) 2. Isim Kail
(takaran). Contoh: (بَاعَ الفَلَّاحُ إِرْدَبًّا قَمْحًا) 3. Isim
Masahah (jarak/luas). Contoh: (زَرَعْتُ فَدَّانًا شَعِيرًا) 4. Isim
‘Adad (bilangan). Contoh: (يَتَرَكَّبُ اليَومُ مِنْ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ
سَاعَةً) B. Mumayyaz Malhuzh/Jumlah (المميز الملحوظ), yaitu disebutkan
mumayyaz-nya, dan tamyiz merupakan perubahan dari mubtada’, Fa’il atau
maf’ul bih, dan hukum i’rab-nya wajib nashab. Tamyiz Jumlah atau Tamyiz
Nisbah atau Tamyiz Malhuz adalah tamyiz yang berfungsi menjelaskan
kesamaran kalimat secara keseluruhan. Atau menjelaskan sesuatu yang
masih berhubungan dengan Isim Mubham yang berada dalam suatu kalimat.
Artinya, sesuatu yang akan diperjelas dengan tamyiz masih dianggap samar
dan bukan merupakan bentuk isim yang nampak seperti pada tamyiz mufrad,
melainkan kesamaran makna suatu kalimat secara keseluruhan. Maka dari
itu, tamyiz ini disebut dengan istilah tamyiz jumlah (bukan tamyiz-nya
sendiri yang berbentuk jumlah, melainkan mumayyaznya. Contohnya: (حَسُنَ
خَالِدٌ خُلُقًا). Hukum i’rab tamyiz juga wajib nashab jika terletak
setelah fi’il tafdhil dengan catatan secara makna adalah Fa’il atau
ketika posisi tamyiz ini diubah menjadi berada di posisi Fa’il, dia
tidak mengubah makna kalimat keseluruhan. Contoh: (حَسُنَ خَالِدٌ
خُلُقًا). Boleh Tamyiz Jumlah lebih dari satu, tapi syaratnya wajib
menambahkan huruf athaf. Contoh: (جَمُلَ خَالِدٌ جِسْمًا وَوَجْهًا).
Boleh mengakhirkan amil-amil dari tamyiz-nya, namun lebih baik tetap
diawalkan dan tamyiz diakhirkan. Meskipun terkadang pada tamyiz jumlah
sering ditemukan amil-amil yang diakhirkan, tapi langka, hanya terjadi
dalam syair-syair Arab. 1. Perubahan dari mubtada’. Contoh:
(المُدَرِّسُ أَكْثَرُ مِنَ الطَّالِبِ خِبْرَةً) asal kalimatnya
(خِبْرَةُ المُدَرِّسِ أَكْثَرُ مِنِ خِبْرَةِ الطَّالِبِ) 2. Perubahan
dari Fa’il. Contoh: (طَابَ مُحَمَّدٌ نَفْسًا) asal kalimatnya (طَابَتْ
نَفْسُ مُحَمَّدٍ) 3. Perubahan dari maf’ul bih. Contoh: (غَرَسْتُ
الأَرْضَ شَجَرًا) asal kalimatnya (غَرَسْتُ شَجَرَ الأَرْضِ) III. HUKUM
I’RAB TAMYIZ (حكم إعراب التمييز) A. Tamyiz Halhuzh selalu manshub B.
Tamyiz Malfuzh menjadi manshub apabila mumayyaz berupa isim wazan, kail
atau masahah. Boleh juga me-majrur-kan tamyiz malfuzh dengan idhafah
atau dengan (مِنْ). Contoh: (اِشْتَرَيتُ جِرَامًا ذَهَبًا) atau
(اِشْتَرَيتُ جِرَامَ ذَهَبٍ) atau (اِشْتَرَيتُ جِرَامًا مِنْ ذَهَبٍ) C.
Hukum Tamyiz ‘Adad (yaitu isim nakirah yang terletak setelah ‘adad)
bisa menjadi majrur atau manshub dengan rincian berikut ini: 1. Tamyiz
‘adad dari 3 sampai 10 jamak majrur. Contoh: (رَأَيتُ أَرْبَعَةَ
رِجَالٍ) 2. Tamyiz ‘adad dari 11 sampai 99 mufrad manshub. Contoh: (فِي
الفَصْلِ ثَلَاثَةٌ وَثَلَاثُونَ طَالِبًا) 3. Tamyiz 100 dan 1.000 dan
kelipatannya semuanya mufrad majrur. Contoh: (حَضَرَ الحَفْلَ
أَرْبَعُمِائَةِ شَابٍّ) D. Hukum Tamyiz yang terletak setelah Af’al
Tafdhil yaitu: 1. Apabila menjadi Fa’il dalam maknanya, maka wajib
dibaca Nashab, dengan menjadikan Af’al Tafdhil. Contoh: (أَنْتَ أَكْثَرُ
مَالًا) bisa diucapkan (كَثُرَ مَالُكَ) 2. Apabila tidak menjadi Fa’il
dalam maknanya, maka wajib dibaca Jar dengan di-idhafah-kan, dan
merupakan sebagian dari jenisnya Tamyiz. Hal tersebut dapat diketahui
dengan diperbolehkannya membuang Af’al Tafdhil dan meletakkan lafaz
(بعض) pada tempatnya. Contoh: (زَيْدٌ أَفْضَلُ رَجُلٍ) bisa diucapkan
(زَيْدٌ بَعْضُ جِنْسِ الرَجُلِ). 3. Hal di atas dikecualikan apabila
Af’al Tafdhil di-idhafah-kan pada selain Tamyiz, maka wajib dibaca
Nashab. Contoh: (أَنْتَ أَفْضَلُ النَاسِ رَجُلًا). E. Hukum Tamyiz
dengan huruf (من) boleh dibaca Jar. Hal ini selain pada Tamyiz yang
menjelaskan Adad/hitungan dan selain Tamyiz yang menjadi Fa’il secara
makna. Contoh: (عِنْدِي شِبْرًا أَرْضًا) boleh diucapkan (عِنْدِي شِبْرٌ
مِنْ أَرْضٍ). (غَرَسْتُ الأَرْضَ شَجَرًا) boleh diucapkan (غَرَسْتُ
الأَرْضَ مِنْ شَجَرٍ). Sedang yang menjelaskan hitungan atau menjadi
Fa’il, maka tidak boleh di-jar-kan. Contoh: (طَابَ زَيْدٌ مِنْ نَفْسٍ)
karena asalnya (طَابَ نَفْسُ زَيْدٍ). F. Tidak boleh mendahulukan
Tamyiz atas Amil-nya secara mutlak. Maka tidak boleh mengucapkan:
(عِنْدِي دِرْهَمًا عِشْرُوْنَ) atau (نَفْسًا طَابَ زَيْدٌ). Tetapi ulama
bahasa yang lainnya memperbolehkan hal tersebut namun hukumnya sedikit,
sebagaimana dalam syair: (أَ نَفْسًا تَطِيْبُ بِنَيْلِ المُنَى #
وَدَاعِى المَنُوْنَ يُنَادِي جِهَارًا)IV.
AMIL YANG ME-NASHAB-KAN TAMYIZ A. Yang me-nashab-kan Tamyiz Mufrad
yaitu isim yang dijelaskan oleh Tamyiz. Contoh: (عِنْدِي شِبْرًا
أَرْضًا) B. Yang me-nashab-kan Tamyiz Jumlah yaitu amil yang berada
sebelumnya, yaitu: 1. Berupa Fi’il. Contoh: (طَابَ زَيْدٌ نَفْسًا)2. Berupa Mashdar. Contoh: (عَجِبْتُ مِنْ طَيِّبِ زَيْدٍ نَفْسًا)3. Berupa Isim Fi’il. Contoh: (سَرْعَانَ ذَا إِهَالَةٍ)V.
HUKUM TAMYIZ DAN MA’DUD-NYA (حكم التمييز ومعدوده) A. ‘Adad dari 1 dan
2, hukum tamyiz/ma’dud-nya harus disebutkan setelah ma’dud-nya. Contoh:
(فِي القَرْيَةِ مَسْجِدٌ وَاحِدٌ) tidak boleh mengatakan (فِي القَرْيَةِ
وَاحِدُ مَسْجِدٍ). Contoh lain: (اِشْتَرَيْتُ كِتَابَيْنِ اثْنَيْنِ)
tidak boleh mengatakan (اشْتَرَيْتُ اِثْنَي كِتَابَيْنِ). Karena cukup
penyebutan ma’dud secara langsung sudah mencukupi jumlah yang dimaksud
(mufrad/mutsanna = satu/dua). Maka tidak perlu untuk menyebut ‘adad pada
sebelum ma’dud-nya. B. ‘Adad dari 3 sampai 10 hukum tamyiz/ma’dud-nya:
1. Dijadikan mudhaf ilaih dengan susunan idhafah, yakni me-mudhaf-kan
adad kepada ma’dud yang dibutuhkan sebagai tamyiz-nya. Dan terkadang
tidak di-mudhaf-kan kepada tamyiz-nya tapi cukup di-mudhaf-kan langsung
kepada tamyiz/ma’dud. Karena dalam hal ini si pembicara sudah memaklumi
akan jenis/bentuk ma’dud. Sehingga tidak perlu di-tamyiz. Contoh: (هذِهِ
خَمْسَةُ مُحَمَّدٍ) (خُذْ سَبْعَتَكَ) 2. Ma’dud-nya berbentuk jamak,
yang sering digunakan adalah dalam bentuk Jamak Taksir Qillah. Dan
diketahui juga bahwa maksud jamak dalam ma’dud di sini tidak harus
berupa bentuk jamak dalam istilah, tapi juga bisa masuk kepada semua
jenis isim yang menunjukkan jamak, seperti Isim Jamak dan Isim Jinsi
Jam’i, yang dalam penggunaannya banyak menyertakan huruf jar (مِنْ).
Contoh: (فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ). Terkadang juga langsung
disusun secara idhafah. Contoh: (وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ
رَهْطٍ) 3. Menggunakan bentuk isim mufrad, apabila adad-adad tersebut
diatas ber-tamyiz pada lafaz (مِائَةٌ). Contoh: (فِي المَعْهَدِ
ثَلَثُمِائَةِ طَالِبٍ وَأَرْبَعُمِائَةِ مَقْعَدٍ) 4. Menggunakan bentuk
jamak shahih, apabila tidak terdapat dalam bentuk jamak taksir-nya.
Contoh: (اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ
مِثْلَهُنَّ) 5. Tetap menggunakan bentuk Jamak Taksir Katsrah sekalipun
ada dalam bentuk Jamak Taksir Qillah-nya. Contoh: (وَالْمُطَلَّقَاتُ
يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ ثَلَاثَةَ قُرُوءٍ) C. ‘Adad 100 sampai
dengan 1000 hukum tamyiz/ma’dud-nya pada umumnya harus berupa isim
mufrad yang di-jar-kan menjadi mudhaf ilaih. Contoh: (الزَّانِيَةُ
وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ)
(يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ). Terkadang menggunakan
ma’dud/tamyiz bentuk jamak majrur dari ‘adad (مائة). Contoh:
(وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا)
VI. PERSAMAAN & PERBEDAAN TAMYIZ & HAAL A. Persamaannya,
keduanya berbentuk isim, nakirah, manshub, fadhah (bukan pokok
kalimat/pelengkap) dan menjadi penjelas B. Perbedaannya: 1. Tamyiz
semua bentuk mufrad, adapun Haal terdapat bentuk mufrad, jumlah dan
syibhul jumlah 2. Tamyiz hanya merupakan fadhah (pelengkap) sedangkan
Haal terkadang beralih menjadi umdah kalimah (pokok kalimat) 3. Pada
Tamyiz jumlah, tidak boleh memiliki banyak tamyiz kecuali disekat huruf
athaf, sedangkan dalam Haal boleh keduanya 4. Pada Tamyiz mufrad tidak
boleh mengakhirkan amil, sedangkan dalam Haal boleh keduanya. Contoh
tamyiz: (حَسُنَ خَالِدٌ وَجْهًا وَجِسْمًا) Haal (جَاءَ خَالِدٌ غَاضِبًا
وَبَاكِيًا - جَاءَ خَالِدٌ غَاضِبًا بَاكِيًا) 5. Bentuk tamyiz umumnya
jamid, sedangkan Haal musytaq 6. Tamyiz hanya berfungsi memperjelas,
sedangkan Haal terkadang berfungsi memperkuat Telah datang Zaid, Umar/Saya makan roti, separuhnya.
Siapakah orang ini, Sa’id ataukah Ali?/ Apakah yang kamu kerjakan, baik
ataukah buruk?/ Kapankah kamu datang pada kami, besok atau lusa? Barang siapa yang sampai padaku, yakni meminta tolong padaku, maka ia akan mendapatkan pertolongan. Saya memukul dengan sekali pukulan/dua pukulan/beberapa pukulan. Saya berjalan seperti dua jalannya Zaid, yang baik dan yang buruk.
Ketika banyaknya perkara membuat lalai dan lengah manusia, maka wahai
Zuraiq, ambillah dengan cepat hartanya seperti mengambil musang. Saya memohon hujan pada-Mu. Tunda-tundalah, sementara teman-temanmu telah bersungguh-sungguh.
Ketika kalian (orang-orang Islam), memperbanyak perang terhadap
orang-orang kafir, maka kokohkanlah perjanjian, adakalanya memberi
anugrah (tanpa meminta tebusan) setelah dikalahkan, dan adakalanya
meminta tebusan (dalam melepaskan tawanan). Saya giat belajar, adakalanya menolak sesuatu yang dikuatirkan, dan adakalanya mencapai cita-cita. Zaid berpergian, adakalanya sehat dan adakalanya memperoleh harta yang banyak. Adakalanya karena merusak, mengajar adab, maka pukullah Zaid. Saya memiliki hutang seribu pada Zaid, dengan pengakuan yang sesungguhnya. Anakku adalah kamu dengan sebenarnya. Saya menangis seperti tangisan wanita yang dilarang menikah. Zaid memiliki tangan seperti tangan Singa. Ia memiliki kecerdasan seperti kecerdasan cendikiawan. Saya masuk sebuah rumah, ketika saya masuk terdapat kicauan burung merpati. Khalid memukul pencuri sebab takut dia lari. Khalid bermaksud menyembelih sapi sebab menghormati tamu. Dan Bumi diciptakan karena makhluq. Jangan kau bunuh anak-anakmu karena melarat. Orang lelaki itu bersifat Qana’ah/menerima karena zuhud. Aku menyampuli buku sebab untuk menjaganya.
Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti
kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya
kepada Allah. Khalid menemui kawannya secara tiba-tiba. Aku datang kepadamu hari ini karena meeting besok. Kenapa kau belajar bahasa arab? Sebab menjaga keutuhanya
Bersungguh-sungguh! Sendirian/Saya berbicara dengannya dengan
menampakkan mulutnya pada mulut saya (Berbicara langsung)/ Saya
melepaskan hewan dengan berdesakan/Kaum datang keseluruhan. Bagaimana kamu datang/Dengan kendaraan. Orang yang dapat petunjuk. Zaid adalah saudaramu yang penuh belas kasih. Pukulan saya pada Zaid yang dalam keadaan berdiri. Bershadaqahkanlah dengan satu dirham ke atas. Apakah kamu dalam keadaan duduk, sementara manusia sudah berdiri. Apakah hatimu bahagia dengan menggapai cita-cita bersama sebab-sebab kematian selalu terang-terangan memanggilmu. Zaid baik hatinya. Saya kagum pada baik hatinya Zaid. Lelaki itu cepat mengejutkannya.
0 Comments