Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
BAB 35 : IGHRA’ & TAHDZIR (الإغراء والتحذير) I. PENGERTIAN (تعريف الإغراء والتحذير) Ighra’ secara bahasa berasal dari mashdar (أغرى - يغري - إغراء) yang berarti menganjurkan pada sesuatu dengan cara me-nashab-kan isim dengan fi’il yang dibuang yang berfaidah menyemangati, memotivasi dan anjuran. Dan fi’il-nya dikira-kirakan dengan perkara yang sesuai dengan konteksnya, seperti: (الزم - اطلب - افعل). Ighra’ secara istilah adalah pemberian semangat kepada lawan bicara atas suatu perkara yang terpuji untuk dilakukan atau memberi anjuran kepada pendengar untuk melakukan perbuatan terpuji. Perkara terpuji ini dinamakan “Mughra bih”. Tahdzir adalah memberi peringatan kepada lawan bicara dari perkara yang tidak disenangi supaya dijauhi. Perkara yang dibenci ini dinamakan “Muhadzdzaran minhu”. Mughra bih dan muhadzdzaran minhu selalu di-i’rab sebagai isim manshub oleh fi’il yang dihapus. Contoh: (الصِّدْقَ الصِّدْقَ). (الصِّدْقَ yang pertama adalah maf’ul bih bagi fi’il yang dihapus, tersiratnya اِلْزَمْ -الصِّدْقَ ke dua sebagai taukid lafzi manshub). Ungkapan-ungkapan seperti ini sekalipun tampaknya memang terdiri dari satu kata atau dua kata sejajar, namun sebenarnya merupakan sebuah kalimat lengkap, setidaknya dilihat dari aspek pesan yang dikandungnya. Diharapkan kepada pembaca bahasa Arab untuk tidak salah memahami pada pola ini. Sebagai gambaran, misalnya pembaca bahasa Arab salah memahami kalimat. Dengan demikian, untuk memahami teks bahasa Arab secara obyektif, diperlukan pemahaman terhadap konteks pembicaraannya secara jeli. Ke-manshub-an kata-kata di atas disebabkan oleh kata kerja perintah (Fi’il Amr) tersimpan yang sesuai dengan kata-kata itu. Oleh karenanya, pada dasarnya contoh-contoh di atas merupakan kalimat lengkap. Cara mengidentifikasi gaya ungkapan ini dengan melihat bahwa suatu kalimat hanya terdiri dari satu kata atau dua kata yang sejajar dan kesemuanya dibaca manshub. Cara menerjemahkan pola ini dengan menggunakan kata-kata yang bermakna menganjurkan atau memperingati. II. BENTUK-BENTUK IGHRA’ & TAHDZIR (صورة الإغراء والتحذير) A. Bentuk Tahdzir 1. Hanya menyebutkan muhadzar minhu yang berupa isim dzahir. Contoh: (البَرْدَ) 2. Menyebutkan muhadzar minhu yang berupa isim dzahir kemudian mengulangnya, atau dengan meng-athaf-kan isim yang sepadan dengannya. Contoh: i. (البَرْدَ البَرْدَ) berkedudukan sebagai maf’ul bih dan yang kedua sebagai taukid dari sebelumnya. ii. (البَرْدَ وَالمَطَرَ) berkedudukan sebagai maf’ul bih dan (المطر) sebagai ‘athaf dari (البَرْدَ). 3. Menyebutkan isim dhahir yang di-mudhaf-kan pada “kaf mukhatab” yang kembali pada muhadzir. Contoh: (رَأْسَكَ). Boleh juga mengucap (رَأْسَكَ رَأْسَكَ) sebagai taukid atau (رَأْسَكَ وَوَجْهَكَ) menyebutkan isim yang sepadan dengan sebelumnya sebagai ‘athaf. 4. Menyebutkan isim dhahir yang mudhaf pada “kaf mukhatab” yang kembali pada muhadzar disertai dengan mengathafkan isim yang lain. Contoh: (رَأْسَكَ وَالجِدَارَ) 5. Menyebutkan muhadzar yang berupa dhamir manshub (dan lain-lain), dan setelahnya berupa muhadzar minhu yang didahului dengan wawu. Contoh: (إِيَّاكَ وَالكَذِبَ) dhamir mansub yang diikuti dengan wawu ‘athaf sebelum muhadzar minhu. 6. Menyebutkan muhadzar yang berupa dhamir mansub, dan setelahnya berupa muhadzar minhu yang di-majrur-kan oleh (من). Contoh: (إِيَّاكَ مِنَ الكَذِبَ) 7. Menyebutkan muhadzar yang berupa dhamir mansub, yang mana muhadzar minhu tidak didahului dengan (و) atau (من). Contoh: (إِيَّاكُمْ اِتِّبَاعُ هَوَى النَفْسِ) 8. Tahdzir menggunakan selain dhamir mukhatab: i. Dihukumi syadz jika berupa dhamir mutakallim. Contoh: (لِتَذُكَّ لَكُمُ الأَسَلُ وَالرِمَاحُ وَالسِهَامُ # وَإِيَّايَ وَأَنْ يَحْذِفَ أَحَدَكُمُ الأَرْنَبَ). Taqdir-nya adalah (إِيَّايَ بَاعِدُوْا عَنْ حَذْفِ وَبَاعِدُوْا أَنْفُسَكُمْ عَنْ أَنْ يَحْذِفَ أَحَدَكُمُ الأَرْنَبَ). ii. Dihukumi sangat syadz jika berupa dhamir ghaib. Contoh: (إِذَا بَلَغَ الرَجُلُ السِتِّيْنَ فَإِيَّاهُ وَإِيَّا الشَوَابِ). Taqdir-nya adalah (فَلْيَحْذَرْ تَلَا فِي نَفْسِهِ وَأَنْفُسِ الشَوَابِ). B. Bentuk Ighra’ 1. Mengulang isim yang disukai (mughra’ bih). Contoh: (الصَلَاةَ، الصَلَاةَ). Lafaz (الصلاة) yang pertama sebagai maf’ul bih dari fi’il (الزم) yang dibuang. Sedangkan (الصلاة) yang kedua sebagai taukid dari isim yang pertama. 2. Menyebutkan mughra bih disertai dengan ‘athaf dan isim terpuji lainnya. Contoh: (الإِخْلَاصَ وَالطَاعَةَ). Lafaz (الإخلاص) maf’ul bih dari fi’il yang dibuang, (و) huruf ‘athaf dan (الطاعة) ma’thuf ‘alaih. 3. Menyebutkan mughra bih yang mudhaf dengan dhamir mukhatab. Seperti contoh syair: (أَخَاك أَخَاكَ إِنَّ مَنْ لَا أَخَالَهُ # كَسَاعٍ إِلَى الهَيْجَا بِغَيْرِ سِلَاحٍ). Kalimat idhafah dari (أخاك).
0 Comments