Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
‘ADAD &
MA’DUD (العدد
والمعدود)
(1) Pengertian ‘Adad & Ma’dud; (2) Macam-Macam Pembagiannya (Mufrad, Idhafah, Murakkab, Ma’thuf wa Ma’thuf Alaih, Uqud, Bilangan Ratusan, Ribuan, Jutaan, Milyaran & Triyunan); (3) ‘Adad dari Segi I’rab & Bina’; (4) ‘Adad dari Segi Mudzakkar & Mu’annats; (5) Ta’rif ‘Adad dengan Alif Lam (Apabila Mufrad, Murakkab & Berupa Ma’thuf dan Ma’thuf ‘Alaih); (6) ‘Adad Tartibi/Bentuk ‘Adad dengan Wazan Fa’ilun Menunjukkan Urutan; (7) Meng-Idhafah-kan ‘Adad; (8) ‘Adad Qiyasi/Kiasan; Soal-Soal Latihan.
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
PEMBAHASAN ILMU NAHWU TERLENGKAP (klik disini)
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########
BAB 31 : ‘ADAD & MA’DUD (العدد والمعدود) I. PENGERTIAN (تعريف العدد والمعدود) ‘Adad
adalah sesuatu yang menunjukkan bilangan, satu, dua, tiga dan
seterusnya. Sedangkan Ma'dud adalah yang menunjukkan “sesuatu” yang
terhitung. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Syauqi Dhaoyf ,
bahwa 'Adad adalah setiap kata benda atau kata sifat yang menunjukkan
jumlah sesuatu, atau yang menunjukkan sebuah urutan. II. MACAM-MACAM PEMBAGIAN ‘ADAD (أنواع العدد) A. ‘Adad Mufrad (العدد المفرد) adalah isim ‘adad yang kosong dari Tarkib dan ‘Athaf. Yaitu satu (واحد) dan dua (اثنان). 1.
Kaidah dasarnya adalah ‘adad dan ma’dud-nya harus sesuai dari segi
mudzakkar dan mu’annats-nya. Contoh: (جَاءَ رَجُلٌ وَاحِدٌ) (جَاءَ
رَجُلاَنِ اثْنَانِ) (جَاءَتْ امْرَأَةٌ وَاحِدَةٌ) (جَاءَتْ امْرَأَتاَنِ
اثْنَتَانِ) 2. Isim ‘Adad ini tidak boleh mendahulukan Isim ‘Adad-nya. Contoh: (وَاحِدٌ رَجُلٌ) 3.
Isim ‘Adad ini boleh disebutkan bersamaan dengan Ma’dud-nya dengan
syarat Isim ‘Adad-nya diletakkan setelah Ma’dud dengan tarkib sebagai
Na’at. B.
'Adad Idhafah (العدد الإضافي) adalah bilangan yang dimulai dari angka 3
(tiga) - 10 (sepuluh). Jika 'adad –'adad tersebut disambungkan atau
di-mudhaf-kan dengan suatu isim, maka akan memiliki kaidah-kaidah
tertentu. Contoh: (ثَلَاثَةُ رِجَالٍ) (ثَلَاثُ نِسَاءٍ). Dari contoh
pertama dan kedua tersebut bisa kita lihat, bahwa kedua 'Adad tersebut,
yakni kata (ثلاثة) dan (ثلاث) dibentuk dengan jenis yang berbeda, contoh
yang pertama menggunakan Ta’ marbuthah (mu’annast) dan ma’dud-nya
berasal dari isim mudzakkar (رجال), sedangkan contoh yang kedua tidak
menggunakan Ta’ marbuthah (mudzakkar), dan ma’dud-nya berasal dari isim
mu’annats (نساء), selain itu ma'dud kedua contoh tersebut dalam bentuk
jamak, dan dibaca jar. Ada beberapa kaidah dalam ‘Adad Idhafah: 1. Antara 'adad dan ma'dud dalam 'adad idahafah selalu berlawanan dalam hal mudzakkar dan mu’annats. 2. Ma'dud dalam 'adad idhafah harus selalu dibentuk menjadi isim jamak dan selalu dibaca jar. 3.
Ketika melihat ma'dud apakah mudzakkar atau mu'annast, hendaklah
dilihat ketika mufradnya, contoh kata (جنيهات) bukanlah mu'annast, tapi
kita anggap mudzakkar, sebab mufrad-nya adalah (جنيه), jadi bukan
(ثَلَاثُ جُنَيْهَاتٍ) tapi yang benar adalah (ثَلَاثَةُ جُنَيْهَاتٍ). 4. Dalam bilangan 8 (delapan) terdapat 3 bentuk terkait huruf (ي) dalam ‘adad-nya, yaitu: a. Jika di-idhafah-kan, huruf (ي) tetap ada tertulis. Contoh: (ثَمَانِي طَالِبَاتٍ) (ثَمَانِي نِسَاءٍ) b.
Jika tidak di-idharah-kan dan ma’dud-nya mudzakkar, maka huruf (ي)
tetap ada tertulis. Contoh: (لَعِبَ مِنَ الأَصْحَابِ ثَمَانِيَةٌ) c.
Jika tidak di-idhafah-kan dan ma’dud-nya mu’annats, maka huruf (ي)
tetap ada ditulis untuk keadaan nashab dan untuk keadaan rafa dan jar
harus dibuang. Contoh: (رَأَيْتُ مِنَ الطَالِبَاتِ ثَمَانِيًا) (ذَهَبَتْ
مِنَ الطَالِبَاتِ ثَمَانٍ) (مَرَرْتُ بِثَمَانٍ مِنَ الطَالِبَاتِ) C.
‘Adad Murakkab (العدد المركب) bersama puluhan adalah isim ‘adad
susunan dua bilangan menjadi satu dengan susunan Tarkib Mazji. Yaitu
bilangan dari 11 (أحد عشر) sampai 19 (تسعة عشر). Kaidah-kaidah
penggunaannya yaitu: 1. Bilangan Sebelas: a.
Apabila Ma’dud-nya Mudzakkar, maka tidak memakai Ta’nits, diucapkan
(أَحَدَ عَشَرَ). Contoh: (مَكَثْنَا فِي الإِسْكَنْدَرِيَّةِ أَرْبَعَةَ
عَشَرَ يَوْمًا وَخَمْسَ عَشْرَةَ لَيْلَةً) b.
Apabila Ma’dud-nya Mu’annats, maka disertai Ta’nits. Diucapkan
(إِحْدَى عَشْرَةَ). Contoh: (رَأَيْتُ إِحْدَى عَشْرَةَ اِمْرَأَةً) c. I’rabnya Mabni dengan Fathah. 2. Bilangan dua belas ketentuannya adalah: a. Mudzakkar. Contoh: (اِثْنَا عَشَرَ رَجُلًا) b. Mu’annats. Contoh: (اِثْنَتَا عَشْرَةَ اِمْرَأَةً) c. I’rab keduanya: i. Rafa’ dengan Alif. Contoh sebelumnya. ii. Nashab dengan Ya’. Contoh: (رَأَيْتُ اِثْنَي عَشَرَ رَجُلًا) iii. Jar dengan Ya’. Contoh: (مَرَرْتُ بِاثْنَتَي عَشْرَةَ اِمْرَأَةً) 3. Bilangan tiga belas sampai dengan sembilan belas ketentuannya adalah: a. Mudzakkar. Contoh: (ثَلَاثَةَ عَشَرَ رَجُلًا) b. Mu’annats. Contoh: (ثَلَاثَ عَشْرَةَ اِمْرَأَةً) c. I’rabnya Mabni dengan Fathah. 4.
Satuan selalu berlawanan dengan ma’dud, yakni jika ma’dudnya mudzakkar
maka satuannya menggunakan Ta’ marbuthah, sebaliknya jika, jika
ma’dudnya mu’annasts, maka satuannya tanpa Ta’ marbuthah. 5. Berdeda dengan satuannya, puluhan selalu sesuai dengan ma’dudnya dalam hal mudzakkar dan mu’annats. 6. Ma’dud selalu mufrod dan dibaca nasab, karena tamyiz D.
‘Adad Ma’thuf dan Ma’thuf Alaih (العدد المعطوف) adalah isim ‘adad
susunan Athaf yaitu 21 sampai 99 selain bilangan puluhan atau ‘adad yang
ada di antara dua ‘adad. Contoh: (جَاءَ تِسْعٌ وَتِسْعُوْنَ
تِلْمِيْذَةً) (عَالَجَ الطَبِيْبُ خَمْسَةٌ وَعِشْرِيْنَ مَرِيْضًا).
Tidak berbeda dengan ‘adad yang sebelumnya, bahwa satuannya selalu
bertentangan dengan ma’dud. Yang membedakan dengan ‘adad murokkab adalah
terdapatnya (واو العطف) yang berada diantara satuan dan puluhan. Untuk
puluhannya kita lihat contoh yang pertama dibaca rafa’, sedang contoh
yang kedua dibaca nasab, ini karena puluhan tersebut i’rab-nya mengikuti
i’rab satuan. Artinya jika satuannya dibaca rafa’ , maka puluhan juga
dibaca rafa’ , demikian juga jika satuannya di baca nasab/jar, maka
puluhan juga dibaca nasab/jar. Kaidah-kaidah penggunaannya yaitu: 1. Sama seperti ‘adad sebelumnya, bahwa satuan selalu berlawanan dengan ma’dudnya dalam hal mudzakkar dan mu'annats. 2.
‘I’rabnya “puluhan” senantiasa mengikuti “satuan” (hukum athaf dan
ma’thuf), sedangkan ‘i’rab-nya satuan tergantung kedudukannya dalam
kalimat, artinya jika satuan tersebut menjadi Fa’il Contoh: () maka
harus dibaca rafa’, jika menjadi maf’ul bih, maka harus dibaca nasab. 3. Ma’dud senantiasa dibaca mufrad nasab. E.
‘Adad Uqud (ألفاظ العقود) adalah isim ‘adad puluhan/kelipatan sepuluh.
Yaitu bilangan dari 20 (عشرون) sampai 90 (تسعون). Contoh: (وَوَاعَدْنَا
مُوْسَى ثَلَاثِيْنَ لَيْلَةً) (فِى القَاعَةِ عِشْرُوْنَ طَالِبًا
وَثَلَاثُوْنَ طَالِبَةً). Puluhan-puluhan yang ada dalam kedua contoh
tersebut, dibaca berbeda, contoh yang pertama puluhan dibaca nasab,
sedang contoh yang kedua puluhan dibaca rafa’, hal ini karena
masing-masing puluhan tersebut menempati kedudukan yang berbeda dalam
kalimat. Pada ma’dud kita lihat dalam bentuk mufrad dan dibaca nasab.
Kaidah-kaidah penggunaannya: 1.
Pada puluhan berlaku hukum jamak mudzakkar salim dalam hal i’rab-nya,
yakni jika harus dibaca rafa’, maka menggunakan tanda (ثلاثون - ون),
tapi jika harus dibaca nasab/jar, maka tandanya adalah (ثلاثين - ين).
Sedangkan cara menentukan i’rab-nya, tergantung kedudukannya dalam
kalimat. 2. Ma’dud selamanya berupa isim mufrad dan dibaca nasab. F. Bilangan ratusan (مئة - مائة). Kaidahnya: 1. Ma’dud-nya harus mufrad dan majrur sebagai mudhaf ilaih. Contoh: (عِنْدِي مِائَةٌ) (مِئَةُ كِتَابٍ). 2.
Angka 200 bentuknya musanna, jadi i’rab-nya mengikuti i’rab mutsanna
yaitu rafa dengan alif, nashab dan jar dengan ya’. Kemudian huruf (ن)
dibuang karena idhafah. Contoh: (حَضَرَ مِئَتَا طَالِبٍ) (شَاهَدْتُ
مِئَتَي طَالِبٍ) (مَرَرْتُ عَلَى مِئَتَي طَالِبٍ) 3. Angka 100 jika menjadi mudhaf ilaih bentuknya tetap mufrad. Contoh: (لِي خَمْسُمِائَةِ كِتَابٍ) G. Bilangan ribuan (ألف). Kaidahnya: 1. Ma’dud-nya harus mufrad dan majrur sebagai mudhaf ilaih. Contoh: (لِي أَلْفُ كِتَابٍ) 2.
Angka 2000 sama seperti 200 bentuknya musanna, jadi i’rab-nya
mengikuti i’rab mutsanna yaitu rafa dengan alif, nashab dan jar dengan
ya’. Kemudian huruf (ن) dibuang karena idhafah. 3.
Angka 1000 jika menjadi mudhaf ilaih bentuknya harus jamak, berbeda
dengan angka 100. Contoh: (اِشْتَرَيْتُ خَمْسَةَ آلَافِ كِتَابٍ) H. Bilangan jutaan (مِلْيُوْنَ - مِلْيُوْنَانِ - مَلَايِيْنَ) I. Bilangan milyaran (مِلْيَارُ - مِلْيَارَانِ - مِلْيَارَاتٌ) J. Bilangan triyunan (تَرْيِلْيُوْنَ - تَرْيِلْيُوْنَانِ - تَرْيِلْيُوْنَاتٌ) III. ‘ADAD DARI SEGI I’RAB & BINA’ (العدد باعتبار الإعراب والبناء) Semua
‘adad mu’rab, yaitu marfu’, manshub atau majrur sesuai kedudukannya
dalam kalimat, kecuali ‘adad dari 11 sampai 19, semuanya selalu mabni
dengan fathah pada kedua sisinya, kecuali ‘adad 12 ( اثْنَا عَشَرَ dan
اثْنَتَا عَشْرَةَ)[4) keduanya di-i’rab sisi pertamanya sebagaimana
i’rab-nya mutsanna dan di-mabni-kan sisi ke dua atas fathah. Contoh:
(قَرَأْتُ أَرْبَعَةَ كُتُبٍ) (اِدْفَعُوا مَبْلَغَ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينِ
قِرْشًا) (اِدْفَعُوا مَبْلَغًا وَقَدْرُهُ سَبْعَةٌ وأَرْبَعُونَ
جُنَيهًا) (نَجَحَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ طَالِبًا) (حَضَرَ اثْنَا عَشَرَ
طَالِبًا وَكَتَبُوا اثْنَيْ عَشْرَةَ رِسَالَةً) IV. ‘ADAD DARI SEGI MUDZAKKAR & MU’ANNATS (العدد باعتبار المذكر والمؤنث) A.
Dua bilangan 1 dan 2 selalu mencocoki ma’dud dari segi mudzakkar dan
mu’annats, sama saja apakah mufrad, murakkab atau ma’thuf kepada
keduanya. B.
Bilangan 1 mempunyai dua lafaz, yaitu: (وَاحِدٌ) mu’annats-nya
(وَاحِدَةٌ) dan (أَحَدٌ) mu’annats-nya (إِحْدَى). Contoh: (بِالقَرْيَةِ
مَدْرَسَةٌ وَاحِدَةٌ) (بَعْضُ الشُّهُورِ وَاحِدٌ وثَلَاثُونَ يَومًا)
(رَأَى يُوسُفُ أَحَدَ عَشَرَ كَوكَبًا) (تَعَلَّمْتُ بِإِحْدَى مَدَارِسِ
طَنْطَا) C.
Bilangan 2 lafaz-lafaznya (اثْنَانِ) dan (اثْنَتَانِ) pada posisi
marfu’. (اثْنَينِ) dan (اِثْنَتَينِ) pada posisi nashab dan jar. Contoh:
(لِي أَخَوَانِ اثْنَانِ وَأُخْتَانِ اثْنَتَانِ) (عُمْرُ أُخْتِي
اثْنَتَا عَشْرَةَ سَنَةً وَعُمْرِي اِثْنَتَانِ وَعِشْرُونَ سَنَةً)
(رَأَيتُ اثْنَينِ وَثَلَاثِينَ طَالِبًا) D.
‘Adad dari 3 sampai 9 kebalikan dari ma’dud secara mudzakkar dan
mu’annats, sama saja apakah mufrad atau murakkab atau di-athaf-kan.
Ketika menentukan jenis dari ma’dud maka selalu diperhatikan kepada
mufrad-nya (Misalnya 3 junaih, ditulis: ثَلَاثَةُ جُنَيهَاتٍ di mana
mufrad dari ma’dud mudzakkar yaitu: جُنَيه ). Contoh: (قَرَأْتُ
أَرْبَعَةَ كُتُبٍ) (بِالمَنْزِلِ خَمْسُ حُجُرَاتٍ) (نَجَحَ ثَلَاثَةَ
عَشَرَ طَالِبًا) (اِعْتَمَدَ القَرَارَ سَبْعٌ وَثَلَاثُونَ دَولَةً) E.
‘Adad 10 kebalikan dari ma’dud apabila mufrad, dari jenis ma’dud dan
murakkab. Pada asalnya huruf (شِيْن) pada ‘adad 10 di-fathah (عَشَرَ),
boleh juga disukun apabila bersambung dengan Ta’ ( عَشْرَةَ ).
Sebagaimana dijelaskan, bahwa ‘adad 10 mu’rab apabila mufrad dan selalu
mabni atas fathah apabila murakkab. Contoh: (حَضَرَ عَشْرَةُ رِجَالٍ)
(قَابَلْتُ عَشَرَ سَيِّدَاتٍ) (مَكَثْنَا فِي الإِسْكَنْدَرِيَّةِ
أَرْبَعَةَ عَشَرَ يَومًا وَخَمْسَ عَشْرَةَ لَيلَةً) F.
Lafaz-lafaz ‘uqud /puluhan (dari 20-90), 100, 1.000 dan kelipatannya
tidak berbeda bentuknya ketika bersama ma’dud dari segi mudzakkar dan
mu’annats, sama saja apakah mufrad atau murakkab atau di-’athaf-kan.
Contoh: (وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيلَةً) (المُسَافِرُ مِنَ
القَاهِرَةِ إِلَى الإِسْكَنْدَرِيَّةِ يَقْطَعُ حَوَالَي مِائَتَينِ
وَعِشْرِينَ كِيلُومِتْرًا) V. TA’RIF ‘ADAD DENGAN ALIF LAM (ال) A.
Apabila mufrad, maka (ال) dimasukkan kepada isim setelah ‘adad (yaitu
mudhaf ilaih). Contoh: (جَاءَ سِتَّةُ الطَّلَبَةِ) (اُسْتُدِلَّتْ
خَمْسَةُ الدِّينَارَاتِ) B.
Apabila murakkab, maka (ال) dimasukkan kepada awalnya (yaitu bagian
pertama). Contoh: (قَضَينَا الخَمْسَةَ عَشَرَ يَومًا بِالمَصِيْفِ) C.
Apabila berupa ma’thuf dan ma’thuf alaih, maka (ال) dimasukkan kepada
dua bagiannya. Contoh: (قَرَأْتُ الخَمْسَةَ وَالعِشْرِينَ كِتَابًا) VI. ‘ADAD TARTIBI ATAU BENTUK ‘ADAD DENGAN WAZAN (فَاعِل ) MENUNJUKKAN URUTAN (العدد الترتيبي) Disebut
juga ‘Adad Tartibi. Apabila ‘adad dibentuk dengan wazan (فَاعِل) yang
menunjukkan kepada urutan, maka ‘adad mencocoki ma’dud dari segi tadzkir
dan Ta’nits pada semua keadaan dan i’rab, kecuali ‘adad dari 11-19,
yaitu mabni pada kedua bagiannya. Contoh: (تُذَاعُ نَشْرَةُ الأَخْبَارِ
فِي السَّاعَةِ الثَّامِنَةِ وَالنِّصْفِ) (تَرْتِيبُ هذِه الطَّالِبَةِ
الثَّالِثَةُ وَالعِشْرُونَ) (يَظْهَرُ القَمَرُ بَدْرًا فِي اللَيلَةِ
الرَّابِعَةَ عَشْرَةَ مِنَ الشَّهْرِ العَرَبِيِّ). Kaidah-kaidahnya: A.
Mengikuti wazan Fa’il lalu ma’dud dan ‘adad harus sama dari segi
mudzakkar dan mu’annats-nya. Contoh: (الرَجُلُ الأَوَّلُ) (المَرْآةُ
الأُوْلَى) (اليَوْمُ الحَادِي عَشَرَ) (اللَيْلَةُ الحَادِيَةَ عَشْرَةَ),
seterusnya sampai angka 19. B.
Untuk hitungan puluhan dalam kaidah tartibi harus memakai Alif Lam
Ma’rifah. Contoh: (اليَوْمُ الحَادِي وَالعِشْرُوْنَ), seterusnya sampai
angka 99. VII. MENG-IDHAFAH-KAN ISIM ‘ADAD A.
Meng-idhafah-kan Murakkab ‘Adadi dengan cara tidak menyebutkan
Tamyiz-nya. Contoh: (هَذِهِ أَحَدَ عَشَرَكَ) artinya: Ini adalah sebelas
(kitab)mu. B. Peng-idhafah-an Adad Tartibi. 1.
Bilangannya sama. Contoh: (ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ) (ثَانِي اِثْنَيْنِ)
(ثَانِيَةُ اِثْنَتَيْنِ) (ثَالِثَةُ ثَلَاثٍ) (عَاشِرَةُ عَشْرٍ) 2. Bilangannya berbeda. Contoh: (رَابِعُ ثَلَاثَةٍ) (رَابِعَةُ ثَلَاثٍ) C.
‘Adad Tartibi di-idhafah-kan pada Murakkab Adadi. Contoh Mudzakkar:
(حَادِى عَشَرَ أَحَدَ عَشَرَ) (ثَانِي عَشَرَ اِثْنَي عَشَرَ) (ثَالِثُ
عَشَرَ ثَلَاثَةَ عَشَرَ). Contoh Mu’annats: (حَادِيَةَ عَشْرَةَ إِحْدَى
عَشْرَةَ) (ثَانِيَةَ عَشْرَةَ اِثْنَتَي عَشْرَةَ) (ثَالِثَةَ عَشْرَةَ
ثَلَاثَ عَشْرَةَ) VIII. ‘ADAD KIASAN (العدد القياسي) ‘Adad
Kiasan, yaitu ada beberapa kiasan yang bukan ‘adad akan tetapi
menunjukkan kepada makna ‘adad. Oleh sebab itu dinamakan ‘adad kiasan.
Lafaz-lafaz kiasan yang terpenting adalah: (نَيِّف – كَذَا – كَمْ
(الخَبَرِيَّة) – كَمْ الأِسْتِفْهَامِيَّة – بِضْع). A.
Lafaz (بِضْع) yaitu digunakan untuk menunjukkan kepada bilangan 3-9
dan kata ini mengambil hukum bilangan tersebut dari segi tadzkir,
Ta’nits dan tamyiz. Contoh: (قَرَأْتُ بِضْعَ قَصَصٍ) = Aku membaca
beberapa (3-9) kisah. Perlu diperhatikan bahwa (بِضْع) datang pada
contoh yang lewat berkebalikan dengan ma’dud karena mengikuti ‘adad
dari 3-9. B.
Lafaz (كَمْ الأِسْتِفْهَامِيَّة) yaitu untuk bertanya tentang ‘adad,
membutuhkan jawaban dan tamyiz-nya mufrad manshub.. Contoh: (كَمْ
مَدِينَةً شَاهَدْتَ؟) (كَمْ كِتَابًا فِي المَكْتَبَةِ؟). Boleh pula
me-majrur-kan tamyiz-nya (كَمْ) apabila masuk kepadanya huruf jar.
Contoh: (بِكَمْ قُرْشٍ اشْتَرَيتَ هذَا الكِتَابَ) C.
Lafaz (كَمْ الخَبَرِيَّة) yaitu memberi makna pemberitaan tentang
banyaknya bilangan tanpa membutuhkan kepada jawaban dan tamyiz-nya
mufrad majrur atau jamak majrur dengan meng-idhafah-kan (كَمْ) kepada
isim tersebut atau dengan huruf jar (مِنْ). Contoh: (!كَمْ نُقُودٍ
أَنْفَقْتَ) (!كَمْ مِنْ نُقُودٍ أَنْفَقْتَ) (!كَمْ كِتَابٍ عِنْدَكَ)
(كَمْ مِنْ كِتَابٍ عِنْدَكَ) D.
Lafaz (كَذَا) yaitu digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang banyak
dan datang dalam bentuk sendirian, diulang atau di-’athaf-kan.
Tamyiz-nya manshub mufrad atau jamak. Contoh: (حَضَرَ المُبَارَاةَ كَذَا
مُتَفَرِّجًا - كَذَا مُتَفَرِّجِينَ - كَذَا وَكَذَا مُتَفَرِّجِين ) =
Pertandingan itu dihadiri oleh sekian penonton. E.
Lafaz (نَيِّف) yaitu digunakan untuk menunjukkan kepada bilangan di
antara dua puluhan, misalnya antara 20 dan 30, atau antara 30 dan 40,
dan seterusnya. Contoh: (قَرَأْتُ نَيِّفًا وَثَلَاثِينَ قِصَّةً) = Aku
membaca 30-an kisah.
0 Comments