Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
5. CARA ADZAN
Ahli-ahli fiqih sepakat bahwa lafaz adzan adalah
disebut dua kali (bagi tiap-tiap kalimatnya). Hal ini berdasarkan riwayat
mutawatir yang tidak ada tambahan atau pengurangannya. Mereka juga sepakat
bahwa dalam adzan Shubuh ada tambahan, yaitu (الصلا خير من النوم) sebanyak, dua kali selepas mengumandangkan (حي على الفلاح). Ini berdasarkan hadits dari sahabat
Bilal. Hadis riwayat Ath-Thabrani dan lain-lain (Nashbur Rayah jilid
1 halaman 264).
Juga, berdasarkan sabda baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
yang ditujukan kepada Abi Mahdzurah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawud, “Jika adzan
shubuh, hendaklah kamu membaca: (الصلا خير من النوم) dua kali.”
Para ulama berselisih pendapat mengenai tarji',
yaitu melafazkan dua kalimat syahadat dalam adzan dengan perlahan, kemudian melafazkan
lagi keduanya dengan suara yang keras. Golongan ulama Maliki dan Syafi'i
mengakui hal ini, tetapi ulama Hanafi dan Hambali
mengingkarinya. Namun, ulama Hambali mengatakan bahwa jika dilakukan tarji', adzannya tidaklah makruh.
Golongan ulama Hanafi dan Hambali, menurut pendapat
yang terpilih (Al-Lubab Syarhul Kitab jilid 1 halaman 62 dan seterusnya;
Al-Bada’i jilid 1 halaman 147; Fathul Qadir jilid 1 halaman 167
dan seterusnya; Ad-Durrul Mukhtar jilid 1 halaman 358 dan seterusnya; Al-Mughni
jilid 1 halaman 404; Kasysyaful Qina’ jilid 1 halaman 273)
menyatakan bahwa adzan mempunyai lima belas (15) kalimat tanpa tarji',
seperti yang disebut dalam hadits Abdullah bin Zaid, yang telah lalu (hadis
tentang adzannya malaikat yang turun dari langit, yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud di dalam Sunan-nya (Nashbur Rayah jilid 1 halaman 259)), yaitu:
Seperti yang disebut dalam kitab Al-Bada'i
dan Muraqil Falah hendaklah huruf ra' dalam kalimat takbir
dimatikan, begitu juga huruf terakhir dari setiap kalimat-kalimat yang ada
dalam adzan dan juga iqamah, sebagaimana pendapat ulama Maliki. Namun, dalam
kitab Ad-Durrul Mukhtar disebutkan hendaknya kalimat (الله أكبر) dibaca
fathah (huruf ra’ yang asalnya disukun, dibaca fathah sebagai ganti
fathahnya huruf alif pada lafaz al-jalalah yang terletak setelahnya), seperti
yang dikatakan oleh ulama Syafi'i. Artinya apabila dua kalimah takbir
digabungkan dengan sekali nafas, maka ra' yang pertama difathah dan ra'
yang kedua disukun. Menurut setengah ulama Syafi'i, disunnahkan berhenti setiap
mengucapkan tiap-tiap kalimat adzan, karena ia diriwayatkan sedemikian.
Ulama Maliki dan Syafi'i (Asy-Syarhush
Shaghir jilid 1 halaman 248-250; Al-Qawanin Al-Fiqhiyyah halaman 47;
Mughnil Muhtaj jilid 1 halaman 135 dan setelahnya; Al-Muhadzdzab jilid
1 halaman 55 dan setelahnya; Al-Majmu’ jilid 3 halaman 97) berpendapat bahwa
kalimat-kalimat adzan adalah masyhur. Bilangannya termasuk tarji' adalah
sembilan belas (19) kalimat. Hal ini berdasarkan adzan yang disunnahkan, yaitu
adzan Abi Mahdzurah yang di dalamnya terdapat tarji' yaitu membaca dua kalimah
syahadat sebanyak dua kali. Hadits riwayat al-jama'ah, dari Abu
Mahdzurah. Redaksinya adalah, "Baginda Rasul telah mengajarkannya adzan
sebanyak 19 kalimat. Rasul menyebutkannya dengan tarbi' (mengulang empat kali)
dua kalimah syahadah sebagaimana tarbi' takbir.” (Nashbur Rayah jilid
1 halaman 263; Nailul Authar jilid 2 halaman 43).
PEMBAHASAN LENGKAP FIKIH 4 MADZHAB
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########
0 Comments