BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ١

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang.”

Ayat ini merupakan dua nama dalam bentuk mubalaghah (bermakna lebih) yang berasal dari satu kata ar-Rahmah. Namun kata ar-Rahman lebih menunjukkan makna yang lebih daripada kata ar-Rahim. Hal ini sesuai dengan apa yang dinukilkan oleh Imam Ibnu Jarir atas kesepakatan para ulama dalam kitab tafsir sebagian salaf. Seperti yang telah disebutkan dalam atsar mengenai kisah Nabi Isa ‘alaihissalam bahwasanya pernah dikatakan: “Ar-Rahman artinya Yang Maha Pengasih di dunia dan akhirat, sedangkan Ar-Rahim artinya Yang Maha Penyayang di akhirat.” Sebagian di antara ulama ada yang menduga bahwa lafaz ini tidak ber-musytaq karena seandainya ber-musytaq niscaya tidak dihubungkan dengan sebutan subyek yang dibelaskasihani. Allah Ta’ala telah berfirman dalam Surah Al-Ahzab ayat 43 yang artinya: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman.” Ibnu Al-Anbari di dalam kitab Az-Zahir meriwayatkan dari Al-Mubarrad bahwa Ar-Rahman adalah nama Ibrani, bukan nama Arab. Abu Ishaq Az-Zujaji dalam kitab Ma’ani Quran bahwa Ahmad bin Yahya mengatakan Ar-Rahim adalah nama Arab dan Ar-Rahman adalah nama Ibrani. Tetapi pendapat ini ditolak oleh sebagian ulama.

Imam Al-Qurthubiy mengatakan bahwa lafaz Ar-Rahman memiliki asal kata yaitu sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Abd Ar-Rahman bin ‘Auf bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا الرَّحْمَنُ خَلَقْتُ الرَّحِمَ وَشَقَقْتُ لَهَا اسْمًا مِنَ اسْمِي فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُهُ»

Artinya: “Allah berfirman, ‘Akulah Ar-Rahman (Yang Maha Pengasih), Aku telah menciptakan Rahim dan Aku belahkan salah satu nama-Ku buatnya. Maka barang siapa yang menghubungkannya, niscaya Aku berhubungan (dekat) dengannya; dan barangsiapa yang memutuskannya, niscaya Aku putus (jauh) darinya.”

Imam Al-Qurthubiy mengatakan bahwa hadis ini mengandung isytiqaq (asal kata), maka tidak ada maknanya untuk diperselisihkan dan dipertentangkan. Adapun orang-orang Arab yang ingkar terhadap nama Ar-Rahman karena kebodohan mereka terhadap Allah Ta’ala dan apa-apa yang diwajibkannya. Selanjutnya terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa lafaz Ar-Rahman dan Ar-Rahim mempunyai makna yang sama.

Abu Ali al-Farisi mengatakan lafaz Ar-Rahman merupakan nama yang bersifat umum meliputi segala macam bentuk rahmat, dikhususkan bagi Allah Ta’ala semata. Sedangkan Ar-Rahim dimaksudkan bagi orang-orang yang beriman sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-Ahzab ayat 43 yang artinya: “Dan Dia-lah yang Mahapenyayang kepada orang-orang yang beriman.”

Ibnu Abbas mengatakan bahwa keduanya merupakan kata benda yang menunjukkan makna lemah lembut, sedangkan salah satu di antaranya lebih lembut daripada yang lainnya, atau lebih kuat makna rahmat-Nya daripada yang lain. Diriwayatkan dari Al-Khattabi dan lain-lainnya bahwa mereka merasa kesulitan dalam mengartikan sifat ini. Dan mereka mengatakan barangkali makna yang dimaksud adalah lembut, sebagaimana pengertian yang terkandung dalam sebuah hadis:

«إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ ويعطي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ»

Artinya: “Sesungguhnya Allah Mahalembut. Dia mencintai sikap lembut dalam semua perkara, dan Dia memberi kepada yang lembut pahala yang tidak pernah Dia berikan kepada yang kasar.”

Ibnu Mubarak mengatakan lafaz Ar-Rahman adalah jika dimintai, maka Dia akan memberi. Sedangkan lafaz Ar-Rahim dimaksudkan jika permohonan tidak diajukan kepada-Nya, maka Dia akan murka. Sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan Imam At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Shalih Al-Farisi Al-Khuzi dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
«مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عليه»

Artinya: “Barangsiapa yang tidak pernah meminta kepada Allah, niscaya Allah murka kepadanya.”

Seorang penyair mengatakan:

اللَّهُ يَغْضَبُ إِنْ تَرَكْتَ سُؤَالَهُ ... وَبُنَيُّ آدَمَ حين يسأل يغضب

Artinya: ”Allah murka bila kamu tidak meminta kepada-Nya, sedangkan Bani Adam bila diminta pasti marah.”

Imam Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami As-Sirri Bin Yahya At-Tamimi dari Usman Bin Zufar bahwa pernah mendengar Al-Azrami berkata tentang makna Ar-Rahman Ar-Rahim. Ar-Rahman artinya Maha Pengasih kepada semua makhluk (baik yang kafir ataupun yang mukmin), sedangkan Ar-Rahim artinya Maha Penyayang kepada kaum mukmin. Sebagaimana para ulama ahli tafsir menyatakannya dalam firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-Furqan ayat 59 yang artinya: “Kemudian Dia ber-istiwa’ di atas ‘Arsy, (Dia-lah) Yang Maha Pengasih.” Dan dalam Surah Thaha ayat 5 yang artinya: “Tuhan Yang Maha Pengasih bersemayam di atas ‘Arsy.” Allah Ta’ala menyebut nama Ar-Rahman untuk diri-Nya dalam peristiwa ini agar semua makhluk memperoleh kemurahan rahmat-Nya.

Dalam Surah Al-Ahzab ayat 43 yang artinya: “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang beriman” mempunyai makna Dia mengkhususkan lafaz Ar-Rahim untuk orang-orang mukmin. Hal ini menunjukkan bahwa lafaz Ar-Rahman mempunyai pengertian mubalaghah dalam kasih saying, mengingat kasih sayang-Nya bersifat umum bagi semua makhluk-Nya, baik di dunia dan di akhirat. Dan dalam bacaan doa yang masyhur disebutkan: “Yang Maha Pengasih di dunia, Yang Maha Penyayang di dunia dan di akhirat.”

Nama Ar-Rahman hanya khusus bagi Allah Ta’ala semata, tiada selain-Nya yang berhak menyandang nama ini, sebagaimana dinyatakan dalam Surah Al-Isra’ ayat 110 yang artinya: “Katakanlah, ‘Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai asma al-husna (nama-nama yang terbaik).” Dan dalam Surah Az-Zukhruf ayat 45 yang artinya: “Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, ‘Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pengasih.” Oleh karena itu ketika dengan sombongnya, Musailamah Al-Khadzdzab menyebut dirinya dengan sebutan Rahman Al-Yamamah, maka Allah Ta’ala pun memakaikannya pakaian kebohongan dan membongkarnya, sehingga ia tidak dipanggil melainkan dengan sebutan si pendusta.

Lafaz Ar-Rahim, Allah Ta’ala pernah menyebutkan lafaz itu untuk diri-Nya dalam Surah At-Taubah ayat 128 yang artinya: “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaannya, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu. Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” Sebagaimana Dia juga pernah menyebut selain diri-Nya dengan salah satu dari nama-nama-Nya dalam Surah Al-Insan ayat 2 yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan ia sami’an (mendengar) dan bashiran (melihat).”

Dapat disimpulkan bahwa di antara nama-nama Allah Ta’ala itu ada yang disebutkan untuk selain diri-Nya, tetapi ada juga yang tidak disebutkan untuk selain diri-Nya. Misalnya nama Allah, Ar-Rahman, Al-Khaliq, Ar-Razzaq dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Dia memulai dengan nama Allah, dan menyifati-Nya dengan Ar-Rahman karena Ar-Rahman itu lebih khusus daripada Ar-Rahim.

Jika ditanyakan, "Bila lafaz Ar-Rahman lebih kuat mubalagah-nya, mengapa lafaz Ar-Rahim juga disebut, padahal sudah cukup dengan menyebut Ar-Rahman saja?" Telah diriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani yang maknanya sebagai berikut: “Mengingat ada yang menamakan dirinya dengan sebutan Ar-Rahman selain Dia, maka didatangkanlah lafaz Ar-Rahim untuk membantah dugaan yang tidak benar itu, karena sesungguhnya tiada seorang pun yang berhak disifati dengan julukan “ar-rahman ar-rahim” kecuali hanya Allah semata.” Demikian yang diriwayatkan oleh lbnu Jarir, dari Ata, selanjutnya Ibnu Jarirlah yang mengulasnya.

Tetapi sebagian dari kalangan mereka ada yang menduga bahwa orang-orang Arab pada mulanya tidak mengenal kata Ar-Rahman sebelum Allah Ta’ala memperkenalkan diri-Nya dengan sebutan itu melalui firman-Nya dalam Surah Al-Isra’ ayat 110 yang artinya: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asma-ul husna (nama-nama yang terbaik)." Karena itulah orang-orang kafir Quraisy di saat Perjanjian Hudaibiyyah dilaksanakan —yaitu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Bolehkah aku menulis (pada permulaan perjanjian) kata bismillahi ar-rahman ar-rahim (dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang)?"— Mereka mengatakan: "Kami tidak mengenal ar-rahman, tidak pula ar-rahim." Demikian menurut riwayat Imam Bukhari. Sedangkan menurut riwayat lain, jawaban mereka: "Kami tidak mengenal ar-rahman kecuali Rahman dari Yamamah" (maksudnya Musailamah Al-Kazzab).

Allah Ta’ala dalam Surah Al-Furqan ayat 60 telah berfirman yang artinya: “Sujudlah kalian kepada Yang Maha Rahman (Pemurah), mereka menjawab, siapakah Yang Maha Penyayang ini? Apakah kami akan sujud kepada Tuhan Yang kamu perintahkan kami (bersujud kepada-Nya)?, dan (perintah sujud itu) menambah mereka jauh (dari iman). Menurut pengertian lahiriahnya ingkar yang mereka lakukan itu hanya merupakan sikap membangkang, ingkar dan kekerasan hati mereka dalam kekufuran. Karena sesungguhnya telah ditemukan pada syair-syair Jahiliyah, mereka menyebut Allah Ta’ala dengan istilah Ar-Rahman. Ibnu Jarir menyebutkan bahwa ada seseorang Jahiliah yang bodoh mengatakan syair berikut:

أَلَا ضَرَبَتْ تِلْكَ الْفَتَاةُ هَجِينَهَا ... أَلَا قَضَبَ الرَّحْمَنُ رَبِّي يَمِينَهَا

Artinya: “Mengapa gadis itu tidak memukul (menghardik) untanya, bukankah tongkat Rahman Rabbku berada di tangan kanannya?”

Salamah ibnu Jundub At-Tahawi mengatakan dalam salah satu bait syairnya:

عجلتم علينا إذ عجلنا عَلَيْكُمُ ... وَمَا يَشَأِ الرَّحْمَنُ يَعْقِدُ وَيُطْلِقِ

Artinya: “Kalian terlalu tergesa-gesa terhadap kami di saat kami tergesa-gesa terhadap kalian, padahal Tuhan Yang Maha Pemurah tidak menghendaki adanya akad. lalu talak (putus hubungan).”

Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, dari Usman ibnu Sa'id, dari Bisyr ibnu Imarah, dari Abu Rauq, dari Dahhak, dari Abdullah ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Ar-Rahman adalah wazan fa'lana dari lafaz Ar-Rahmah, dan ia termasuk kata-kata Arab.
Ibnu Jarir mengatakan, ar-rahman ar-rahim artinya: "Yang Maha Lemah Lembut lagi Maha Penyayang kepada orang yang Dia suka merahmatinya, dan jauh lagi keras terhadap orang yang Dia suka berlaku keras terhadapnya". Demikian pula semua asma-Nya, yakni mempunyai makna yang sama. Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, dari Hammad ibnu Mas'adah, dari Auf, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Ar-Rahman adalah isim yang dilarang bagi selain Dia menyandangnya.

Ibnu Abu Hatim mengatakan dari Abu Sa'id Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Zaid ibnul Habbab, dari Abul Asyhab, dari Al-Hasan yang mengatakan bahwa Ar-Rahman adalah isim yang tiada seorang manusia pun mampu menyandangnya; Allah Ta’ala menamakan diri-Nya dengan isim ini.

PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)