BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
 

۞وَإِذِ ٱسۡتَسۡقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوۡمِهِۦ فَقُلۡنَا ٱضۡرِب بِّعَصَاكَ ٱلۡحَجَرَۖ فَٱنفَجَرَتۡ مِنۡهُ ٱثۡنَتَا عَشۡرَةَ عَيۡنٗاۖ قَدۡ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٖ مَّشۡرَبَهُمۡۖ كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ مِن رِّزۡقِ ٱللَّهِ وَلَا تَعۡثَوۡاْ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُفۡسِدِينَ ٦٠

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!" Lalu memancarlah darinya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap su­ku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah ka­lian berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”

Allah Ta’ala berfirman kepada Bani Israil: “Ingatlah nikmat yang telah Aku anugerahkan dengan mengabulkan doa Nabi Musa ‘alaihi as-salam ketika memohon air untuk kalian semua. Maka Aku pun segera mempermudah dan mengeluarkan air bagi kalian dari sebuah bata. Aku pancarkan dari batu itu dua belas mata air. Masing-masing suku dari kalian (Bani Israil) memiliki mata air yang sudah diketahui.” Karena itu, “Makanlah dari manna dan salwa. Minumlah dari air yang telah Aku pancarkan bagi kalian tanpa perlu usaha dan kerja keras, serta beribadahlah kepada Rabb yang telah menciptakan semua itu untuk kalian.”

firman-Nya (ولا تعثوا في الأرض مفسدين) artinya, janganlah kalian balas berbagai nikmat itu dengan kemaksiatan. Sebab jika kalian melakukannya, nikmat tersebut akan dicabut dari kalian. Kisah ini hampir sama dengan kisah yang terdapat dalam Surah Al-A’raf, tetapi Surah tersebut diturunkan di Mekkah. Oleh karena itu, pemberitaan mengenai diri mereka menggunakan dhamir (kata ganti) orang ketiga. Karena di dalam ayat itu Allah Ta’ala menceritakan kepada Rasul-Nya, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai apa yang Dia lakukan terhadap Bani Israil. Sedangkan kisah yang terdapat dalam Surah ini turun di Madinah. Sehingga ayat ini ditujukan langsung kepada mereka, dan Dia memberitahukan melalui firman-Nya dalam Surah Al-A’raaf ayat 160 yang artinya: “Maha berpancarlah daripada dua belas mata air.” Inbajasat maksudnya pancaran mata air yang pertama kali. Sedang di dalam Surah Al-Baqarah ini diberitakan di akhir situasinya yaitu infijar, maka tepatlah penyebutan infijar (pemancaran air) pada ayat ini, dan permulaan pemancaran air pada ayat lain.

Di antara kedua konteks tersebut terdapat perbedaan dari sepuluh segi, baik secara lafziyah maupun maknawiyah. Dalam tafsirnya, Az-Zamakhsyari telah mengajukan pertanyaan mengenai hal itu dan dia kemukakan sendiri jawabannya, dan jawaban tersebut mendekati kebenaran. 


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)