BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
Ùˆَٱسۡتَعِينُواْ
بِٱلصَّبۡرِ ÙˆَٱلصَّÙ„َÙˆٰØ©ِۚ ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙ‡َا Ù„َÙƒَبِيرَØ©ٌ Ø¥ِÙ„َّا عَÙ„َÙ‰ ٱلۡØ®َٰØ´ِعِينَ ٤٥
Artinya: “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
Firman-Nya (واستعينوا بالصبر والصلاة) melalui ayat ini, Allah Ta’ala menyuruh para hamba-Nya untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat yang mereka dambakan, dengan cara menjadikan kesabaran dan salat sebagai penolong. Sunaid meriwayatkan dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, ia mengatakan, bahwa sabar dan salat merupakan penolong untuk mendapatkan rahmat Allah Ta’ala. Dan sebagaimana dikatakan Muqatil bin Hayyan dalam tafsirnya mengenai ayat ini: “Hendaklah kalian mengejar kehidupan akhirat dengan cara menjadikan kesabaran dalam mengerjakan berbagai kewajiban dan salat sebagai penolong.” Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan kesabaran adalah shiyam (puasa). Imam Al-Qurthubiy dan ulama lainnya mengatakan: “Oleh karena itu, bulan Ramadhan disebut sebagai bulan kesabaran.” Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sabar pada ayat tersebut adalah menahan diri dari perbuatan maksiat, karena disebutkan bersama dengan pelaksanaan berbagai macam ibadah, dan yang paling utama adalah ibadah salat.
Dari Umar bin Khaththab, ia berkata: “Sabar itu ada dua: sabar ketika mendapatkan musibah adalah baik, dan lebih baik lagi adalah bersabar dalam menahan diri dari mengerjakan apa yang diharamkan Allah Ta’ala.” Hal ini mirip dengan ucapan Umar yang juga diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri. Ibnu Al-Mubarak meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, katanya: “Kesabaran itu adalah pengaduan hamba kepada Allah Ta’ala atas apa yang menimpanya dan mengharap keridhaan di sisi-Nya serta menghendaki pahala-Nya. Terkadang seseorang merasa cemas tetapi ia tetap tegar, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman, katanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika ditimpa suatu masalah, maka segera mengerjakan salat.”
Firman-Nya (وإنها لكبيرة), dhamir (kata ganti) nya kembali ke kata salat. Demikian dinyatakan oleh Mujahid dan Ibnu Jarir. Bisa juga kembali kepada kandungan ayat itu sendiri, yaitu wasiat (pesan) untuk melakukan hal tersebut, sebagaimana firman-Nya dalam kisah Alquran dalam Surah Al-Qashash ayat 80 yang artinya: “Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, "Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar." Ini merupakan beban yang sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk. Mujahid mengatakan: “Yaitu orang-orang mukmin yang sebenarnya.” Sedangkan menurut Adh-Dhahhak kalimat ini berarti bahwa hal itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang tunduk dalam ketaatan kepada-Nya, yang takut akan kekuasaan-Nya, serta yang yakin dengan janji dan ancaman-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, makna ayat tersebut, “Wahai sekalian orang-orang alim dari kalangan ahlu kitab, mohonlah pertolongan dengan menahan diri kalian dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala dan mendirikan salat yang dapat mencegah kalian dari kekejian dan kemungkaran serta dapat mendekatkan kalian kepada keridhaan Allah Ta’ala. Hal itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu mereka yang patuh dan tunduk dalam ketaatan kepada-Nya serta merendahkan diri karena takut kepada-Nya.” Yang jelas, meskipun secara konteks ayat tersebut ditujukan sebagai peringatan bagi Bani Israil, namun yang dimaksud bukanlah mereka semata, tetapi ditujukan secara umum baik kepada mereka maupun selain mereka.
Firman-Nya (واستعينوا بالصبر والصلاة) melalui ayat ini, Allah Ta’ala menyuruh para hamba-Nya untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat yang mereka dambakan, dengan cara menjadikan kesabaran dan salat sebagai penolong. Sunaid meriwayatkan dari Hajjaj, dari Ibnu Juraij, ia mengatakan, bahwa sabar dan salat merupakan penolong untuk mendapatkan rahmat Allah Ta’ala. Dan sebagaimana dikatakan Muqatil bin Hayyan dalam tafsirnya mengenai ayat ini: “Hendaklah kalian mengejar kehidupan akhirat dengan cara menjadikan kesabaran dalam mengerjakan berbagai kewajiban dan salat sebagai penolong.” Menurut Mujahid, yang dimaksud dengan kesabaran adalah shiyam (puasa). Imam Al-Qurthubiy dan ulama lainnya mengatakan: “Oleh karena itu, bulan Ramadhan disebut sebagai bulan kesabaran.” Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan sabar pada ayat tersebut adalah menahan diri dari perbuatan maksiat, karena disebutkan bersama dengan pelaksanaan berbagai macam ibadah, dan yang paling utama adalah ibadah salat.
Dari Umar bin Khaththab, ia berkata: “Sabar itu ada dua: sabar ketika mendapatkan musibah adalah baik, dan lebih baik lagi adalah bersabar dalam menahan diri dari mengerjakan apa yang diharamkan Allah Ta’ala.” Hal ini mirip dengan ucapan Umar yang juga diriwayatkan dari Al-Hasan Al-Bashri. Ibnu Al-Mubarak meriwayatkan dari Sa’id bin Jubair, katanya: “Kesabaran itu adalah pengaduan hamba kepada Allah Ta’ala atas apa yang menimpanya dan mengharap keridhaan di sisi-Nya serta menghendaki pahala-Nya. Terkadang seseorang merasa cemas tetapi ia tetap tegar, tidak terlihat darinya kecuali kesabaran.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman, katanya: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika ditimpa suatu masalah, maka segera mengerjakan salat.”
Firman-Nya (وإنها لكبيرة), dhamir (kata ganti) nya kembali ke kata salat. Demikian dinyatakan oleh Mujahid dan Ibnu Jarir. Bisa juga kembali kepada kandungan ayat itu sendiri, yaitu wasiat (pesan) untuk melakukan hal tersebut, sebagaimana firman-Nya dalam kisah Alquran dalam Surah Al-Qashash ayat 80 yang artinya: “Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu, "Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar." Ini merupakan beban yang sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk. Mujahid mengatakan: “Yaitu orang-orang mukmin yang sebenarnya.” Sedangkan menurut Adh-Dhahhak kalimat ini berarti bahwa hal itu sangat berat kecuali bagi orang-orang yang tunduk dalam ketaatan kepada-Nya, yang takut akan kekuasaan-Nya, serta yang yakin dengan janji dan ancaman-Nya.
Ibnu Jarir mengatakan, makna ayat tersebut, “Wahai sekalian orang-orang alim dari kalangan ahlu kitab, mohonlah pertolongan dengan menahan diri kalian dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala dan mendirikan salat yang dapat mencegah kalian dari kekejian dan kemungkaran serta dapat mendekatkan kalian kepada keridhaan Allah Ta’ala. Hal itu sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu mereka yang patuh dan tunduk dalam ketaatan kepada-Nya serta merendahkan diri karena takut kepada-Nya.” Yang jelas, meskipun secara konteks ayat tersebut ditujukan sebagai peringatan bagi Bani Israil, namun yang dimaksud bukanlah mereka semata, tetapi ditujukan secara umum baik kepada mereka maupun selain mereka.
PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########