BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

وَمَن يَرۡغَبُ عَن مِّلَّةِ إِبۡرَٰهِ‍ۧمَ إِلَّا مَن سَفِهَ نَفۡسَهُۥۚ وَلَقَدِ ٱصۡطَفَيۡنَٰهُ فِي ٱلدُّنۡيَاۖ وَإِنَّهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ١٣٠

Artinya: “Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami te­lah memilihnya di dunia dan sesungguhnya dia di akhirat benar­-benar termasuk orang-orang yang saleh."

Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Bahwa Abdullah bin Salam mengajak dua anak saudaranya, Salamah dan Muhajir, untuk masuk Islam, dengan berkata: “Kamu berdua telah mengetahui, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman di dalam Taurat bahwa Dia akan mengutus dari keturunan Ismail, seorang Nabi bernama Ahmad. Barangsiapa yang beriman kepadanya, ia telah mendapat petunjuk dan bimbingan; dan barangsiapa yang tidak beriman kepadanya, akan dilaknat. Maka masuk Islamlah Salamah, akan tetapi Muhajir menolak. Maka turunlah ayat ini yang menegaskan bahwa hanya orang-orang bodohlah yang tidak beriman kepada agama Ibrahim.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Uyainah)

Allah Ta’ala berfirman sebagai bantahan terhadap orang-orang kafir atas berbagai bid’ah yang mereka ada-adakan berupa syirik kepada-Nya, yang bertentangan dengan agama Ibrahim, khalilullah (kekasih Allah) dan imam orang-orang yang lurus. Ia telah memurnikan tauhid kepada Rabb-nya, Allah Ta’ala. Maka ia tidak pernah menyeru Ilah selain Dia, tidak pula ia menyekutukan-Nya meski hanya sekejab mata, serta ia berlepas diri dari setiap sesembahan selain diri-Nya. Namun sikap Ibrahim ditentang oleh kaumnya, bahkan hingga ia pun berlepas diri dari ayahnya sendiri. Ibrahim berkata sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-An’aam ayat 78-79 yang artinya: “Dia berkata, "Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah ter­masuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”

Firman-Nya (ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه) artinya, menzalimi dirinya sendiri dengan kebodohannya itu dan buruknya perhatian mereka dengan meninggalkan kebenaran dan memilih kesesatan. Mereka menyalahi jalan orang yang sudah dipilih Allah Ta’ala di dunia untuk memberi petunjuk dan bimbingan dari sejak masa mudanya hingga Ibrahim dijadikan Allah Ta’ala sebagai kekasih-Nya. Dan di akhirat kelak, ia termasuk orang-orang yang salih dan bahagia. Maka orang yang meninggalkan jalan dan agamanya lalu mengikuti jalan kesesatan, maka adakah kebohongan yang lebih parah darinya? Atau adakah kezaliman yang lebih berat darinya? Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Luqman ayat 13 yang artinya: “Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar perbuatan aniaya yang besar.” Abu Al-Aliyah dan Qatadah mengatakan: “Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang membuat cara baru yang bukan dari sisi Allah Ta’ala serta menyalahi agama Ibrahim.” Sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ali Imraan ayat 67-68 yang artinya: “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nas­rani, tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi menyerahkan diri(kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia dari golongan orang-orang musyrik. Sesungguhnya orang yang paling dekat ke­pada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muham­mad), dan Allah adalah Pelindung semua orang yang beriman.” 


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)