BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto

رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ١٢٩

Artinya: “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalang­an mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.”

Ini merupakan doa Ibrahim dan Ismail. Dan yang dimaksud dalam ayat ini adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah diutus kepada umatnya, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Surah Al-Jumuah ayat 2 yang artinya: “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul dari kalangan mereka sendiri.” Namun demikian, hal itu tidak menafikan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga diutus kepada orang-orang berkulit merah atau hitam, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Al-A’raaf ayat 158 yang artinya: “Katakanlah: ‘Wahai sekalian manusia, sesungguhnya aku adalah rasul Allah bagi kalian semua.” Dan inilah doa yang dipanjatkan oleh Ibrahim dan Ismail ‘alaihima as-salam sebagaimana diberitahukan Allah Ta’ala mengenai hamba-hamba-Nya yang bertakwa dan beriman melalui firman-Nya dalam Surah Al-Furqan ayat 74 yang artinya: “Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkan lah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai pe­nyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang­orang yang bertakwa.” Hal ini sangat dianjurkan secara syariat, karena di antara kesempurnaan cinta pada ibadah kepada Allah Ta’ala adalah keinginan agar keturunannya juga beribadah kepada Allah Ta’ala semata dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Oleh karena itu Allah Ta’ala berfirman kepada Ibrahim dalam Surah Al-Baqarah ayat 124 dan Surah Ibrahim ayat 35. Dan dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يدعو له"

Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim: 1631)

Allah Ta’ala mengabarkan tentang kesempunaan doa Ibrahim untuk penduduk Tanah Haram (Mekkah), di mana Ibrahim memohon agar Allah Ta’ala mengutus kepada mereka seorang Rasul yang berasal dari kalangan mereka sendiri, yaitu dari keturunan Ibrahim. Doa mustajab ini sesuai dengan takdir Allah Ta’ala yang telah ditetapkan yakni penunjukan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai Rasul kepada orang-orang yang buta huruf dan juga kepada umat manusia secara keseluruhan serta bangsa jin. Sebagaimana diriwayatkan dari ‘Irbadh bin Sariyah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

"إني عند الله لخاتم النَّبِيِّينَ، وَإِنَّ آدَمَ لَمُنْجَدِلٌ فِي طِينَتِهِ، وَسَأُنْبِئُكُمْ بِأَوَّلِ ذَلِكَ، دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ، وَبِشَارَةُ عِيسَى بِي، وَرُؤْيَا أُمِّي الَّتِي رَأَتْ، وَكَذَلِكَ أُمَّهَاتُ النَّبِيِّينَ يَرَيْنَ"

Artinya: “Sesungguhnya aku di sisi Allah benar-benar tercatat sebagai pe­nutup para nabi, sedangkan Adam benar-benar masih berupa ta­nah liat. Dan aku akan menceritakan kepada kalian awal mula dari hal tersebut, yaitu doa ayahku Ibrahim, berita gembira Isa mengenaiku, dan impian diriku yang pernah dilihat oleh ibuku, demikian pula ibu-ibu para nabi semua melihatnya.” (HR. Imam Ahmad: 4/127)

Juga hadis yang diriwayatkan oleh Luqman bin Amir, ia menceritakan pernah mendengar Abu Umamah pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا كَانَ أَوَّلُ بَدْء أَمْرِكَ؟ قَالَ: "دَعْوَةُ أَبِي إِبْرَاهِيمَ، وَبُشْرَى عِيسَى بِي، وَرَأَتْ أُمِّي أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا نُورٌ أَضَاءَتْ لَهُ قُصُورُ الشَّامِ"

Artinya: “Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah permulaan dari kejadianmu?" Rasulullah menjawab, "Doa ayahku Ibrahim, berita gembira Isa mengenaiku, dan ibuku melihat dalam mimpinya telah keluar dari tubuhnya suatu nur yang cahayanya dapat me­nerangi gedung-gedung negeri Syam." (HR. Imam Ahmad: 5/262)

Hadis ini bermaksud, orang yang pertama kali menyebut dan mempublikasikan dirinya di tengah-tengah umat manusia adalah Ibrahim alaihi as-salam dan nama beliau masih terus disebut-sebut dan popular di tengah-tengah orang banyak, hingga Nabi Bani Israil, yaitu Isa putra Maryam pun menyebut dengan jelas namanya, yaitu ketika Isa berdiri di hadapan Bani Israil seraya berpidato, sebagaimana firman-Nya dalam Surah Ash-Shaff ayat 6 yang artinya: “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian, membe­narkan kitab (yang turun) sebelumku —yaitu Taurat— dan mem­beri kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Oleh karena itu dalam hadis di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dalam sabdanya: “Doa bapakku Ibrahim dan berita gembira yang disampaikan Isa putra Maryam.”

Sedangkan sabda beliau, “Dan ibuku melihat dalam mimpinya telah keluar dari tubuhnya suatu nur yang cahayanya dapat me­nerangi gedung-gedung negeri Syam." Ada yang mengatakan, yaitu mimpi Ibu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sedang mengandungnya. Kemudian mimpi itu diceritakannya kepada kaumnya sehingga tersiar dan popular di tengah-tengah masyarakat. Hal itu merupakan permulaannya. Dan pengkhususan Syam sebagai wilayah yang diterangi cahaya adalah menunjukkan kejayaan agama dan kenabiannya hingga di negeri Syam itu. Oleh karena itu negeri Syam pada akhir zaman menjadi benteng bagi Islam dan para penganutnya. Dan di sana pula Isa putra Maryam diturunkan, di mana ia turun di Damaskus, pada menara timur yang berwarna putih. Diriwayatkan dalam sebuah hadis dari Tsauban dan Mu’awiyah:

"لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلَا مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ" وَفِي صَحِيحِ الْبُخَارِيِّ: "وَهُمْ بِالشَّامِ"

Artinya: “Segolongan dari umatku masih terus-menerus berjuang membela kebenaran, tidak membahayakan mereka orang yang menghina mereka dan tidak pula orang yang menentang mereka hingga da­tang perintah Allah (hari kiamat), sedangkan mereka tetap dalam keadaan demikian (membela kebenaran).” (HR. Al-Bukhari:7459, 7460 dan Muslim: 1920, 1037)

Firman-Nya (ويعلمهم الكتاب) yaitu Alquran, (الحكمة) yaitu As-Sunnah. Demikian dikemukakan oleh Al-Hasan Al-Bashri, Qatadah, Muqatil bin Hayan, Abu Malik, dan lain-lainnya. Ada juga yang menafsirkan Al-Hikmah dengan pemahaman terhadap agama. Dan hal ini tidak ada perbedaannya. Muhammad bin Ishaq mengatakan: “Yaitu yang mengajarkan kebaikan, lalu mereka pun mengerjakannya. Juga mengajarkan kepada mereka tentang keburukan, lalu mereka menjauhinya. Serta memberitahukan tentang keridhaan Allah Ta’ala terhadap mereka jika mereka menaati-Nya, sehingga mereka memperbanyak berbuat taat kepada-Nya dan menjauhi segala maksiat yang dimurkai-Nya.”

Firman-Nya (ويزكيهم), Ali bin Abi Thalhah menceritakan dari Ibnu Abbas, “Yakni ketaatan kepada Allah Ta’ala dan tulus ikhlas karena-Nya.”

Firman-Nya (إنك أنت العزيز الحكيم) artinya, Dia-lah Al-Aziz, yaitu yang tidak dikalahkan oleh sesuatu apapun, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia-lah Al-Hakim, yang Mahabijaksana dalam segala perbuatan dan ucapan-Nya. Sehingga Dia akan meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, karena pengetahuan, kebijakan dan keadilan-Nya. 


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)