BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.”
Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Betapa inginnya aku mengetahui nasab ibu bapakku.” Maka turunlah ayat ini dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga beliau wafat. Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi bertugas sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (Diriwayatkan oleh Abd Ar-Razzaq dari Ats-Tsauri, dari Musa bin Ubaidah, yang bersumber dari Muhammad bin Ka’b Al-Qurazhi. Hadis ini mursal)
Asbabun Nuzul lainnya adalah: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari berdoa: “Di mana kedua ibu bapakku kini berada?” Maka turunlah ayat ini.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraij yang bersumber dari Dawud bin Abi Ashim. Hadis ini mursal)
Firman-Nya (إنا أرسلنا بالحق بشيرا ونذيرا), Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
Artinya: “Telah diturunkan kepadaku firman-Nya, "Sesungguhnya Kami mengutusmu dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan." Beliau Saw. bersabda, "Sebagai pembawa berita gembira dengan surga dan pemberi peringatan terhadap neraka."
Firman-Nya (ولا تسأل عن أصحاب الجحيم) dibaca oleh mayoritas ulama dengan ‘wa laa tus’alu’ dengan mendhomahkan huruf ‘ta’ yang berkedudukan sebagai khabar (predikat), yang berarti, “Kami tidak akan bertanya kepadamu mengenai kekufuran orang-orang yang kafir kepadamu.” Hal ini sama seperti firman-Nya dalam Surah Ar-Ra’d ayat 40 yang artinya: “Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, sedang Kamilah yang menghisab amarah mereka.” Dan beberapa ayat yang serupa dengan itu. Sedangkan ulama lainnya membacanya dengan ‘tas’alu’, yang berkedudukan sebagai ‘an-nahyu’ (larangan) dengan arti, “Janganlah engkau menanyakan keadaan mereka.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Atha’ bin Yasar, ia menceritakan, “Aku pernah bertemu dengan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, lalu kukatakan:
Artinya: “Beritahukan kepadaku mengenai sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang terdapat di dalam Kitab Taurat.’ Maka ia pun menjawab: ‘Baik, demi Allah Ta’ala, sesungguhnya beliau itu disifati di dalam Taurat seperti sifatnya di dalam Alquran: ‘Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, serta melindungi orang-orang yang ummi.’ Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, Aku menamaimu Mutawakkil. Tidak kasar dalam berbicara, tidak keras hati, tidak berteriak-teriak di pasar, tidak membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, tetapi beliau senantiasa memaafkan dan memberikan ampunan. Beliau tidak akan dicabu nyawanya sehingga beliau meluruskan agama yang telah menyimpang dengan mengajak agar manusia mengucapkan, Laa Ilaaha illallaah. Maka dengan hal itu akan terbuka semua mata yang buta dan telinga yang tuli serta hati yang telah tertutup.” (HR. Al-Bukhari)
Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
إِنَّآ
أَرۡسَلۡنَٰكَ بِٱلۡحَقِّ بَشِيرٗا وَنَذِيرٗاۖ وَلَا تُسَۡٔلُ عَنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلۡجَحِيمِ
١١٩
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.”
Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Betapa inginnya aku mengetahui nasab ibu bapakku.” Maka turunlah ayat ini dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebut-nyebut lagi kedua ibu bapaknya hingga beliau wafat. Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi bertugas sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.” (Diriwayatkan oleh Abd Ar-Razzaq dari Ats-Tsauri, dari Musa bin Ubaidah, yang bersumber dari Muhammad bin Ka’b Al-Qurazhi. Hadis ini mursal)
Asbabun Nuzul lainnya adalah: “Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada suatu hari berdoa: “Di mana kedua ibu bapakku kini berada?” Maka turunlah ayat ini.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Juraij yang bersumber dari Dawud bin Abi Ashim. Hadis ini mursal)
Firman-Nya (إنا أرسلنا بالحق بشيرا ونذيرا), Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا
أَبِي، حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ الْفَزَارِيُّ عَنْ شَيْبَانَ
النَّحْوِيِّ، أَخْبَرَنِي قَتَادَةُ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "أُنْزِلَتْ عَلِيَّ:
{إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا} قَالَ: "بَشِيرًا
بِالْجَنَّةِ، وَنَذِيرًا مِنَ النَّارِ"
Artinya: “Telah diturunkan kepadaku firman-Nya, "Sesungguhnya Kami mengutusmu dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan." Beliau Saw. bersabda, "Sebagai pembawa berita gembira dengan surga dan pemberi peringatan terhadap neraka."
Firman-Nya (ولا تسأل عن أصحاب الجحيم) dibaca oleh mayoritas ulama dengan ‘wa laa tus’alu’ dengan mendhomahkan huruf ‘ta’ yang berkedudukan sebagai khabar (predikat), yang berarti, “Kami tidak akan bertanya kepadamu mengenai kekufuran orang-orang yang kafir kepadamu.” Hal ini sama seperti firman-Nya dalam Surah Ar-Ra’d ayat 40 yang artinya: “Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, sedang Kamilah yang menghisab amarah mereka.” Dan beberapa ayat yang serupa dengan itu. Sedangkan ulama lainnya membacanya dengan ‘tas’alu’, yang berkedudukan sebagai ‘an-nahyu’ (larangan) dengan arti, “Janganlah engkau menanyakan keadaan mereka.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Atha’ bin Yasar, ia menceritakan, “Aku pernah bertemu dengan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, lalu kukatakan:
"فَقُلْتُ:
أَخْبِرْنِي عَنْ صِفَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
التَّوْرَاةِ. فَقَالَ: أَجَلْ، وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ
بِصِفَتِهِ فِي الْقُرْآنِ: يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ
شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا، وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّينَ، وَأَنْتَ عَبْدِي
وَرَسُولِي، سَمَّيْتُكَ الْمُتَوَكِّلَ، لَا فظٍّ وَلَا غَلِيظٌ ولاسَخَّاب فِي
الْأَسْوَاقِ، وَلَا يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو
وَيَغْفِرُ، وَلَنْ يَقْبِضَهُ حَتَّى يُقِيمَ بِهِ الْمِلَّةَ الْعَوْجَاءَ،
بِأَنْ يَقُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ. فَيَفْتَحَ بِهِ أَعْيُنًا عُمْيًا،
وَآذَانًا صُمًّا، وَقُلُوبًا غُلْفًا"
Artinya: “Beritahukan kepadaku mengenai sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang terdapat di dalam Kitab Taurat.’ Maka ia pun menjawab: ‘Baik, demi Allah Ta’ala, sesungguhnya beliau itu disifati di dalam Taurat seperti sifatnya di dalam Alquran: ‘Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, serta melindungi orang-orang yang ummi.’ Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, Aku menamaimu Mutawakkil. Tidak kasar dalam berbicara, tidak keras hati, tidak berteriak-teriak di pasar, tidak membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, tetapi beliau senantiasa memaafkan dan memberikan ampunan. Beliau tidak akan dicabu nyawanya sehingga beliau meluruskan agama yang telah menyimpang dengan mengajak agar manusia mengucapkan, Laa Ilaaha illallaah. Maka dengan hal itu akan terbuka semua mata yang buta dan telinga yang tuli serta hati yang telah tertutup.” (HR. Al-Bukhari)
PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL
Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab
##########
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
MATERI KEILMUAN ISLAM LENGKAP (klik disini)
Artikel Bebas - Tafsir - Ulumul Qur'an - Hadis - Ulumul Hadis - Fikih - Ushul Fikih - Akidah - Nahwu - Sharaf - Balaghah - Tarikh Islam - Sirah Nabawiyah - Tasawuf/Adab - Mantiq - TOAFL
##########