BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budianto
 

ÙˆَÙ‚َالَ ٱلَّØ°ِينَ Ù„َا ÙŠَعۡÙ„َÙ…ُونَ Ù„َÙˆۡÙ„َا ÙŠُÙƒَÙ„ِّÙ…ُÙ†َا ٱللَّÙ‡ُ Ø£َÙˆۡ تَØ£ۡتِينَآ Ø¡َايَØ©ٞۗ ÙƒَØ°َٰÙ„ِÙƒَ Ù‚َالَ ٱلَّØ°ِينَ Ù…ِÙ† Ù‚َبۡÙ„ِÙ‡ِÙ… Ù…ِّØ«ۡÙ„َ Ù‚َÙˆۡÙ„ِÙ‡ِÙ…ۡۘ تَØ´َٰبَÙ‡َتۡ Ù‚ُÙ„ُوبُÙ‡ُÙ…ۡۗ Ù‚َدۡ بَÙŠَّÙ†َّا ٱلۡØ£ٓÙŠَٰتِ Ù„ِÙ‚َÙˆۡÙ…ٖ ÙŠُوقِÙ†ُونَ ١١٨

Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.”

Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Bahwa sehubungan dengan Rabi’ bin Khuzaimah. Ketika itu ia berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Jika tuan seorang Rasulullah sebagaimana tuan katakana, mintalah kepada Allah Ta’ala agar Dia berbicara (langsung) kepada kami sehingga kami dapat mendengar perkataan-Nya.” Ayat ini turun sebagai penjelasan bahwa kalau pun Allah Ta’ala mengabulkan permintaan mereka, mereka tetap akan kufur.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim, dari Sa’id atau Ikrimah, yang bersumber dari Ibnu Abbas)

Firman-Nya (لولا يكلمنا الله) maksudnya, berbicara kepada kami mengenai kenabianmu, hai Muhammad. Mengenai hal ini, Ibnu Katsir katakana, “Bahwa penafsiran seperti itu merupakan hal yang jelas dari redaksi ayat tersebut.” Mengenai penafsiran ayat ini, Abu Al-‘Aliyah dan Ar-Rabi’ bin Anas, Qatadah dan As-Suddi mengatakan: “Hal itu merupakan ucapan kaum kafir Arab.”

Firman-Nya (كذلك قال الذين من قبلهم مثل قولهم), menurut para ulama, mereka itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-oarng Nasrani. Adapun dalil yang memperkuat pendapat ini dan bahwa orang-orang yang mengatakan hal tersebut adalah kaum musyrikin Arab, yaitu firman-Nya dalam Surah Al-An’am ayat 124 yang artinya: “Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata, "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yangserupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah." Dan juga dalam Surah Al-Isra’ ayat 90-93 yang artinya: “Dan mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami, atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun itu yang deras alirannya, atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami, atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikan­mu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang ka­mi baca.” Katakanlah, “Mahasuci Tuhanku, bukanlah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul?”" Dan ayat-ayat lain yang menunjukkan kekufuran orang-orang musyrik Arab. Dan semua permintaan mereka itu hanyalah merupakan kekufuran dan keingkaran semata. Sebagaimana yang dikemukakan oleh umat-umat terdahulu sebelum mereka dari kalangan Ahlul Kitab dan juga yang lainnya sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nisaa’ ayat 153 yang artinya: “Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka te­lah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka ber­kata, "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata."

Firman-Nya (تشابهت قلوبهم) maksudnya, hati orang-orang musyrik Arab itu serupa dengan hati orang-orang sebelum mereka dalam kekufuran dan keingkaran serta kesombongan mereka sebagaimana firman-Nya dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 52-53 yang artinya: “Demikianlah tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang­orang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, "Ia ituadalah seorang tukang sihir atau orang gila." Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.”

Firman-Nya (قد بينا الآيات لقوم يوقنون) artinya, Allah Ta’ala telah menerangkan dalil-dalil yang menunjukkan kebenaran para Rasul, sehingga tidak diperlukan lagi pertanyaan dan tambahan lain bagi orang-orang yang meyakini, membenarkan dan mengikuti para Rasul, serta memahami bahwa apa yang mereka bawa itu adalah dari sisi Allah Ta’ala. Sedangkan orang yang telah dikunci mati hati dan pendengarannya serta ditutup pandangannya oleh Allah Ta’ala, maka mereka inilah yang Allah sebutkan dalam firman-Nya Surah Yunus ayat 96-97 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka ka­limat Tuhanmu tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan azab yang pedih.”


PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL


Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab



The Indonesiana Center - Markaz BSI (Bait Syariah Indonesia)